Sabtu, 07 Oktober 2023

Kenapa Taman Bacaan Sulit Eksis di Era Digital?

Pernah nggak sih, kita punya banyak hal positif yang pengen dilakukan. Inilah itulah, beginilah begitulah. Tapi akhirnya mentok, gara-gara semangat kita kendor di tengah jalan? Giliran ditanya, bilangnya pengen ‘berubah jadi lebih baik’. Cuma ujung-ujungnya cuma heboh di mulut dan pikiran kita doang?

 

Kemarin-kemarin, bilangnya. Mulai sekarang gue mau rajin belajar! Mau banyak membaca, pengen lebih produktif, dan segala rupa yang baik-baik. Awalnya semangat banget, ke sana ke sini. Bikin rencana ini, bikin plan itu. Semuanya disiapin, banyak orang diceritain. Pokoknya udah canggih banget deh! Hari pertama oke, minggu pertama pun berjalan. Ehh, sekarang alias hari ini. Entah kemana itu rencana yang udah disusun. Plan-nya bubar jalan. Untung, nggak ada yang nanya gimana perkembangannya? Bila ditanya pun, akhirnya cari-cari alasan yang pas. Kenapa begitu? Karena nggak punya komitmen, nggak ada konsistensi.

 

Begitu juga berkiprah di Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Ngomong literasi itu gampang, mengurus taman bacaan itu mudah. Apalagi cuma di seminar dan di mulut. Akhirnya cuma "jalan di tempat". Males-malesan, kadang buka TBM-nya kadang nggak. Ramai saat ada event saja. Selebihnya, hidup segan mati pun nggak mau. Katanya, TBM cukup begini-begini aja atau begitu-begitu aja. Kenapa terjadi lagi? Karena nggak punya komitmen, nggak ada konsistensi saat mengabdi di taman bacaan.

 


Tanpa komitmen dan konsistensi, jujur sih. TBM makin susah eksis, apalagi jadi "tujuan anak-anak". Kalah sama tempat nongkrong, lenyap di balik genggamann handphone. Memang nggak ada teori yang paling benar di TBM, nggak ada juga resep jitu agar TBM tetap bertahan. Tapi hanya komitmen dan konsistensi yang bisa menyelamatkan TBM dan gerakan literasi. Selebihnya, hanya kesadaran untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain. Apapun alasannya, bagaimanapun kondisinya. Tentu, sambil tetap mau mengontrol diri sendiri (self control) dan berani menunda kepuasan (delaying gratification). Keluar dari "zona nyaman" untuk tetap mengabdi di taman bacaan. Itulah spirit yang selalu dijaga di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, Insya Allah. Saya, wali baca, dan relawan sudah enam tahun ini “terus-menerus” menjaga komitmen dan konsistensi bersama, sambil tetap berkolaborasi dengan para pihak yang peduli. (Simak: https://www.youtube.com/watch?v=WkwCV0smDAY).

 

Maka komitmen dan konsistensi di TBM itu penting banget. Karena tanpa komitmen nggak ada yang bisa dimulai. Dan tanpa konsistensi pun nggak ada yang bisa diselesaikan. Bukankah begitu? Salam literasi #PegiatLiterasi #GerakanLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar