Salah satu program literasi yang dijalankan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka adalah KEPRA (KElas PRAsekolah). Yaitu program “calistung plus” (sambil bermain) bagi anak-anak usia dini atau prasekolah. Saat ini, tercatat ada 36 anak usia prasekolah yang secara rutin ke TBM Lentera Pustaka seminggu 2 kali, tiap Selasa dan Kamis. Semuanya tiap kali ke taman bacan, pasti diantar ibunya. Begitulah KEPRA di TBM Lentera Pustaka.
Tapi soalnya bukan itu. Entah kenapa, saat
menyaksikan aktivitas belajar anak-anak KEPRA yang dibimbing langsung oleh wali
baca dan relawan TBM Lentera Pustaka justru saya seakan mendapat pelajaran baru.
Tentang tidak mudahnya mengelola aktivitas sosial seperti taman bacaan. Agar
tetap eksis dan mampu bertahan, sangat membutuhkan komitmen dan konsistensi yang
sepenuh hati. Tidak bisa “angin-anginan” menjalankan program literasi di taman
bacaan. Apalagi TBM Lentera Pustaka saat ini menjalankan 15 program litrerasi,
seperti TABA (TAman BAcaan), GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA), Ramah
Difabel, Koperasi Simpan Pinjam, RABU (RAjin menaBUng), MOBAKE (Motor Baca KEliling),
dan lainnya.
Saat berada di taman bacaan, seperti
disadarkan. Sebagai orang dewasa yang hadir di tengah anak-anak kelas
prasekolah atau anak-anak yang membaca buku seperti diingatkan untuk BERHENTI. Berhenti
memerintah, tanpa membimbing. Berhenti menyuruh, tanpa memberi teladan. Berhenti
menuntut, tanpa mau menuntun.Berhenti mengeluh, tanpa mau bersyukur.
Di taman bacaan, saya semakin belajar
Untuk melatih pikiran yang positif dan selalu optimis dalam menebar manfaat
kepada sesama. Selalu berbuat baik, sekecil apapun yang saya mampu. Selalu
mencoba untuk banyak mengapresiasi, bukan mengkritik. Banyak mencontohkan,
bukan menasihati. Bahkan lebih banyak memahami, bukan minta dipahami. Jadi,
taman bacaan sebenarnya bukan hanya tempat membaca buku. Tapi tempat belajar
semua orang.
Di taman bacaan, ternyata masih banyak
orang-orang yang tidak seberuntung saya. Semuanya dalam keterbatasan.
Ekonominya sulit, hidupnya prasejahtera, bahkan kesempatan sekolah belum tentu
dapat diteruskan. Tapi mereka tidak banyak mengeluh. Hanya selalu ikhtiar sepanjang
mampu, mungkin ditambah doa-doa baik yang dipanjatkan. Jadi, kenapa ada orang
yang tidak pernah mengeluh dalam hidupnya? Ternyata bukan karena mereka tidak
punya masalah. Tapi mereka lebih mampu memperlihatkan rasa syukurnya.
Berkiprah di taman bacaan memang tidak
mudah. Tapi bukan sulit sekali. Asal punya komitmen dan konsistensi yang selalu
dijaga, dipelihara. Itulah prinsip literasi. Harus punya kelapangan hati saat
berada di taman bacaan. Salam literasi! #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar