Seorang pria bersama kawan-kawan komunitasnya, tiba-tiba meminta dijemput di daerah Ciapus. Untuk menuju Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saya pun meluncur dan menemui mereka di warung kopi. Ternyata mereka para karyawan suatu perusahaan yang gemar “touring” pakai motor. Sebut saja komunitas “Sunmori” akronim dari Sunday Morning Ride.
Setelah saya tiba, mereka bertanya. Berapa lama lagi dari sini Pak? Saya pun
menjawab, sekitar 5 menit saja bila pakai motor. Kebetulan di TBM Lentera
Pustaka hari ini lagi ada antivitas literasi. Seperti biasa, tiap harinya
Minggu pagi, seluruh anak dan warga serta relawan TBM Lentera Pustaka memang
berada di taman bacaan. Membaca bersama, bermain games, hingga dimotivasi akan
pentingnya jadi manusia yang literat.
Sesaat sebelum berangkat menuju TBM Lentera Pustaka. Pimpinan rombongan pun
mengajak kawan-kawannya untuk bersiap-siap berangkat. “Ayo bro, kita berangkat.
Kita pasti suka ke taman bacaan ini. Menarik dan asyik” ujarnya.
Saya pun menyanggahnya. “Loh Pak, kan belum sampai di TBM Lentera Pustaka. Kita
baru mau ke lokasi, kok sudah bilang menarik dan asyik? Kan belum lihat aslinya
taman bacaan kami” kata saya.
“Wah itu, tidak ada
hubungannya. Menarik dan asyik itu ada di pikiran kita. Bahagia pun sesuatu
yang kita putuskan dari awal. Apapun, suka atau tidaknya tergantung kita. Tidak
ada pengaruh orang lain, tidak tergantung dari keadaannya. Tapi dari bagaimana
kita menata pikiran sendiri. Untuk menyenangi apapun yang kita kerjakan. Bapak
ini tidak lagi ngomong tapi praktik. Aksi nyata di taman bacaan, itu saya suka”
ujar si pimpinan rombongan.
Saya pun hanya terdiam dan berpikir. Hebat sekali pikiran dari si pimpinan
rombongan itu, batin saya. Bahwa rasa senang dan bahagia itu harus diputuskan
dari awal, ada pada diri sendiri. Pantas, sekarang banyak orang menyesal karena
gagal melihat sisi baik dan positif dari yang dikerjakannya. Kerja merasa jadi
beban, tiap hari mengeluh dan nelongso di media sosial.
Apa hikmahnya? Ternyata
benar, hidup itu pilihan. Mau melakukan sesuatu yang membahagiakan atau berdiam
diri meratapi keadaan. Mau optimis atau pesimis, itu terserah diri kita. Gagal
mengubah niat baik jadi aksi nyata. Hari ini, tidak sedikit orang yang gagal
berpikir positif. Gampang berkeluh kesah, mudah isi dan benci. Tapi
cita-citanya, ingin sukses dan berhasil. Kok bisa?
Jadi teringat seorang yang buta. Selalu bersyukur karena datangnya hari-hari
dianggap “hadiah” dari Tuhan. Untuk selalu ikhtiar dan berdoa yang baik. Tanpa
mengeluhkan keadaan matanya yang buta. Buta yang melihat dengan batinnya, bukan
mata fisiknya. Kurangi mengeluh, jauhkan iri dan benci. Berpikir yang positif
dan selalu optimis. Itulah modal penting untuk mencapai kebahagiaan. Bahagia
itu tindakan, bukan omongan. Teruslah berbuat baik dan menebar manfaat. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar