Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW diperingati 8 Februari 2024, bertepatan pada 27 Rajab 1445. Tentu saja, Isra Mi’raj memberi banyak hikmah yang sangat dalam. Agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Utamanya teladan Nabi Muhammad dalam menempuh perjalananan dakwahnya, untuk mengasah ketangguhannya.
Maka peringatan Isra Mi’raj, khususnya bagi pegiat literasi yang berkiprah di
taman bacaan, menjadi momentum untuk muhasabah diri, introspeksi diri. Menengok
kembali apa-apa yang telah dilakukannya. Untuk mendapat pujian atau sebagai
bagian dari perjalanan ibadah? Untuk lebih sabar dan bersyukur atas kiprah
literasi dan aktivitas taman bacaan yang sudah digelontorkan. Sambil menjaga sikap
komitmen dan konsisten, apapun alasannya. Bahwa kiprah literasi dan taman
bacaan bukan lagi urusan dunia tapi urusan nanti ….
Berkiprah
di taman bacaan bukanlah tujuan tapi jalan. Demi tegaknya tradisi baca dan
budaya literasi masyarakat. Maka dalam perjalanannya, jangan ada lagi ragu
dalam tindakan. Untuk mengubah niat baik jadi
aksi nyata. Tanpa terpengaruh oleh opini orang lain. Isra Mi’raj di taman
bacaan pun memberi pesan. Akan pentingnya terus belajar dan mengasah diri,
sambil tetap beradaptasi dengan perubahan. Untuk selalu berbuat baik dan
menebar manfaat sekalipun hanya melalui buku-buku bacaan. Hingga akhirnya,
literasi dan taman bacaan menjadi jalan hidup.
Karena di luar sana, kita sering menyaksikan orang-orag yang begitu
semangat dan kuat dalam mengejar perkara dunia. Namun tiba-tiba menjadi lemah
dan malas untuk urusan ibadah dan perkara kemanusiaan. Orang-orang yang begitu
tahan banting untuk berlama-lama nongkrong di kafe, berjam-jam muter di tempat
hiburan. Bahkan berhari-hari ngobrol urusan yang tidak ada faedahnya. Terbuai gaya
hidup, terlena obsesi diri. Semuanya hanya urusan dunia yang akan ditinggalkan,
cepat atau lambat.
Di luar sana, banyak orang sanggup memecah batu-batu yang
keras di bawah terik matahari. Atau dibalut dinginnya hujan. Demi mencari dunia,
mengejar materi. Tapi hanya sedikit orang yang mau berbuta baik secara nyata.
Menebar manfaat yang sederhana di lingkungan sekitar. Apalagi bersemangat urusan
akhirat; sholat lima waktu, membaca Al Quran, atau bersedekah. Saatnya introspeksi
diri. Bahwa kebanyakan kita pada hari ini, lebih sennag mengejar kenikmatan
dunia tapi berpaling dari kenikmatan akhirat. Itu semua terjadi, bukan karena kita
lemah bukan fisik tapi lemah hati.
Muhasabah diri. Rezeki dikejar dan dicari tanpa mau
dialirkan. Maka rezeki akan cepat habis tanpa manfaat. Selalu merasa tidak
cukup atau kurang. Rezekinya bocor lalu menyalahkan Allah atau orang lain.
Hingga lupa, rezeki itu kuncinya pada sedekah. Karena di dalamnya ada hak orang
lain. Maka resepnya, cukup alirkan rezeki melalui sedekah. Selagi bisa selagi
mampu di mana pun. Perbanyak sedekah maka rezeki melimpah.
Isra Mi’raj kali ini sangat penting. Sebagai momentum untuk
muhasabah diri. Mengukur diri apa yang sudah baik dan apa yang belum baik?
Bukan mengukur orang lain atau menilai urusan orang lain. Muhasabah unutk lebih
banyak bersyukur dan bersabar dalam segala keadaan. Sambil tetap menjaga
komitmen dan sikap istikomah dalam berbuat baik dan menebar manfaat kepada
sesama.
Yuk jangan tunda lagi, untuk muhasabah dan berbenah. Bahwa di
langit selalu ada yang kita tatap dan ada doa yang kita titip. Karne akita
hamba, bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Salam literasi #BacaBukanMaen
#TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar