Waktu, memang berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, usiaku hari ini sudah 53 tahun. Selain harus disyukuri, pertambahan usia ini harus jadi momen untuk terus memperbaiki diri. Ternyata menua itu pasti, sama sekali tidak pantas dihindari. Siapapun akan tua pada waktunya. Di usia yang terus bertambah, hanya introspeksi diri – merenung untuk hari-hari yang tersia. Khusus untuk saya, hari ulang tahun menegaskan pentingnya saya memikirkan dan bertindak untuk akhirat ketimbang dunia.
53
tahun sudah usiaku. Jadi momen memperbaiki niat, memperbagus ikhtiar dan berdoa
kepada-Nya. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Berkomitmen
dan konsisten dalam menebar kebaikan dan manfaat kepada sesama. Berkiprah dalam
pekerjaan, aktivitas sosial, dan pergaulan secara tulus. Dan menjadikan setiap aktivitas
yang dilakukan sebagai ladang amal. Untuk menggapai ridho Allah SWT. Karena
apalagi bila bukan “senangkan Allah SWT, maka Allah SWT akan menyenangkan kita”.
Tiap ulang tahun, muhasabah itu sudah cukup.
Sudah
tidak ada alasan lagi, di usia 53 tahun, selain mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Karena kematian, cepat atau lambat, akan segera tiba. Bersiap untuk meninggalkan
dunia dalam keadaan baik. Al-Khattabi berkata “Orang yang Allah panjangkan
umurnya hingga 50 tahun, tidak diterima lagi keuzuran/alasan, karena usia 50 tahun
merupakan usia yang dekat dengan kematian. Maka inilah kesempatan untuk
memperbanyak taubat, beribadah dengan khusyuk, dan bersiap siap bertemu Allah.”
(Tafsir al-Qurthubi).
53
tahun usiaku. Adalah bagian perjalanan penting menuju Allah SWT. Dan sekarang hampir
sampai tujuannya. Maka sebagai pengingat diri, di usia 53 tahun ini, harus mampu
untuk tidak berlebihan dalam hal apapun. Bekerja, mencari uang, bergaul, bahkan
bergaya hidup secukupnya. Lebihnya ada pada ibadah dan peduli sosial. Berani
mengambil sikap untuk tidak lagi berkawan dengan orang-orang yang tidak menambah
iman, ilmu, dan amal. Menjauh dari pergaulan yang penuh keluh-kesah, gibah atau
onrolan yang tidak bermanfaat. Karena di luar sana, terlalu banyak kebaikan dan
manfaat yang bisa ditebarkan untuk orang lain. Tentu, dengan modal sabar,
syukur, dan tawakal.
Di
usia 53 tahun ini, saya sangat bersyukur. Karena sudah menemui jalan hidup yang
pas dan di-rdohoi Allah SWT. Berkiprah sepenuh hati di Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Membimbing anak-anak kampung
yang terancam putus sekolah untuk selalu membaca buku agar tidak putus sekolah.
Mengajar ibu-ibu kaum buta aksara. Mengajar melek AL Quran kaum ibu di taman
bacaan. Menjadi driver moto baca keliling hanya mengantar buku agar dibaca
anak-anak yang tidak punya akses bacaan, memebebaskan kaum ibu dari rentenir
melalui koperasi simpan pinjam. Dan yang tidak kalah penting, membina dan
menyantuni anak-anak yati binaan dan kaum jompo. Alhamdulillah, semua kiprah
sosial di TBM Lentera Pustaka berjalan lancar. Semuanya, saya dedikasikan untuk
pengabdian dan mempersiapkan diri kemabali kepada-Nya. Selebihnya menyelesaikan
disertasi S# untuk meraih doctor manajemen pendidikan dari Unpak yang sudah
lama terkatung-katung. Bekerja sebagai dosen di Unindra, direktur eksekutif
Asosiasi DPLK, dan konsultan dana pensiun hanya untuk memenuhi kewajiban sebagai
ayah dan suami. Menafkahi keluarga sebagai tanggung jawab dan merintis kebaikan
di akhirat.
Sudah
53 tahun usiaku. Tidak ada alasan untuk menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Untuk
belajar dan menambah ilmu agama, memperbanyak sedekah dan peduli sosial sambil
selalu mengingat kematian. Selalu komit
untuk beramal soleh, meminta maaf dan memaafkan atas kesalahan yang pernah
terjadi. Niatnya, untuk menggapai syafaat menjelang kematian. Karena tidak ada
lagi yang diperjuangkan di dunia ini, selain memperbanyak pahala dan ibadah, di
mana pun dan kapan pun.
Di usia
53 tahun, saat uban bertambah banyak dan lelah badan begitu gampang. Maka berhentilah
dari perbuatan maksiat, menyetop segala yang tidak halal. Tangan berhenti mengambil
apapun yang bukan hak saya. Mulut berhenti dari gibah, fitnah, apalagi
menyakiti orang lain. Bahkan telinga harus berhenti dari mendengar hal-hal
haram dan tidak bermanfaat. Untuk selalu ikhtiar berbuat baik kepada siapapun,
apapun kondisinya. Sekaligus tetap berbaik sangka kepada Allah SWT, apapun
alasannya.
Hanya
doa yang bisa dipanjatkan di usia 53 tahun. Ya Allah, karuniai
hamba umur panjang untuk ibadah, kesehatan untuk kebaikan dan manfaat. Jadikan
hamba semakin
bijak dalam bertindak dan bertutur kata. Agar semuanya menjadi
ladang amal yang mendatangkan keberkahan dan kebahagiaan. Untuk menjadikan
dunia sebagai bekal menuju akhirat, amiin yaa rabbal ‘alamiin…
53 tahun sudah usiaku. Sebagai
momen untuk menjadikan diri lebih baik di waktu yang tersisa. Karena perjalanan
menuju-Nya, sebentar lagi sampai…. Salam literasi #SyarifudinYunus #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar