Faktanya, ada orang yang mampu membeli gawai keluaran terbaru. Aktif di berbagai media sosial, bikin status dan update kulineran dan traveling. Tapi anehnya, gawai dan media sosialnya tidak pernah dipakai untuk dakwah untuk mengajak orang lain berbuat baik. Omongannya menyehatkan, tapi perilakunya menyakitkan.
Ada pula orang yang sanggup berjam-jam nongkrong
dan main ke rumah teman, nonton konser, duduk di cafe, jalan-jalan ke mal sehingga
merasa bahagia dan terhibur. Namun anehnya ia tidak pernah sanggup duduk di
majelis ilmu dan pengajian walau hanya sesaat.
Ada lagi orang yang mampu membeli berbagai macam
makanan, buah-buahan, minuman asal dapat menyantap makanan yang enak dan lezat
sehari-hari. Tapi anehnya, lisannya begitu berat untuk berzikir atau membaca Al
Qur'an walau hanya 15 menit.
Ada orang sangat peduli dengan kulitnya,
kecantikan, dan bentuk tubuhnya hingga semangat pergi ke salon atau memakai
skincare mahal asal wajahnya tetap cantik dan punya body yang ideal. Namun
anehnya, ia sama sekali tidak peduli atas omongan buruk yang selalu keluar dari
mulutnya.
Bahkan ada orang yang berani korupsi, menjual
yang bukan haknya, melakukan apa saja asal dapat hidup enak dan nyaman katanya.
Tapi anehnya, tidak berani mengakui kesalahannya dan sama seklai tidk pernah
peduli terhadap balasan atas kejelekan yang telah diperbuatnya selama di dunia.
Banyak hal yang patut kita renungkan. Kita sering
kali sibuk mencari dan menyiapkan hidup enak tapi lupa menyiapkan mati enak. Berjuang
untuk dunia tapi lupa bekal ke akhirat. Bekerja keras untuk nama baik dirinya
sendiri tapi kerjanya menjelek-jelekkan orang lain. Gemar mencari salahnya
orang lain, lalu lupa kesalahannya sendiri.
Tertipu dunia, lupa amal kebaikan. Berjuang keras
untuk dibilang baik di mata orang lain hanya lewat omongan. Lalu lupa berbuat
baik dalam bentuk nyata. Bagus di dunia, tapi belum tentu bagus untuk akhirat.
Terus, mau sampai kapan lalai dan tertipu dunia?
Maka siapapun yang merasa beriman, merasa cerdas
dan berakal. Jangan sampai kita di dunia ini lalai dan tertipu sehingga lupa amal
kebaikan. Hingga lupa dari mana berasal dan mau ke mana menuju? Maka lebih baik
persiapkan bekal amal soleh untuk akhirat daripada berjibaku untuk dipuji orang
lain di dunia.
Ketahuilah, Allah SWT telah memperingatkan kita
semua. "Dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)" (Qs. Al-Hasyr: 18).
Jadi bertanyalah, dari mana dan mau ke mana kita?
Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar