Tentang tolong-menolong, ada yang meyakini sebagai imbauan. Ada pula yang percaya sebagai perintah. Pemahaman tentang “imbauan” atau perintah” jadi sebab intensitas pertolongan yang dilakukan seseorang, di mana pun dan sebab apapun. Maka ketika mendapati keadaan atau orang lain yang perlu ditolong, masalah tinggal mau atau tidak dikerjakan. Bila menolong sebatas imbauan maka belum tentu mau menolong. Tapi bila menolong dianggap perintah maka tanpa pikir pasti ditolong.
Perintahnya
sederhana. “Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran”. Realisasinya pun
sederhana, siapapun selagi masih bisa berdiri dan mampu, cobalah untuk mau mengulurkan
tangan kepada orang-orang yang sedang jatuh. Semakin banyak orang yang bisa ditolong,
maka sejatinya kita sedang menolong diri sendiri. Dalihnya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad:7).
Ternyata,
berani dan mau menolong adalah modal penting siapapun untuk menjadikan dirinya lebih
kuat dan kokoh. Selain mendapatkan kemudahan dan keberkahann dalam hidup akibat
pertolongan dan kebaikan yang selalu dilakukan. Jadi, tolong-menolonglah dalam
kebaikan. Apapun alasannya, tolonglah yang perlu ditolong. Sebaliknya, jangan
pernah terjebak sedikitpun untuk tolong menolong dalam keburukan sekalipun
hanya omongan atau ocehan.
Prinsip
tolong-menolong inilah yang diyakini Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka
di kaki Gunung Salak Bogor. Selain menjadi tempat membaca bagi ratusan anak dan
warga yang selama ini tidak punya akses bacaan, TBM Lentera Pustaka pun
memiliki 15 program literasi yang didasari prinsip tolong menolong. Seperti
program 1) Yatim BInaan (YABI) untuk memastikan anak-anak yatim tetap sekolah,
2) JOMpo BInaan (JOMBI) untuk memberi santunan kepada kaum jompo, 3) GErakan BERantas
BUta aksaRA (GEBERBURA) untuk menekan angka buta huruf, 4) KElas PRAsekolah (KEPRA)
sebagai tempat belajar calistung dan bermain anak-anak usia dini, 5) Koperasi
Simpan Pinjam untuk membebaskan kaum ibu dari belenggu rentenir atau utang
berbungan tinggi, 6) MOtor BAca KEliling (MOBAKE) atau motor pustaka untuk sediakan
buku bacana ke kampung-kampung yang tidak punya tempat membaca, 7) DONasi BUKu
(DONBUK) untuk menerima dan menyalurkan buku bacaan, 8) LITerasi DIGital
(LITDIG) untuk mengajarkan cara pakai komputer dan literasi digital ke
anak-anak, 9) LITerasi FINansial (LITFIN) untuk ajarkan cara bijak mengelola
uang, 10) LIterasi aDAB (LIDAB), 11) RAjin menaBUng (RABU), 12) TBM Ramah
Difabel, 13) Rooftop Baca, 14) Melek Al Quran, di samping 15) TAman Bacaan sebagai
tempat membaca anak-anak dan warga secara rutin. Semuanya didasari prinsip
tolong-menolong. Sekali lagi, tolong-menolong. Bukan ingin diperhatikan apalagi
dipuji. Karena tolong-menolong itu dipercaya sebagai “perintah” di TBM Lentera
Pustaka. Dan alhamdulillah, setelah 6 tahun berjalan, berbagai jalan kemudahan
dan keberkahan selalu menaungi TBM Lentera Pustaka hingga kini. Hingga kini
tidak kurang 200 orang menjadi penerima layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya
yang didukung oleh 12 relawan dan wali baca.
Seindah,
senikmat dan sehebat apapun keburukan atau kejahatan yang dilakukan pasti tidak
akan membuat nyaman pelakunya. Hanya kebaikan dan sikap tolong-menolong yang
selalu membawa kenyamanan. Siapapun yang memilih jalan kebaikan dan
tolong-menolong, berarti ia telah memilih jalan yang akan sampai pada kemudahan,
keberkahan, dan kebahagiaan. Maka siapapun yang sadar besarnya ganjaran dan
keutamaan berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain yang membutuhkan.
Niscaya ia akan berletih-letih dan pantang menyerah untuk melakukan apa saja untuk
menolong dan mengerjakan kebaikan. Dan betapa ruginya orang yang sama-sama
menghabiskan waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, atau 12 bulan setahun tapi dalam
perjalanannya tidak satupun perilaku menolong dan perbuatan baik jadi catatan sejarah
hidupnya.
Tolong-menolong
dan berbuat baik sama sekali tidak selalu membutuhkan uang. Tapi yang
dibutuhkan hanya hati dengan sedikit logika. Bahkan bergaul dan duduk bersama dengan
orang yang kurang mampu dan kurang beruntung bisa menghilangkan rasa egois dan
kesombongan diri. Maka berusahalah untuk terus melakukan
kebaikan walaupun itu dianggap kecil oleh orang lain. Teruslah berbuat baik dan
cukuplah bagi kita bahwasanya Allah SWT mencintai orang-orang yang senantiasa menolong
dan berbuat kebaikan.
“Allah SWT
akan senantiasa menolong hamba-Nya, tatkala hamba tersebut menolong saudaranya”
(HR. Muslim, No. 2699). Maka siapapun, jika ingin Allah SWT menolongnya, maka
hendaknya dia menolong saudaranya sesuai kadar kemampuannya. Jangan
malah tolong-menolong dalam keburukan lalu menjatuhkan orang lain. Karena
berbuat buruk dan merendahkan orang lain bukanlah ajaran. Tapi sifat jahat seseorang
yang tidak mampu dikendalikan.
Percayalah, Allah SWT senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba
tersebut mau menolong orang lain dan gemar berbuat baik, di mana pun dan kepada
siapapun. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang
lain. Seringlah menolong orang lain, karena itu sebab datangnya
kemudahan dan keberkahan. Salam literasi #PegiatLiterasi
#TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar