Sabtu, 30 November 2024

Anak-anak yang Hidup Bersama Buku

Di dalam buku, terdapat banyak hal. Tidak hanya pengetahuan, ada maslaah, ada perjuangan, ada kesedihan, ada kegembiraan, bahkan ada kisah nyata. Tentu, masih banyak lagi yang bisa diperoleh dari buku-buku.


Membaca buku, berarti berjuang memahami teks. Agar bisa mengatasi bila isinya maslaah. Biar bisa mengerti bila isinya kisah dan perjuangan. Karena buku, kita hadi tahu dan bisa antisipasi apapun. Siapapun yang membaca buku, berarti berani menghadapi tantangan. Bukan malah menjadi beban dan merasa terpuruk atas keadaan.


Kita sadar, mencari dan menemukan anak-anak yang membaca di zaman begini tidak gampang. Apalagi bila gawai sudah dalam genggaman. Bila ada anak-anak yang masih mau membaca, bersyukurlah. Karena kelak, mereka akan bisa jadi anak-anak yang diandalkan. Minimal mereka sudah tahu mana aktivitas yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat. Lebih dari itu, mereka pasti mampu berdiri tegak menatap masa depan. Sebab sudah terbiasa "melawan bada cerita" yang ada di dalam buku-buku. Inspirasinya banyak, imajinasinya cukup maka kreativitasnya pasti ada. Tidak usah khawatir terhadap anak-anak yang membaca buku.


Apalagi anak-anak yang terbiasa membaca buku di TBM Lentera Pustaka. Anak-anak yang terbiasa dan dilatih membaca buku bersama, bersuara dan berani tampil mengekspresikannya. Membaca buku yang selalu asyik dan menyenangkan. Bersama buku-buku, mereka membangun harapan dan memperjuangkan keadaan. Agar esok lebih baik dari hari ini. Tidak kurang 150 anak-anak usia sekolah yang terbiasa membaca buku 3 kali seminggu di TBM Lentera Pustaka. Pantaslah, mereka disebut anak-anak yang hidup bersama buku di zaman digital.



Ketahuilah, anak-anak yang terbiasa membaca buku. Mereka tidak akan pernah mau berbagi beban. Tapi justru mereka membiasakan berbagi pengalaman indah dan saling membantu untuk mengatasi maslaah dengan kreatif.


Hari ini banyak orang mencintai waktu dan menyia-nyiakannya. Tapi di TBM Lentera Pustaka, mereka diajarkan memanfaatkan sedikit waktu bersama buku. Agar jangan pernah berkata berat, sebelum mengerjakannya. Hidup jangan hanya berniat baik tapi harus diikuti aksi nyata. Dan jangan jadikan buku sebagai beban. Jadikan solusi dan kebiasaan.


Dan bersama buku, siapapun akan tersadar. Jangan pernah membuang waktu untuk sesuatu yang tidak baik dan tidak ada manfaatnya. Terima kasih Nak, kalian sudah mau membaca! Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen



Jumat, 29 November 2024

Berapa Pengguna Layanan TBM Lentera Pustaka di Tahun 2024, Apa Manfaatnya Taman Bacaan?

Seorang kawan yang ngomong. Ternyata benar, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) memang sifatnya sosial. Tapi bukan bukan berati dikelola asal-asalan. Terserah pengelolanya, terserah mau dibuka atau tidak. Apalagi anak-anak yang membaca sedikit, akhirnya jadi alasan untuk “membenarkan” pikiran dan tindakan pengelolanya. Sekali lagi, memang taman bacaan itu sosial tapi bukan berarti dikelola asal-asalan.

 

Itulah kenapa, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) tidak boleh didirikan atas dasar idealisme pengelolanya. Apalagi hanya untuk meraih popularitas atau jadi “jalan” untuk ke sana ke sini atas nama lembaga TBM. Akhirnya, sibuk urusan organisasi tapi TBM-nya sendiri tidak diurus. TBM-nya ditinggal dan makin tidak jelas aktivitas seperti apa dan mau dibawa ke mana? Jadi, sebenarnya TBM itu apa? Jalan untuk pengelola untuk meraih “karier sosial” atau memberi manfaat kepada orang banyak? Sungguh, pemikiran yang patut direnungkan!

 

Survei tata kelola taman bacaan TBM Lentera Pustaka (2022) yang diikuti 172 responden dari 97 kabupaten/kota di 27 provinsi menyebut “90% TBM pencapaian tujuan keberadaannya tergolong rendah”. Sayangnya, survei tersebut tidak menjelaskan apa sebab rendahnya pencapaian tujuan? Tapi bila dianalisis, bisa jadi, sebabnya karena 1) tidak tersedianya dana yang cukup untuk aktivitas TBM-nya, 2) tidak fokus untuk mengurus TVM, 3) tidak adanya sumber daya yang cukup untuk menjalankan TBM, atau 4) TBM hanya sebatas “nice to have”.  Maka akhirnya, 90% TBM tingkat pencapaian tujuannya rendah.

 

TBM memang bersifat sosial. Tapi bukan berarti dikelola dengan asal-asalan. Karena itu, aksi nyata atau tindakan dalam pengelolaan TBM menjadi sangat penting. Tata kelola TBM sangat membutuhkan komitmen dan konsistensi dalam berkegiatan. Untuk itu, TBM wajib diurus dan tidak boleh kehilangan fokus sebagai sarana meningkatkan kegemaran membaca masyarakat. Jadi tempat bergeraknnya literasi di kampung-kampung, di daerah-daerah bukan hanya di seminar di dalam hotel. Karena sejatinya, TBM memang harus di-eksekusi bukan sekadar narasi dan diskusi.

 

Contoh kasus di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Selain beroperasi selama 6 hari dalam seminggu (kecuali Senin), kini sudah melayani 592 orang per Minggu atau sama dengan 2.368 orang per bulan. Bila disetahunkan, maka ada 28.416 orang yang terlayani di TBM Lentera Pustaka. Itu berarti keberadaan TBM sangat bermanfaat untuk masyarakat, di samping eksistensi TBM dalam memainkan peran dan tanggung jawab sosial tergolong efektif. Data tersebut tidak termasuk event-event CSR atau bakti sosial yang rata-rata ada 2-3 event per bulan di TBM Lentera Pustaka. Didukung oleh 6 wali baca dan 12 relawan aktif, TBM Lentera Pustaka menjalankan 15 program literasi (diantaranya TABA, KEPRA, GEBERBURA, MOBAKE, YABI, JOMBI, LITDIG, LITFIN, Kopi Lentera, DonBuk, Ramah Difabel) dengan koleksi lebih dari 10.000 buku bacaan dan mitra CSR Bank Sinarmas, Chubb Life, dan AAI Perancis. Pengguna layanan TBM Lentera Pustaka kini mencakup Desa Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajadi Kec. Tamansari Kab, Bogor atau sama dengan mencapai 50% dari seluruh desa di kecamatan. Pada tahun 2025 ini, karena animo masyarakat begitu besar maka TBM Lentera Pustaka akan melakukan program 1) revitalisasi panggung baca, 2) pembuatan parkiran TBM Lentera Pustaka, dan dan 3) renovasi musholla dan gudang buku yang didukung oleh Bank Sinarmas.

 


Maka lagi-lagi, sekalipun TBM bersifat sosial tapi harus dikelola dengan profesional, harus sepenuh hati mengurus TBM. Sebagai aktivitas sosial, justru pengelolaan TBM membutuhkan komitmen dan konsistensi yang tinggi. Karena taman bacaan tidak bisa dikelola dari jauh, melainkan harus dikerjakan langsung dan mampu melahirkan praktik baik di TBM dengan cara masing-masing.

 

Berkiprah di TBM adalah ladang amal, bila perlu menjadi jalan hidup. Memang tidak mudah, tapi sesuatu yang haris diperjuangkan. Untuk menjaga keseimbangan hidup dunia akhirat, untuk mau dan berani berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. TBM adalah tempat mengubah niat baik jadi aksi nyata.Karenanya, TBM di mana pun harus diurus dan mau melibatkan semua pihak, berani menjalankan aktivitas rutin dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Dengan begitu, mitra CSR atau kerjasama termasuk donator buku pasti akan datang dengan sendirinya. Selain pantang menyerah, mengelola TBM “dilarang” setengah hati.

 

Maka patut jadi renungan, apa iya bila TBM bersifat sosial pantas dikelola dengan setengah hati. Apa iya TBM cukup diurus dengan setengah hati? Bila ada waktu saja atau bila tidak capek baru mengurus TBM. Ketahuilah, apapun yang dikerjakan oleh siapapun. Hukuman bagi setiap pikiran dan perbuatan yang tidak konsisten adalah ketidak-konsistenan itu sendiri. Karena tidak ada yang baik bila tidak diurus dengan baik, tidak pula ada yang maju bila cara berpikirnya mundur atau hanya “jalan di tempat”.

 

Maka perbaikilah TBM kita, maka Allah SWT akan memperbaiki TBM kita. Semuanya tergantu kita, mau apa dan mau ke mana? Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 





Kuliah menulis Ilmiah Itu Teori atau Praktik?

Di zaman begini, banyak orang jago ngomong. Tapi sayang, tidak jago menulis. Bahkan nggak sedikit yang nggak bisa menulis. Sekalinya menulis berantakan, cara berpikirnya nggak runtut. Konsekuensinya, tulisannya sudah dipahami apalagi diimplementasikan orang lain. Menulis memang nggak mudah.

 

Membaca jarang, menulis kurang. Jadi, apa yang mau diharapkan dari kuliah menulis?  Kuliah menulis itu teori apa praktik? Menulis itu pelajaran atau perbuatan? Dan menulis itu narasi atau aksi? Coba deh dijawab dulu, tentang menulis itu apa? Apa sekadar tahu, bahwa menulis itu menuangkan ide dan gagasan secara tertulis.

 

Makin berat lagi, bagi mahasiswa yang ikut kuliah “menulis ilmiah”. Apa sih menulis ilmiah? Menulis yang biasa saja belum tentu dilakukan. Tapi kini disuruh menulis ilmiah. Apa nggak berat kuliah seperti itu? Menulis yang biasa jarang dilakukan, terus gimana mau menulis ilmiah? Maka cukup dibatasi dalam perenungan bersama, apa sebenarnya menulis ilmiah itu?

 

Tidak salah sih, bila menulis ilmiah dibilang sebagai kegiatan menuangkan ide dan gagasan secara tertulis dengan mengikuti kaidah ilmiah. Sebuah aktivitas menulis yang berkaitan dengan keilmiahan untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Bolehlah dibilang, menulis ilmiah berarti keterampilan menulis secara ilmiah. Berarti dalam menulis ilmiah, ada cara berpikir yang ilmiah dan kemampuan menulis itu sendiri.

 

Maka banyak yang menyebut, menulis ilmiah harus memiliki ciri-ciri penting yaitu:

1.  Berisi pengetahuan dan pengalaman faktual secara objektif.

2. Tulisannya disajikan secara logis dan sistematis.

3.  Menggunakan format tulisan yang baku.

4. Isi tulisannya berupa masalah yang faktual, lalu didukung data dan solusi terhadap masalahnya.

5. Dan mudah dipahami orang, bukan saking ilmiahnya malah orang yang baca tidak mengerti.

 

Menulis ilmiah memang penting. Karena ada segudang manfaat di dalam tulisan ilmiah. Diantaranya, 1) menyumbang ilmu pengetahuan,2) mampu memberi solusi atau identifikasi atas masalah, 3) membiasakan berpikir ilmiah, 4) meningkatkan kualitas pendidikan, 5) mendorong inovasi dan perkembangan teknologi, dan 6) mampu memberdayakan masyarakat.

 


Oleh karena itu, menulis ilmiah penting dan jadi salah satu mata kuliah yang diajarkan di program studi tertentu. Minimal untuk memulai skripsi, tesis, atau disertasi. Ada juga yang menulis makalah atau jurnal. Semuanya harus disajikan dalam tulisan ilmiah. Jelas latar belakangnya, jelas masalahnya, hingga jelas pula solusi yang disajikannya.

 

Menulis ilmiah memang tidak boleh sembarangan. Harus ada langkah-langkah yang ditempuh dalam tulisan ilmiah, yaitu:

1. Memilih topik dan tema tulisan yang memang bermasalah, bukan cari-cari masalah

2. Memiliki dan mengumpulkan bahan tulisan berupa data dan fakta yang memadai.

3. Merencanakan kerangka tulisan sesuai dengan format penulisannya.

4. Memiliki metodologi penulisan dan pembahasan yang proporsional.

5. Menyajikan solusi atau simpulan yang dapat diimplementasikan.

 

Karena itu,siapapun yang menulis ilmiah sejatinya harus punya kemampuan berbahasa yang memadai, kosakatanya cukup, dan cara berpikirnya jernih alias objektif. Hanya tulisan ilmiah yang menghendaki format baku, bahasa lugas, formal, logis dan sistematis, dan disajikan secara koheren.

 

Saat berbahasa lisan, kita sering salah tafsir. Bahkan sering pula tidak jelas atau ambigu. Maka di tulisan ilmiah, semuanya harus disajikan dengan logis. Dan tulisan ilmiah, memang harus ditulis untuk mencari jawaban atas suatu masalah yang bersifat ilmiah. Untuk membuktikan kebenaran berdasarkan data dan fakta. Maka menulis ilmiah adalah keterampilan memadukan cara berpikir dan keterampilan menulis untuk keperluan ilmiah. Salam literasi #MenulisIlmiah #KuliahMenulis #DosenMenulis

Selasa, 26 November 2024

Doa Rakyat Taman Bacaan, Semoga Terpilih Pemimpin Daerah yang Amanah dan Tahu Diri

Hari ini, 27 November 2024, hari pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak di Indonesia. Ada 545 daerah yang menggelar Pilkada 2024. Terdiri dari 37 provinsi memilih gubernur dan wakil gubernur, 415 kabupaten memilih bupati-wakil bupati, dan 93 kota memilih wali kota-wakil wali kota. Momen bersejarah untuk bangsa Indonesia dan daerahnya masing-masing.

 

Selalu ada cerita di balik pilkada. Mulai dari anak sekolah yang katanya dikeluarkan dari sekolah karena orang tuanya punya pilihan calon yang berbeda. Ada pula bekas presiden yang “turun gunung” hanya ingin memenangkan caloin tertentu, asal berbeda dari bekas partainya dulu. Ada pula bekas gubernur yang ikut kampanye dan memilih calon tertentu, asal beda dari yang didukung si bekas presiden. Tapi yang paling banyak, dari kemarin hinggu subuh tadi masih banyak RT/RW atau tetangga yang bolak-balik membaca amplop untuk menyerahkan “serangan fajar”. Agar calonnya – kandidatnya dipilih dan terpilih. Pilkada, pilkada, segala rupa “dihalalkan” demi kekuasaan.

 

Sebagai seorang rakyat, mungkin saya hanya bisa berdoa. Semoga terpilih pemimpin daerah yang AMANAH dan TAHU DIRI. Itu saja, pemimpin yang Amanah dan tahu diri. Bangsa ini dan daerah-daerah yang pengen maju hanya butuh “pemimpin yang amanah dan tahu diri”. Bukan pemimpin daerah yang ingkar janji, apalagi koruptif. Bukan pemimpin yang khianat dan tidak tahu diri. Pemimpin yang begitu punya kekuasaan jadi lupa diri dan tidak amanah.

 

Pemimpin amanah itu penting. Agar kepercayaan rakyat benar-benar dijalankan dengan baik. Kekuasaan yang diraih memang untuk memajukan daerahnya dan menyejahterakan rakyatnya.Karena jabatan gubernur, bupati atau wali kota hanya titipan. Jadi memang harus amanah, atas “titipan” suara rakyat yang telah memilihnya. Susah bila pemimpin tidak amanah. Orang yang tidak Amanah biasanya tidak akan menepati janji, tidak jujur, tidak bertanggung jawab atas apa yang diomong dan diucapkan. Bahkan akhirnya, jabatan dan kekuasaan hanya dipakai untuk keuntungan diri sendiri, keluarga, dan kelompoknya saja. Coba cek saja, banyak banget pemimpin daerah yang tidak amanah. Akhirnya kena OTT KPK, pemimpinnya ngetop dan jago ngomong tapi daerahnya tetap gitu-gitu saja.

 


Semoga juga dari Pilkada 2024 ini lahir “pemimpin yang tahu diri”. Karena sekarang banyak pemimpin akhirnya tidak tahu diri. Sudah jadi bekas presiden gayanya masih kayak presiden. Pemimpin daerah yang tahu diri itu sadar atas keadaan dirinya dan rakyatnya, seperti apa? Pemimpin yang paham kelebihan dan kekurangannya. Lebihnya untuk menjalankan amanat rakyat, kurangnya untuk introspeksi diri. Sangat penting, penimpin yang tahu diri sekarang. Agar tidak menyakiti hati rakyatnya. Hanya pemimpin yang tahu diri yang akan memajukan daerahnya, menyejahterakan rakyatnya, dan berkontribusi positif terhadap daerahnya selama jadi pemimpin.  Bukan pemimpin yang lupa diri, bukan pemimpin yang “loncat pagar” dari partai pengusungnya setelah berkuasa. Pemimpin harus tahu diri.

 

Pilkada serentak, tentu bukan hanya proses demokrasi. Bukan hanya menyuruh-nyuruh rakyat menggunakan hak suara. Bukan cuma slogan pilkada yang riang gembira. Bukan pula sebatas pilkada yang aman dan damai. Dari dulu, rakyat juga aman-aman dan damai-damai saja. Justru yang merusak rakyat, mengecewakan rakyat itu pemimpinnya. Pemimpin yang salah pilih, pemimpin yang tidak Amanah dan tidak tahu diri,

 

Sebagai rakyat, yuk kita berdoa. Agar terpilih pemimpin daerah yang Amanah dan tahu diri. Sehingga esok saat mereka memimpin, pilkada tidak menyisakan penyesalan dan trauma. Selamat memilih #LiterasiPilkada #TBMLenteraPustaka #EdukasiPemilih




Cium Tangan untuk Kamu yang Istiqomah di Taman Bacaan

Memang ada benarnya, bersikap Istiqomah atau konsisten di taman bacaan itu tidak mudah. Apalagi sifatnya sosial, hanya mengurus dan membimbing anak-anak yang membaca tentu butuh komitmen sepenuh hati. Zaman begini gitu lo, lebih baik kerjakan apapun yang ada uangnya. Fokus pada ada untungnya buat diri sendiri, iya nggak?

 

Yah, memang begitu faktanya. Seperti di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, pegiat literasi yang berkiprah hanya butuh sikap Istiqomah. Relawan yang berkontribusi hanya butuh konsistensi. Datang, lalu berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan. Apa untungnya? Ya pasti tidak ada selain ketenangan batin dan berharap berkah dari Allah SWT. Untuk punya kerjaan dan cukup uang bila berkahnya sedikit, stres dan masalah melulu.

 

Sungguh sulit dibantah, apapun dan di mana pun. Saat menjalankan kebaikan yang terberat itu adalah menjaga agar istiqomah. Berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan hanya butuh konsistensi. Karena di zaman now, pasti banyak gangguannya. Kawan-kawan yang maunya ngobrol dan nongkrong. Rekan-rekan yang hanya puas ngobrol di group WA. Semua itu tantangan dan bahkan bisa berubah jadi gangguan bagi aktivitas sosial di taman bacaan

 

Kata orang bijak, memulai suatu kebaikan itu memang berat. Namun menjaga agar kebaikan yang sudah dimulai tetap bisa istiqomah justru lebih berat lagi. Mendirikan taman bacaan masyarakat itu tidak mudah. Harus izin, cari buku-buku, mengajak anak-anak membaca. Belum lagi bikin jadwal, kapan buka kapan tutup? Mencari relawan sulit bukan main. Terkadang stress, kadang frustrasi. Akhirnya, taman bacaan diurus ogah-ogahan. Seperti “mau tapi tak mau”. Maka lagi-lagi, taman bacaan dan aktivitas sosial memang butuh sikap Istiqomah.

 

Seperti sholat, pun yang berat istiqomah. Semua paham sholat itu wajib. Tapi tidak semua orang mengerjakan sholat dengan istiqomah. Apalagi sholat berjamaah di masjid, pasti sangat berat. Maka hebatlah, orang-orang yang Istiqomah Sholah berjamaah di masjid. Angkat topi dan selalu hormat pada mereka, cium tangan dulu …

 

Istiqomah itu sikap teguh pendirian dan konsisten dalam mengerjakan apapun. Kerja Istiqomah, berbuat baik Istiqomah, dan berkiprah di taman bacaan pun Istiqomah. Luar biasa si istiqomah. Selalu jadi inspirasi dan spirit banyak orang. Istiqomah dari dulu sering didiskusikan tapi sampai sekarang masih sulit dilakukan. Salam buat Istiqomah.

 


Istiqomah atau konsisten, setidaknya butuh kesadaran dan pengetahuan. Bahwa sesuatu yang baik dan bermanfaat memang harus dikerjakan terus-menerus, tidak bisa instan. Untuk bisa istiqomah harus berproses, tidak bisa pasang surut. Terkadang buka terkadang tutup. Kadang ada kadang tidak, bikin orang jadi bingung. Jadi, istiqomah itu lawan ya ketidak-konsiatenan. Musuhnya ketidak-sungguhan.

 

Maka berkiprah secara sosial di taman bacaan, hanya butuh sikap Istiqomah. Mau melakukannya terus-menerus hingga jadi gaya hidup atau jalan hidup. Sambil menjaga sikap ikhlas dan tulus untuk membantu orang lain. Berkomitmen pada tujuan kebaikan. Dan yakin, pada akhirnya Allah SWT akan memudahkan jalan bagi orang-orang yang Istiqomah dalam kebaikan dan kemanfaatan.

 

Jadi, tidak usah muluk-muluk di taman bacaan. Mau begini mau begitu. Mimpi ini mimpi itu. Cukup jalani dan kerjakan saja, apa yang harus dilakukan di taman bacaan. Agar bisa istiqomah. Karena apapun yang dikerjakan dengan istiqomah, insya Allah bikin tenang dan nyaman. Tidak akan pernah merasa rugi atau banyak masalah. Karena sesuatu yang dijalani dengan istiqomah, bisa jadi itu sudah “jalan yang paling pas” dipilih Allah SWT untuk kita. Sedangkan di luar sana, masih banyak orang yang mengerjakan banyak hal tapi tidak tahu “jalan” sebenarnya mereka mau ke mana?

 

Yuk, belajar dan berlatih Istiqomah. Di mana pun dan apapun, asal itu baik dan bermanfaat. Cium tangan untuk kamu-kamu yang Istiqomah di taman bacaan, di jalan kebaikan. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 

Senin, 25 November 2024

Tentang Spirit Taman Bacaan yang Sering Dilupakan Orang?

Ambisi besar atau harapan banyak tanpa ikhtiar dan realisasi hanyalah arogansi yang tak bertepi Keangkuhan kosong hanya lahir dari bicara banyak tanpa tindakan. Karena itu, siapapun, mulailah berpikir dan merenung. Untuk apa hanya berani bermimpi besar tapi takut menghadapi kenyataan. Ketahuilah, tidak ada burung yang ingin terbang tinggi tapi enggan mengepakkan sayapnya? Mau terbang tapi berdiam diri, pasti akan terjatuh dan menjadi bahan ejekan dunia.

 

Di mana-mana, penghormatan tidak akan pernah lahir dari banyaknya omongan. Hari ini banyak orang pandai bicara tapi ternyuata omong kosong. Narasinya bagus tapi aksinya kosong. Penghormatan itu tercipta dari siapapun yang mau bertindak, mau berbuat sekecil apapun. Tidak peduli tinggi rendahnya pendidkan, tidak peduli seberapa tingga atau rendah pangkat dan jabatan yang melekat dipundaknya.

 

Seperti pegiat literasi di taman bacaan. Tidak mungkin hanya berpegang pada label literasi tapi aktivitasnya pasang surut. Tidak mungkin menyebut taman bacaan masyarakat tanpa diurus dan dikelola dengan optimal. Kita sering lupa, taman bacaan dan literasi sama sekali tidak bisa dibesarkan dari mimpi atau ambis. Tidak pula bisa besar dari diskusi dan narasi. Karena taman bacaan dan literasi hanya bisa lahir dari eksekusi, dari ikhtiar yang dilakukan dengan penuh komitmen dan konsistensi. Literasi akar rumput, yang mengubah niat baik jadi aksi nyata. Seorang pelaut, pastinya hanya bisa menaklukkan lautan luas atas kemauan belajar menavigasi kapal.


 

 

Maka, beranilah bermimpi besar. Tapi harus berani pula untuk bertindak. Karena sejatinya, hidup yang paling memalukan bukanlah mimpi yang gagal tercapai. Tapi mimpi yang sama sekali tidak diperjuangkan atau diusahakan. Saya harus malu. Bukan karena mimpi yang tidak tercapai. Tapi malu karena tidak mau ikhtiar dan berjuang untuk mimpi itu.

 

Karena itu, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor hanya fokus pada aksi nyata. Sebuah gerakan akar rumput yang membersamai anak-anak dan pengguna layanan berada di taman bacaan. Membaca dan berkreasi bersama untuk literasi. Fokus pada aksi nyata di taman bacaan dengan menyedikitkan diskusi. Itulah prinsip gerakan literasi dan taman bacaan yang sering dilupakan banyak orang.

 

Benar kata Plato, “tidak ada yang memalukan selain ambisi tanpa usaha”. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen





Agenda Penting Menumbuhkan Kepesertaan Dana Pensiun Sektor Informal?

Salah satu topik diskusi  kegiatan IOPS Annual General Meeting dan OECD/IOPS/OJK Global Forum on Private Pensions 2024 di Bali kemarin adalah ”memanfaatkan Digitalisasi Dana Pensiun untuk Menjangkau Sektor Informal”. Data BPS menyebut pekerja sektor informal di Indonesia kini mencapai 59,11% dari 147,7 juta pekerja. Artinya, pekerja sektor informal hari ini mencapai 87,3 juta pekerja. Sangat besar jumlah pekerja di sektor informal.

 

Pertanyaannya, apakah pekerja sektor informal tidak memiliki hak untuk menyiapkan masa pensiun atau hari tua yang lebih baik? Tentu saja berhak. Karena siapapun, berhak mempersiapkan masa pensiun yang nyaman, baik pekerja di sektor formal maupun informal. Karena itu, edukasi yang masif dan kemudahan akses untuk memiliki dana pensiun menjadi penting. Maka salah satunya dilakukan melalui “digitalisasi dana pensiun” agar dapat menjangkau sektor informal.

 

Sebagai contoh saja, setelah berdiskusi dengan beberapa rekan pengelola DPLK dan mengkalkulasi kepesertaan individu, saat ini di industri DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) kira-kira ada sekitar 736.000 peserta individu atau mencapai 20% dari total peserta DPLK. Ternyata dari angka tersebut, sekitar 70% peserta berada di sektor informal dan sisanya 30% peserta di sektor formal. Kondisi ini menyiratkan bahwa minat dan atau kemauan individu di sektor informal untuk memiliki program DPLK ada dan sulit untuk dibantah.

 

Namun untuk menyasar dana pensiun di sektor informal, memang harus dikenali beberapa karakter DPLK individu yang ada saat ini, yaitu:

1.   Pesertanya bekerja di sektor informal, UMKM, dan tergolong masyarakat berpenghasilan rendah.

2.   Iuran yang disetorkan untuk DPLK tergolong kecil, paling besar Rp. 100.000,-

3.   Iuran yang disetor besarannya berpotensi tidak tetap setiap bulannya atau tidak bisa reguler tiap bulan alias disebut “iuran suka-suka” karena tergantung penghasilan yang diperoleh setiap bulannya

4.   Usia pensiun yang ditetapkan biasanya sesuai dengan tujuan keuangannya, seperti untuk anak kuliah, untuk umroh atau naik haji, atau untuk renovasi rumah

5.   Motif ikut DPLK karena tidak punya program pensiun untuk hari tua dan simpanan bila ada kebutuhan dana yang sifatnya mendesak. 

Mengacu pada karakter di atas, maka untuk meningkatkan kepesertaan DPLK yang bersifat individual atau sektor informal dibutuhkan regulasi yang harus lebih fleksibel dan berpihak pada individu di sektor informal. Harus ada kemudahan bagi individu yang ingin memiliki dana pensiun, di samping edukasi dan akses yang gampang.

 


Karenanya bila dana pensiun sektor informal, UMKM ingin dikembangkan lebih besar, maka patut “dipikirkan” skema dana pensiun sektor informal yang memberi “ruang” peningkatan kepesertaaan individual, di samping dapat meningkatkan aset kelolaan industri dana pensiun yang lebih signifikan ke depan. Peserta individu di dana pensiun bukan hanya untuk “nice to have”. Tapi benar-benar menjadi potensi pasar yang harus digarap dengan serius. Karena sektor informal sangat jelas berbeda dengan sektor formal. Siapapun yang berada di sektor informal atau UMKM, pasti 1) tingkat penghasilannya bersifat tidak tetap, 2) skala usahanya kecil atau musiman, 3) jenis pekerjaannya informal atau berusaha sendiri, 4) tidak punya mekanisme administrasi yang kompleks, dan 5) masih banyak yang tidak punya izin dan tidak punya NPWP. Maka, perlakuan terhadap dana pensiun sektor informal berbeda dengan sektor formal. Harus ada penyesuaian skema dana pensiun di sektor informal.  Dan salah satu solusinya adalah melalui digitalisasi dana pensiun.

 

Harus diyakini, potensi pasar dana pensiun di sektor informal sangat besar. Karena itu “cara pandang” dana pensiun harus diseimbangkan antara sektor formal dan informal. Pekerja di sektor formal, mungkin sudah punya kesadaran dan punya kemampuang menabung untuk hari tua ditambah adanya kewajiban kompensasi pascakerja bagi pemberi kerjanya. Tapi di sektor informal, harus ada mekanisme edukasi dan kemudahan akses untuk dana pensiun. Di situlah lalgi-lagi, digitalisasi dana pensiun diperlukan. Selain “good will” atau iktikad baik, dana pensiun untuk pekerja informal atau individu akan efektif dikembangkan bila semua pemangku kepentingan mau melakukan 1) edukasi yang masif dan berkelanjutan dan 2) memberi kemudahan akses DPLK melalui digitalisasi pensiun. Dan yang terpenting, butuh waktu dan proses yang tidak instan. Itulah agenda penting untuk menumbuhkan kepesertaan dana pensiun sektor informal di Indonesia.

 

Semoga saja suatu saat nanti di Indonesia. Buruh bangunan, pedagang gorengan, tukang las, pedagang jamu, driver ojol, atau pegawai warteg bisa difasilitasi dengan program pensiun yang sifatnya sukarela. Sebagai bagian pemenuhan hak mereka untuk mempersiapkan masa pensiun yang layak. Agar esok, ada obrolan di antara mereka, “saldo dana pensiun elo udah berapa sekarang?”. Bukan memberi tahu, “sudah beli apa hari ini?” Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanapensiun #DanaPensiunSektorInformal #EdukatorDanaPensiun

TBM Lentera Pustaka Tetapkan Koordinator Relawan dan Ketua Harian, Optimalkan Strategi Literasi

Bertepatan dengan acara Festival Literasi Gunung Salak #7 sebagai peringatan hari ulang tahun ke-7, TBM Lentera Pustaka mengangkat dan menetapakn Mustopa Alwi sebagai Koordinator relawan dan Susilawati sebagai Ketua Harian TBM Lentera Pustaka. Melalui Surat Keputusan Yayasan lentera Pustaka Indonesia No. 40.E/SK/TBM-LP/XI/2024 yang dibacakan langsung Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka, pengangkatan Koordinator Relawan dan Ketua Harian TBM Lentera Pustaka bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan taman bacaan dalam melayani masyarakat, di samping memperkuat organisasi TBM ke depannya.

 

Adapun tugas Koordinator Relawan adalah mengkoordinasikan para relawan yang sudah ada melalui program dan kegiatan penguatan penggerak literasi, di samping merekrut relawan-relawan TBM yang baru, Sedangkan Ketua Harian akan bertanggung jawab urusan adminitrasi dan mewakili Pendiri TBM Lentera Pustaka dalam menjalankan program literasi dan aktivitas taman bacaan yang sudah berjalan selama ini. Pengangkatan koordinator relawan dan ketua harian juga menjadi cerminan komitmen TBM Lentera Pustaka dalam memperkuat organisasi dan kontribusi relawan dalam berkegiatan di taman bacaan.

 

Setelah menggelar Festival Literasi Gunung Salak #7 yang sangat melelahkan dengan 18 penampilan, relawan TBM Lentera Pustaka yang hadir terdiri dari: Susi, Alwi, Gandi, Ai, Zia, Dilla, Kayla, Fadil, Sabda, Ressa, Farida, Mega, Gina, Mutia, Nuraini, Nuhasanah, Rere, dan Yasin bertekad untuk menjaga koordinasi dan kekompakan dalam menjalankan program literasi dan aktivitas di TBM Lentera Pustaka. Sambil menikmati hidangan dan pemandangaan di Mac99, para relawan berdiskusi terkait ikhtiar untuk berbagi peran dan tanggung jawab di taman bacaan. Apalagi saat ini TBM Lentera Pustaka terus berkembang dan selalu ada anggota baru setiap minggunya. Tidak kurang dari 250 pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang bergabung saat ini di TBM Lentera Pustaka, baik anak-anak TBM, anak-anak Kelas Prasekolah, Ibu-ibu Geberbura, Koperasi Simpan Pinjam, Motor Baca Keliling dan ibu-ibu pengantar anak ke TBM. Patut diketahui, saat ini relawan TBM Lentera Pustaka mencapai 32 orang, namun yang aktif sekitar 20 orang atau mencapai 62,5%.

 


Dalam diskusinya, relawan TBM Lentera Pustaka bersepakat untuk meningkatkan komunikasi dan kontribusi di TBM Lentera Pustaka. Khususnya dalam menjalankan 15 program yang telah ada di TBM Lentera Pustaka saat ini. Melalui kesepakatan para relawan, diharapkan tiap relawan nantinya memiliki peran di taman bacaan tanpa rasa sungkan atau malu. Sebagai orang yang mengabdi secara sukarela tanpa mengharapkan imbalan di taman bacaan, tentu relawan sangat diperlukann TBM Lentera Pustaka. Untuk itu, semua kisah nyata relawan TBM Lentera Pustaka sudah dituangkan ke dalam buku berjudul “31 Relawan TBM Menulis  untuk Literasi”, hasil dari pelatihan menulis untuk literasi saat Banpem Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 dari Badan Bahasa Kemdikbud RI.

 

“Bagi TBM Lentera Pustaka, relawan adalah aset yang sangat berharga. Karena itu, saya sangat mendukung inisiatif para relawan di samping memberi kepercayaan penuh untuk berkiprah sesuai dengan kapasitasnya. Sebagai Pendiri TBM Lentera Pustaka, saya memfasilitasi dan menjaga motivasi para relawan yang kebanyakan anak-anak muda” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka saat ikut diskusi para relawan kemarin (24/11.2024).

 

Di TBM Lentera Pustaka, sejatinya relawan tidak hanya dilihat sebagan gerakan sukarela semata. Tapi lebih dari ini, sebagai “jalan hidupo” untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Relawan sebagai ladang amal untuk siapapun dalam berkiprah sosial. Menjadi relawan adalah pengalaman yang tidak ada bandingannnya dan sangat berguna untuk membangun keberkahan dalam hidup, baik secara material maupun nonmaterial.

 

Rencananya untuk memperkuat kebersamaan, relawan TBM Lentera Pustaka akan menggelar outing dan healing bersama ke Pulau Harapan kepualauan Seribu pada 13-14 Desember 2024 dengan 50% biaya ditanggung Pendiri TBM Lentera Pustaka. Relawan TBM, begitu berharga begitu berjasa. Salam literasi #RelawanTBM #TBMLenteraPustaka #PenggerakLiterasi






Minggu, 24 November 2024

Kampanyekan Ayo Baca, TBM Lentera Pustaka dan Bank Sinarmas Gelar Festival Literasi Gunung Salak #7

Memperingati ulang tahun ke-7, TBM Lentera Pustaka menggelar "Festival Literasi Gunung Salak #7" sebagai ajang kreasi anak-anak pembaca aktif dan membangun kecintaan budaya Indonesia (24/11/2024). Dihadiri 300-an orang, kegiatan tahunan taman bacaan di kaki Gunung Salak Bogor ini sekaligus menjagi ikhtiar menggaungkan pentingnya anak membaca buku dan gerakan literasi. Ikut hadir di acara ini Retno Tri Wulandari (Head Corporate Secretary Bank Sinarmas), Narita Kusumawardhani, Epul Saepullaoh, dan Carlos dari Bank Sinarmas didampingi Syarifudin Yunus (Pendiri TBM Lentera Pustaka).

 

Bertajuk “Tujuh Tahun Sudah Mengabdi di Taman Bacaan”, Festival Literasi Gunung Salak #7 kali ini akan diramaikan 18 penampilan pengguna layanan TBM Lentera Pustaka. Seperti 1) tarian tradisional anak-anak, 2) ekspresi ibu-ibu pengantar anak, dan 3) aksi relawan TBM Lentera Pustaka. Dalam kesempatan ini, Pendiri TBM Lentera Pustaka melakukan syukuran atas pencapaian gelar doctor manajemen pendidikan di hadapan keluarga besar TBM Lentera Pustaka.

 

“Festival Literasi Gunung Salak #7 ini menjadi momen syukuran TBM Lentera Pustaka yang telah melewati 7 tahun pengabdian. Acara ini didukung oleh Bank Sinarmas sebagai mitra CSR yang komit mengkampanyekan giat membaca dan gerakan literasi untuk anak-anak Indonesia. Mari kita tegakkan terus kegemaran membaca di taman bacaan” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka dalam sambutannya.

 


Diawali dengan Kampanye Ayo Baca keliling kampung, Festival Literasi Gunung Salak #7 menyediakan photo booth kreasi relawan TBM dan stand makanan seperti bakso, jasuke, burger, batagor dan es buah untuk semua pengguna layanan TBM Lentera Pustaka. Sebagai apresiasi, Bank Sinarmas memberikan bingkisan seluruh pengguna layanan TBM Lentera Pustaka, nasi boks, dan souvenir untuk penampilan terbaik. Dalam kesempatana ini, TBM Lentera Pustaka memberikan penghargaan “pengguna layanan terbaik” yang terdiri dari: 1) Anak TBM pembaca terbaik - Septiana Zuliyanti, 2) Anak Kepra A terbaik - Nadira Azmi Falisa, 3) Anak Kepra B - M. Ridho Aljabar, 4) Ibu pengantar terbaik – Uum, dan 5) Relawan TBM terbaik - Mustopa Alwi. Melalui SK Yayasan Lentera Pustaka Indonesia pula ditetapkan pula Mustopa Alwi sebagai Koordinator Relawan dan Susilawati sebagai Ketua Harian TBM Lentera Pustaka.

 

“Bank Sinarmas bangga bisa bekerjasama dengan TBM Lentera Pustaka. Aktivitasnya makin maju dan anak-anaknya makin banyakm sungguh luar biasa. Ke depan, Bank Sianrmas akan terus mendukung aktivitas TBM Lentera Pustaka, termasuk untuk memperkuat literasi finansial anak-anak dan pembukaaan rekening SimPel.Anak-anak harus rajin membaca di TBM” kata Retno Tri Wulandari, Head of Corporate Secretary Bank Sinarmas dalam sambutannya.

 

Patut diketahui, sejak berdiri tahun 5 November 2017, TBM Lentera Pustaka awalnya hanya menjalankan 1 program literasi yaitu TABA (TAman BAcaan). Tapi kini telah mengelola 15 program literasi, seperti: TABA, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA), KEPRA (Kelas PRAsekolah), YABI (YAtim BInaan), JOMBI (JOMpo BInaan), TBM Ramah Difabel, KOPERASI LENTERA, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), LITDIG (LITerasi DIGital), LITFIN (LITerasi FINansial), LIDAB (LIterasi ADAb), Rooftop Baca, MOBAKE (MOtor BAca KEliling), dan Kopi Lentera. Didukung 6 wali baca dan 12 relawan, TBM Lentera Pustaka kini melayani tidak kurang dari 250 orang pengguna layanan setiap minggunya yang berasal dari 4 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajadi). Beroperasi 6 hari dalam seminggu, TBM Lentera Pustaka memiliki koleksi lebih dari 10.000 buku dan didukung 3 mitra CSR setiap tahunnya seperti Bank Sinarmas.

 

Melalui Festival Literasi Gunung Salak #7, harapannya, taman bacaan menjadi tempat membaca yang lebih inklusif dan menyenangkan. Sekaligus mengajak semua kalangan, untuk lebih peduli pada gerakan literasi dan aktivitas taman bacaan. Karena dalam hidup, tidak ada orang pintar dan hebat tanpa pengabdian kepada masyarakat, pada kemanusiaan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #FestivalLiterasiGunungSalak






Kamis, 21 November 2024

Anekdot di Indonesia, JudiOnline 900T vs Dana Pensiun 380T

Baru 6 bulan ini, Si Fulan akhirnya mampu melepaskan diri dari judi online (judol) slot. Katanya, sulit banget terbebas dari judol. Butuh perjuagan keras dan koitmen tingkat tinggi, maklum Si Fulan tergolong kecanduan parah terhadap judol.  

 

Judol itu gampang banget. Karena cuma punya uang Rp. 10.000 sudah bisa main judol slot. Tapi kan, Rp. 10.000 isetiap hari, berarti seminggu Rp. 70.000, sebulan berarti Rp. 280.000. Uang yang harusnya dipakai buat makan, malah dipakai buat judol. Kan nggak beres kalau begitu, kata Si Fulan.

 

Gila benar dan sangat memprihatinkan maraknya judol di Indonesia. Budi Gunawan, Menko Polkam mengungkapkan data-data judol di Indonesia. Sangat mencengangkan, begitu memprihatinkan kondisinya. Coba cek data-data judol di Indonesia (baca: https://www.tempo.co/ekonomi/menko-polkam-sebut-perputaran-uang-judi-online-mencapai-rp900-triliun-di-tahun-2024-1171463):

 

1.       Jumlah perputaran dana dalam aktivitas perjudian daring atau judi online (judol) di Indonesia telah mencapai nilai Rp900 triliun di tahun 2024.

2.       Jumlah pemain judol pada 2024 sebanyak 8,8 juta orang

3.       Diantara pemainnya ada 97.000 anggota TNI/Polri dan 1,9 juta pegawai swasta.

4.       Ada sebanyak 80.000 anak berusia di bawah 10 tahun bermain judi online.

5.       Mayoritas pemain judol adalah kalangan menengah ke bawah.

6.       Kata PPATK, perputaran dana dari judi online pada semester dua 2024 sudah mencapai Rp283 triliun (6/11/2024).

 

Jadi jelas, keberadaan judol sangat meresahkan. Sangat mengkhawatirkan dan sudah dalam kondisi darurat untuk diberantas. Tutup semua situs judi online, publikasikan nilai kerugian atas aktivitas judl yang tidak ada manfaatnya. Lakukan edukasi nasional tentang bahaya judi online. Bila tidak, sangat mungkin jumlah perputaran uangnya bertambah besar dan masyarakat makin susah.

 

Lagi pula kasihan, masyarakat kelas menengah ke bawah, sudah berhadapan dengan masalah kebutuhan hidup sehai-hari justru diperparah dengan “candu” judi online. Maka tidak ada alasan lagi, judi online harus diberantas, berantas, dan berantas habis. Berntas hingga ke akar-akarnya, jangan ada lagi judi online di Indonesia.

 


Ini sekadar anekdot dan perbandingan saja. Judi online di Indonesia baru ada sekitar tahun 1994 (30 tahun). Memang mulai marak banget saat pandemi Covid-19, ketika banyak orang WFH dan tersedia waktu luang. Tapi dalam kurun waktu 30 tahun bisa “memutar uang” hingga Rp. 900 triliun, dengan pemain mencapai 8,8 juta orang. Luar biasa. Sementara industri dana pensiun di Indonesia, sejak 1992 ada (32 tahun), hingga September 2024 baru membukukan aset kelolaan mencapai Rp. 380,8 triliun dengan jumlah peserta mencapai 4 juta orang.   

 

Lucu saja, judi online yang tidak memberi manfaat kok banyak penggemarnya. Sementera dana pensiun yang jelas-jelas manfaatnya untuk hari tua, malah tidak digemari. Kalau disurvei, semua pasti berpendapat sama. Bahwa “judi online tidak bermanfaat dan tidaik penting, sedangkan dana pensiun sangat bermanfaat dan penting”. Tapi nyatanya, biarlah angka-angka yang berbicara. Judul 30 tahun 900T vs dana pensiun 32 tahun 380T. Judl punya 8,8 juta pemain vs dana pensiun punya 4 juta peserta.

 

Memang tidak terlalu pas membandingkan judol dengan dana pensiun. Tapi sah-sah saja kan. Karena dalam gaya bahasa perbandingan atau majas perbandingan. Ada yang disebut “metafora”, gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun memiliki kemiripan. Ada orangnya, ada nilaiuangnya, dan ada durasi waktunya. Dengan membandingkan, kita jadi tahu. Sebenarnya seperti apa realitas kita dan mau ke mana kebijakan di negara ini?

 

Di balik itu semua, ada realitas penting. Ternyata, judi online kian marak karena faktor teknologi canggih, karena gampang di akses masyarakat. Apalagi siaftnya daring, diam-diam dan sembunyi-sembunyi maih HP, ternyata berjudi online. Berbeda dengan judi konservatof yang secara fisik kelihatan di tempat judi seperti sabung ayam atau main ceki.

 

Online alias teknologi daring terbukti mampu mengubah segalanya. Bisa merusak bisa menumbuhkan, tergantung mau dipakai untuk apa? Makin gampang akses, maka makin banyak penggemarnya. Begitulah hebatnya teknologi digital.

 

Maka tidak ada kata lain, judi online harus diberantas habis di Indonesia. Sudah mengkhawatirkan dan meresahkan. Sementara dana pensiun, harus terus meng-edukasi dan menyediakan akses yang dampang untuk orang banyak. Agar masyarakat Indonesia, bisa lebih baik di masa depan di hari tua.

 

Sepuluh ribu sehari, lebih baik ditabung di dana pensiun daripada dipakai untuk judi online. Iya nggak? Tapi siapa yang mau menyuarakan itu? Salam literasi