Siapapun selagi masih hidup, tentu butuh nasihat. Selain untuk evaluasi dan perenungan, nasihat itu penting untuk memperbaiki diri. Agar menjadi lebih baik di hari-hari esok. Atas pikiran, sikap, dan perilaku yang dilakukan. Karena nasihat bisa jadi pengingat diri. Tentang benar atau tidaknya tindakan yang sudah dilakukan.
Nasihat,
bukan nasehat. Itu artinya “ajaran atau pelajaran baik”. Boleh juga disebut “anjuran
(petunjuk, peringatan, teguran) yang baik”. Maka siapapun, menasihati atau
menasihatkan pasti “pesannya baik, untuk sesuatu yang positif”. Ada ajaran
moral yang baik dari nasihat. Jadi jangan “anti nasihat”. Tapi sangat salah,
bila ada orang yang menasihati sesuatu untuk keburukan. Nasihat yang jahat,
seperti mengajak orang lain untuk gibah atau menyuruh orang lain untuk berperilaku
jelek.
Apalagi
di era digital atau era media sosial begini, nasihat itu penting. Sebagai introspeksi
sekaligus koreksi diri. Evaluasi atas apa yang pernah diucapkan atau dilakukan
di media sosial. Untuk media sosial dipakai untuk hal-hal yang negative,
apalagi membenci orang lain? Sehari-hari hanya menyatakan perasaan galau
gelisah, pamer atau meng-update sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Katanya mau
jadi manusia lebih baik. Tapi kok susah menerima nasihat baik? Ada apa
gerangan?
Dan
hati-hati pula. Zaman begini pun tidak sedikit orang yang berdalih memberi
nasihat padahal menebar keburukan. Niat dan ucapannya justru mencela, mencaci,
menghujat, membenci, bahkan menyalahkan orang lain. Mentalitasnya seperti “korban”,
hanya gemar mempermaslaahkan tanpa memberi solusi. Berdebat hanya untuk mengumbar
keburukan orang lain. Itu semua bukan nasihat tapi ego dan sentimen yang
diekspresikan.
Nasihat
baik, tentu harus dilakukan dengan cara-cara yang baik. Itu prinsip yang harus
dipegang dalam bernasihat. Karena manusia itu makhluk yang labil. Manusia yang
pasti dan dekat dengan salah dan khilaf. Karena memang tidak ada manusia yang
sempurna. Satu waktu berbuat baik, di waktu lain berbuat buruk. Saat ingat jadi
baik, saat lupa berubah jahat. Hari ini benar, besok bisa salah. Itulah
pentingnya nasihat untuk siapa pun. Antara menashihati atau dinasihati. Asal tujuannya,
untuk mengingatkan menjadi lebih baik.
Maka
siapapun, jangan pernah merasa paling benar. Atau mengklaim tidak pernah
berbuat salah. Seolah-olah orang lain selalu salah. Lalu diri sendiri selalu
benar. Lupa ya, bahwa tiap manusia itu pasti ada salahnya. Karena itu, dilarang
anti nasihat. Karena manusia yang anti nasihat, kemungkinannya hanya dua: 1) orang
sombong atau 2) orang bebal. Bila nasihat itu baik, maka ambillah. Bila nasihat
itu buruk maka tinggalkanlah.
Pentingnya
memberi nasihat itulah yang dilakukan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tiap hari Minggu pagi, saat Laboratorium Baca,
sekitar 130-an anak pembaca aktif selalu diberi nasihat atau motivasi akan
pentingnya membaca buku, cara memahami isi bacaan, hingga pentingnya sekolah
untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Nasihat agar mampu berdaya di tengah peradaban
dan kompetisi yang ketat. Agar tidak terlindas zaman atau hanya jadi penonton
tanpa berbuat apapun.
Siapa
pun di taman bacaan, jangan anti nasihat. Karena nasihat dilakukan untuk
memperbaiki diri. Sebuat “investasi” untuk kebaikan, baik di dunia maupun di
akhirat. Karena tanpa nasihat, manusia akan sulit dikontrol. Bahkan bisa
menabrak aturan apa pun. Hingga akhirnya membuat kerusakan dan kerugian. Tidak
hanya untuk dirinya sendiri tapi juga orang lain dan lingkungan.
Lagi-lagi,
nasihat pasti diperlukan siapapun. Agar jadi lebih baik, lebih bijak, lebih
rendah hati, dan lebih peduli kepada sesama. Karena “sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan
saling menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS 103:2-3). Mungkin karena
nasihat, kesalahan dan kekurangan manusia bisa diperbaiki. Sebab pengetahuan
manusia itu terbatas, tidak bisa menjangkau segala hal dalam kehidupan.
Dan
ketahuilah, nasihat baik itu pasti datangnya dari Allah SWT. Hanya cara dan eksekusinya
bisa saja melalui orang lain. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar