Pernahkah kita berpikir berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk memikirkan apa yang dimiliki orang lain daripada yang kita miliki? Selalu takjub atas apa yang dicapai orang lain daripada apa yang bis akita lakukan? Pikiran itulah yang jadi sebab kita selalu merasa kekurangan dalam hidup.
Maka,
salah satu hikmah puasa adalah menegaskan pentingnya sikap “merasa cukup” atas
apa yang dimiliki. Merasa cukup itulah kekayaan sejati yang dimiliki
siapapun. Jika merasa cukup atas apa yang kita miliki maka kita sudah kaya. Kaya
itu keadaan di mana kita tidak lagi punya banyak keinginan. Sebaliknya,
siapapun yang masih berlimpah keinginan berarti itu belum kaya. Maka merasa
cukup itulah yang membebaskan kita dari penderitaan. Akibat keinginan-keinginan
dan nafsu dunia yang tidak berkesudahan.
Merasa cukup atas apa yang dimiliki, atas apa yang
dipunya. Berjiwa qanaah terbukti lebih tenang. Tidak ada hal yang perlu dirisaukan. Sahur
apa adanya, berbuka puasa pun apa adanya. Karena banyak atau sedikit, kaya atau
miskin itu yang penting berkahnya. Bukan jumlahnya, bukan pula apa yang tampak
secara fisik. Karena banyak orang yang mengumpulkan harta dan kekayaaan tapi tidak
pernah merasa cukup. Bahkan tidak pernah menikmatinya akibat kesibukannya
mencari dan mencari.
Banyak orang ingin
hidup berlimpah harta. Ingin punya mobil rubicon. Ingin punya rumah mewah.
Pengen ini pengen itu. Terlalu banyak yang diinginkan walau hanya bersifat
duniawi. Bila kita mampu mengendalikan keinginan tersebut, maka keinginan itulah
yang akan mengendalikan kita. Maka di situ, hawa nafsu meraih kemenangan sejati.
Merasa cukup itu penting.
Karena siapapun bila tidak pernah merasa cukup maka akan menderita. Bahkan
tidak sedikit yang melanggar hukum, mulai dari mencuri, merampok, mengambil
yang bukan haknya, bahkan korupsi. Seperti mereka yang flexing atau bergaya
pamer atas harta dan kekayaannya kini berurusan dengan KPK. Semua itu muaranya
karena perasaan tidak pernah cukup. Maka terus-menerus mengejar dunia. Hingga lupa,
apa yang harus diperbuat di dunia ini? Lupa, katanya harta dan kekayaan tidak
akan dibawa mati.
Jadi, katakan alhamdulillah. Karena merasa cukup
atas apa yang dimiliki. Dan semua yang dimiliki memang pantas untuk kita. Sambil
terus bertindak sabar dan syukur dalam segala keadaan. Karena sabar dan
syukur-lah yang mampu mengangkal dari segala penyakit hati, terutama sikap
selalu merasa kurang atau punya keinginan yang berlebihan.
Sambil mengingat terus, pesan
Rasulullah SAW, "Kekayaan bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan
dunia. Namun, kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR
Bukhari). Salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar