Semua orang pasti ingin bahagia. Cuma sayang, banyak orang mendefinisikan bahagia tidak sederhana. Terlalu rumit atau njlimet. Bahagia kok, pengen ini pengen itu harus dipenuhi. Bahagia kok habis waktu hanya untuk urusan orang lain. Bahagia kok gemar membandingkan apapun dengan orang lain. Itu mah bukan bahagia. Tapi hidup yang dibuat sendiri jadi ribet. Opo kaya ngono bahagia, Nduk?
Bahagia itu sederhana. Saat pikiran, perasaan atau perilaku mampu senang dalam
segala keadaan. Tentram lahir dan batin. Bisa menikmati apa yang dimiliki
sambil tetap bersyukur. Bahwa anugerah Allah SWT sangat besar. Karena bahagia,
selalu ada kebaikan dan berkah yang menghampiri. Jadi, bahagia itu ada rasa
senang dan nyaman pada diri sendiri, bukan menurut orang lain.
Bahagia itu ya cukupan. Senang hatinya, jernih pikirannya, sehat tubuhnya.
Kerja gembira, bersosial happy, berpikir pun positif. Oh ya, bahagia juga
berani urus diri sendiri. Jangan urus hidup orang lain. Apalagi gibah, menebar
aib, bahkan fitnah orang lain. Mana ada orang bahagia tapi otak dan perilakunya
buruk? Jadi, sederhanakan saja bahagia. Nggak usah terlalu rumit. Apalagi ingin
orang lain bertindak seperti yang kita inginkan, pasti nggak bahagia.
Mau bahagia? Gampang dan sederhana. Berbuat yang ikhlas di mana pun, bersyukur
atas apa yang dimiliki, dan sabar dalam segala keadaan. Karena bahagia itu kita
yang merasakan. Bukan orang lain yang ukur atau omongkan. Masih bisa
jalan-jalan, mampu tertawa lepas, punya kegiatan sosial di taman bacaan, pengen
beli sesuatu masih ada uangnya. Rutin sedekah, bergaul dengan kawan yang pas,
dan punya waktu untuk ibadah itu contoh orang bahagia.
Seperti pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Bahagianya sederhana sekali.
Bisa temani anak-anak yang membaca, mengajar buta huruf, bermain dan belajar
calistung dengan anak-anak kelas prasekolah. Bahkan diskusi, tertawa, dan makan
siang bareng sudah bahagia. Asal mau menebar kebaikan dan bermanfaat untuk
orang lain sudah bahagia. Tidak ada yang dicemaskan, apalagi bikin stres.
Bahagia versi pegiat literasi itu sederhana. Urus dan kelola taman bacaan
dengan asyik dan menyenangkan. Jadikan TBM sebagai ladang amal,pasti sangat
bahagia.
Penting bagi siapapun untuk menyederhanakan bahagia. Karena bahagia nggak
melulu soal uang. Mana ada bahagia bila rezekinya dari menjual tanah orang
lain? Memusuhi orang yang tidak pantas dimusuhi. Menebar aib orang lain.
Bahagia kok urusannya yang jelek-jelek. Omong kosong, bahagia kayak begitu.
Apa benar tidak ada bahagia tanpa uang dan rezeki?
Belum tentu benar. Karena jalan rezeki itu aneh dan unik. Sudah ada yang atur.
Rezeki datang dari jalan yang kadang tidak diduga. Berharap rezeki dari si A,
tapi justru datangnya dari si C atau bahkan si Z. Soal rezeki nggak usah
khawatir. Rezeki tidak akan salah rumah, salah orang. Rezeki itu dijemput
dengan ikhtiar-ikhtiar baik, niatnya baik dan doanya banyak. Itulah rezeki dari
Allah SWT.
Rezeki itu pasti ada. Lah seekor ayam saja, pergi dalam keadaan perut kosong.
Pulangnya perut terisi kenyang. Apalagi manusia? Bila percaya ada yang
menghidupkqlan, pasti ada yang memberi rezeki. Hanya bedanya, ada yang gampang
ada yang mencarinya ya berjalan jauh. Itu semua tergantung amal ibadahnya saja.
Maka sederhanakan bahagia. Selalu bahagia dengan
rezeki masing-masing. Bahagia saat bisa bermanfaat untuk banyak orang dan
bahagia ketika sehat lahir batin. Sambil tetap ikhlas, sabar, dan syukur.
Bahagia itu seperti doa yang dipanjatkan. Ya Allah, jadikanlah ilmu yang
bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima.
Insya Allah bahagia, salam literasi #PegiatLierasi #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar