Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka. (Ir. Soekarno).
Tanggal 1 Juni selalu diperingati sebagai
Hari Lahir Pancasila. Tapi sayangnya, tidak sedikit dari kita yang mungkin
sudah lupa “membaca” Pancasila. Apalagi butir-butir yang menjadi cerminan
nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Setiap hari posting apapun di media sosial,
bisa jadi di saat yang sama Pancasila kian dilupakan. Hari Pancasila hanya jadi
seremoni, bukan lagi esensi. Maka literasi tentang Pancasila menjadi penting
dihidupkan kembali.
Mari menengok kembali Pancasila. Agar
Pancasila tetap menjadi jiwa dan sikap bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
falsafah bangsa. Sebagai pedoman semua warga negara Indonesia dalam berbangsa
dan bernegara. Lima sila dasar sebagai nilai-nilai luhur yang seharusnya
menjadi karakter bangsa dan senantiasa dijunjung tinggi. Untuk terus
menggelorakan bangsa Indonesia yang ber-ketuhanan, berperi-kemanusiaan, selalu menjaga
persatuan, kerakyatan yang mengusung musyarakah dan mufakat dalam demokrasi,
dan ber-keadilan. Lalu dibungkus dalam slogan “bhineka tunggal ika” atau sekalipun
berbeda-beda tetap satu jua.
Esensinya, Indonesia memang berbeda-beda. Tapi tetap bersatu
untuk selalu menjaga kebhinekaan, memelihara kerukunan, saling menghargai dan
menghormati satu sama lainnya.Maka sejak dilahirkan dan hingga kapapun,
Pancasila adalah harga mati. Jangan nodai Pancasila untuk kepentingan sesaat,
termasuk hanya untuk meraih kekuasaan.
Pancasila ibarat matahari kehidupan.
Selalu menyinari yang
mengufuk di timur meninggi hingga terbenam di barat. Matahari yang tidak
mungkin dihindari, apalagi dianggap tiada. Mengurung diri dari matahari justru
merugikan diri sendiri. Memanaskan diri di matahari pun menyehatkan tubuh. Maka
tetaplah hidup dan berdiri bersama matahari. Berpegang dan menjunjung tinggi
Pancasila selagi masih berpijak di bumi Indonesia.
Berbekal spirit Pancasila itulah
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor hadir.
Selain untuk menyediakan akses bacaan (bukan mempermasalahkan minat baca),
taman bacaan dihadirkan sebagai ladang amal bersama untuk menebar nilai-nilai
kebaikan dan kemanfaatan untuk sesama. Taman bacaan yang tetap mengajarkan dan
melestarikan prinsip -prinsip ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sebagai pedoman dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Literasi Pancasila yang tetap “dihidupkan” dalam sikap dan perilaku
keseharian di taman bacaan.
Karena Pancasila pun selalu mengingatkan
bahwa “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.
Maka tetaplah tenang bersama Pancasila. Jangan gaduh tanpa mau berbuat baik
secara nyata. Saatnya ubah niat baik jadi aksi nyata, seperti amanat nilai-nilai Pancasila. Agar esok,
matahari tetap bersinar terang di bumi Indonesia.
Seperti kata Ki Hajar Dewantara, “Apapun
yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya
sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada
umumnya”. Selamat Hari Lahir Pancasila. Salam literasi #TBMLenteraPustaka
#LiterasiPancasila #TamanBacaan