Kemarin saat ngobrol di warung kopi, kawan saya cerita. Bahwa dia punya prioritas dalam hidup banyak banget. Urusan kerjaan targetnya begini. Urusan rumah impiannya seperti ini. Urusan personal pengen hidup bahagia. Dia begitu antusias membahas prioritas hidupnya. Tentang target, tujuan – impian, dan bahagia. Katanya lagi, prioritas itu penting. Agar dia berbeda dengan orang-orang yang lainnya. Luar biasa, dalam hati saya.
Maka saya pun saya bertanya, “Apa yang
elo udah kerjakan untuk mencapai prioritas hidup elo itu semua?” Katanya, dia
sedang menyusun rencana aksi untuk mencapainya. Saya pun komentar, berarti elo
salah. Itu bukan prioritas tapi rencana. Punya target, punya tujuan, punya impian
ini itu. Semua itu tidak akan pernah terjadi bila tidak ada ikhtiar atau
eksekusi. Prioritas itu artinya “mengerjakan sesuatu yang dianggap lebih
penting dari yang lainnya”. Bila membaca buku itu lebih penting daripada ngopi,
maka harus membaca. Jadi, prioritas itu "eksekusi". Mau mengerjakannya,
bukan lagi bicara rencana.
Banyak orang lupa. Priorotas itu bukan rencana. Bukan pula
soal menempatkan sesuatu ke dalam urutan yang benar. Ini nomor satu, ini nomor
dua, tiga, dan seterusnya. Tapi saat ditanya sudah sampai mana? Jawabnya, belum
dikerjakan. Karena masih sibuk, nggak punya waktu, dan segudang alasan lainnya.
Mau apapun, bila belum dikerjakan berarti sebatas rencana, bukan prioritas.
Baru sebatas niat tapi belum jadi aksi nyata. Siapapun yang gampang bilang
nggak punya waktu, masih sibuk untuk urusan apapun. Itu berarti nggak punya
prioritas dalam hidup. Nggak punya tujuan hidup yang mau dicapai. Alias omdo, omong
doang.
Seperti di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Pegiat literasi, pengelola atau relawan, silakan punya aktivitas masing-masing. Bekerja, mengajar, kuliah atau lainnya. Tapi saatnya ada di taman bacaan ya datang, bimbing anak-anak yang membaca. Karena tidak ada anak-anak yang membaca buku bila tidak ada di taman bacaan. Apapun konsekuensinya, ya sediakan waktu untuk berada di taman bacaan. Kan tidak ada orang yang membaca buku bila tidak dekat dengan buku. Maka prioritas taman bacaan adalah “mengelola dan menjalankan aktivitas taman bacaan” secara nyata. Mampu mengubah niat baik jadi aksi nyata. Prioritas di taman bacaan itu membaca buku, bukan seminar tentang buku.
Ini pesan literasi. Bahwa siapapun boleh punya tujuan, boleh punya
prioritas. Maka harus mau dan berani untuk mengerjakan untuk mencapai
tujuannya. Mengerjakan apa yang jadi priorotas hidupnya. Bila tahu apa
yang diinginkan, maka lakukan segala hal dyang dapat membawa kita ke tempat
yang diinginkan. Fokus pada tujuan itu berarti mengerjakan apapaun yang bisa
mengantar ke tujuan. Bukan mengerjakan sesuatu yang tidak ada hubungan dengan
tujuan. Ngopi, ngobrol, atau berteman sekalipun bila tidak mampu mengantar kita
ke tujuan, untuk apa?
Prioritas
itu perilaku. Untuk memilah mana yang baik untuk dilakukan. Mana yang tidak
perlu dilakukan. Karena prioritas itu cara untuk membuat kita lebih mudah
mencapai tujuan. Makanya anak sekolah saat ulangan, disuruh kerjakan soal yang
lebih mudah daripada yang sulit. Agar soal terjawab semuanya. Bila berkutat di
soal yang sulit, pastinya tidak akan selesai-selesai. Prioritas itu dikerjakan,
bukan diomongkan. Betul nggak?
Jangan terkecoh lagi. Bila baru "memprioritaskan
jadwal" itu berarti hanya "rencana". Tapi bila mampu "menjadwalkan
prioritas" itu yang disebut "tindakan”. Mau mengerjakan alias eksekusi apapun yang menjadi
tujuan. Tentu, dengan sebaik-baiknya – seoptimal mungkin. Maka prioritas itu bukan
berjuang untuk "rencana" tapi berjuang untuk "eksekusi".
Jadilah literat! #PegiatLiterasi #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar