Bila ada satu dekapan yang paling kuat, bisa jadi itu adalah dekapan seorang kakek kepada cucunya. Dan sebaliknya, bila ada satu genggaman tangan yang paling kokoh itu bisa terjadi pada genggaman jari seorang cucu kepada kakeknya. Kalimat itu hanya mempertegas eratnya hubungan kakek dan cucunya.
Tentu saja, menjadi seorang kakek tergolong istimewa. Bergerak
ke sana ke mari, sambil bersenandung kecil. Agar sang cucu tertawa. Berjalan-jalan
sambil melantunkan doa agar sang cucu tumbuh sehat dan dilindungi-Nya. Mau
tidak mau, sang kakek pun jadi lebih aktif. Sambil mengulang kembali masa-masa
saat menggendong anaknya sewaktu bayi atau balita. Sungguh, kebahagiaan seorang
kakek sulit diungkapkan dengan kata-kata saat menggendong sang cucu.
Dekapan erat untuk sang cucu, itulah yang saya lakukan
kepada Aleena Thalia Saqeenarava, anak dari putra sulung saya sekaligus cucu
pertama saya yang baru berusia 6 bulan. Persis saat libur peringatan Isra Mi’raj
(8/2/2024), Aleena mengunjungi TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sebagai
kakek, saya pun menggendong dan bermain dengannya. Sambil melantunkan “lagu-lagu
lama anak kecil” dan bersholawat untuk Aleena. Bersenandung sambil menggendong cucu,
bisa jadi spirit dan energi baru seorang kakek dalam mengarungi sisa
kehidupannya.
Saat menggendong
cucu, siapapun terbersit pikiran yang sederhana. Bahwa menjadi seorang kakek
bukan tentang mau menjadikan apa cucu-cucunya. Bukan pula tentang bagaimana
orang tua harus mendidiknya. Tapi cukup untuk menghargai waktu dan kondrat alam
semesta. Bahwa selalu ada ikatan emosional yang tidak dapat dipisahkan antara
seorang kakek dan cucunya. Persis seperti seorang anak dengan kedua orang
tuanya. Karena relasi itu sudah menjadi hukum alam, hukum semesta yang tidak
bisa dihambat oleh siapapun.
Lebih dari itu, saat seorang kakek
menggendong cucunya. Pasti imunitas tubuh sang kakek meningkat pesat. Sentuhan
cucu yang memberi energi Istimewa dan mampu memperkuat kekebalan tubuh. Selalu ingin memeluk dan
menciumnya. Hingga memberikan rasa tenang dan damai, bahkan membuang stres.
Senyuman kecil sang cucu seakan “memberi nasihat” kepada sang kakek untuk terus
menjaga kesehatan dan bersyukur atas nikmat karunia yang sudah diperolehnya
hingga menjadi kakek-kakek. Cucu adalah obat untuk mencegah kehilangan memori di usia tua. Di samping dapat menjadi
reminder sang kakek untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, di samping terus
ikhtiar memperbaiki diri.
Ada
benarnya pesan orang tua dulu. Bahwa saat kakek menggendong cucunya, ada kebijaksanaan,
kehangatan, dan cinta yang mengalir apa adanya. Tanpa rekayasa, tanpa motif apapun.
Semuanya terjadi secara alamiah. Dekapan hangat seorang kakek untuk cucunya tidak
bisa dianalisis secara ilmiah. Karena soal batin, soal ikatan emosional yang sudah
menjadi hukum alam. Di dalam diri seorang kakek, ada telinga yang benar-benar
mendengarkan, ada lengan yang selalu menggenggam, ada cinta yang tidak
berkesudahan, dan ada hati yang selalu ikhlas.
Faktanya, manusia punya mata untuk melihat, telinga
untuk mendengar, dan mulut untuk berbicara. Sayangnya, terlalu banyak manusia
yang lebih senang banyak berbicara daripada mencoba mendengar dan melihat. Sehingga
tidak sedikit orang-orang dewasa terbuai oleh waktu yang tidak bermanfaat, bahkan
gemar melakukan aktivitas yang buruk. Maka sambil menggendong Aleena, saya pun
berbisik dan berdoa di telinganya. Agar kelak cucu saya Aleen, tumbuh menjadi
anak yang solehah dan diberkahi Allah SWT. Menjadi anak yang selalu 1) menjaga
sholat lima waktu, 2) selalu berbuat baik kepada siapapun, 3) gemar bersedekah,
4) rajin membaca Al Quran, 5) selalu berzikir dan bertasbih, 6) memperbanyak istighfar,
dan 7) selalu sabar dan bersyukur dalam segala keadaan. Sehingga kelak, alam
semesta pun bergetar karena akhlaknya.
Seorang
cucu pasti menjadi perisai bagi orang tuanya. Tapi cucu juga mampu menjadi
sahabat bagi kakeknya. Karena saat dialog cucu dan kakeknya, selalu ada pesan
untuk mencintai dan memperbaiki diri. Salam literasi #TamanBacaan
#BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar