Faktanya hari ini, banyak orang berlomba dalam gaya hidup. Tapi di saat yang lama, mereka merupakan jalan hidup. Memilih gaya hidup lalu melupakan jaan hidup. Bergaya dalam hidup bukan berjalan untuk hidup.
Mungkin
banyak yang lupa. Gaya hidup itu pola seseorang dalam mengekspresikan hidup
sehari-hari. Bisa berupa aktivitas, minat, dan opininya. Semua gaya hidup itu
tentang soal mengelola waktu dan uang. Hingga berujung pada perilaku dan pola
konsumsi seseorang. Siapa pun yang memburu dunia semata, di
situlah ada gaya hidup. Waktu dari pagi-pagi buta hingga larut malam hanya
untuk mengejar uang. Bahkan mengejar pangkat jabatan, popularitas, status, dan
kesenangan. Berkobar deras untuk diri sendiri.
Berbeda dengan
jalan hidup. Karena jalan hidup soal menentukan sikap dalam kehidupan. Soal keberpihakan
terhadap jalan kehidupan. Mau jalan yang benar atau yang salah, Jalan hidup
kebaikan atau keburukan. Menjadikan hidup yang bermanfaat atau tidak
bermanfaat. Waktu dan uang yang dipakai untuk apa? Maslahat atau mudarat. Jalan
hidup itu alur yang diambil dan ditentukan oleh individu. Keputusan untuk
meraih kehidupan yang baik. Sesuai dengan tujuannya di muka bumi. Maka
jalan hidup dipilih sendiri setiap orang. Apapun kondisinya.
Bila hari ini, ada di antara kita yang gemar bergaya dalam hidup.
Lalu tidak pernah selesai dalam menentukan jalan hidup. Bahkan belum kelar menemukan
jati dirinya. Bisa jadi itulang orang-orang yang merugi. Karena masih berharap berharap
jalan hidupnya di-seting seperti orang lain. Terlalu membandingkan dirinya
denan hidup orang lain. Lalu lupa berbuat kebaikan, menebar manfaat bahkan lupa
bersyukur. Memilih gaya hidup jadi merugi, sementara jalan hidup jadi ambigu.
Siapakah orang-orang yang merugi dalam hidup?
Bahwa telah disebutkan, orang-orang yang paling merugi adalah mereka yang sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan di dunia, sedangkan mereka menyangka telah berbuat
sebaik-baiknya (Al-Kahfi:103-104). Bahkan di Surat Al Ashr ditegaskan
hanya tiga orang yang tidak merugi, yaitu 1) orang yang beriman, 2) orang mengerjakan kebajikan, dan 3) orang yang menasihati dalam
kebaikan. Maka di luar itu, termasuk
orang-orang yang
merugi. Jadi mau piih yang mana? Gaya hidup atau jalan hidup.
Jalan hidup, pasti ada hambatan. Karena setiap orang pasti menemui
rintangan dalam hidup. Hanya saja hambatan dan rintangan yang dihadapi tidak
akan sama setiap orang. Seperti orang berjalan. Ada yang hanya berjalan di batu
kerikil, ada yang tersandung batu besar. Ada pula yang berjuang menyeberangi
derasnya arus sungai. Maka jalani dan hadapi setiap penggalan hidup. Dan sama
sekali tidak perlu membandingkannya dengan orang lain. Semakin banyak gaya
hidup pasti semakin bermasalah.
Jadi mau pilih mana, gaya hidup atau
jalan hidup?
Tentu, terserah masing-masing. Karena
setiap orang bebas memilih. Siapa pun boleh menentukan pilihan. Asal bukan
sebatas omongan atau celotehan. Semuanya harus tercermin pada tindakan, pada
perbuatan. Berpegang pada gaya hidup atau bersikap untuk jalan hidup.
Seperti banyak orang boleh memilih jalan hidupnya.
Maka saya pun memilih, taman bacaan sebagai jalan hidup. Jalan untuk menuju
akhirat sebagai bekal berpulang nanti. Sambil menebar kebaikan dan mengukir kemanfaatan
untuk orang lain. Sebagai legacy, sebagai warisan untuk umat.
Taman
bacaan sebagai jalan hidup. Tentu, tidak banyak dipilih orang. Karena “rugi”
secara waktu, uang bahkan popularitas. Tapi di taman bacaan, saat mampu
menyediakan akses bacaan pasti punya manfaat yang tidak terhitung jumlahnya. Membangun perilaku giat membaca anak, menekan
angka putus sekolah, mencegah pernikahan dini, memberantas buta huruf, memberdayakan
ekonomi warga, dan menyanyuni anak-anak yatim serta kaum jompo. Semua bisa
dilakukan di taman bacaan. Sebuah ikhtiar baik sebagai praktik baik jalan
hidup.
Seperti TBM Lentera Pustaka di Desa Sukaluyu di kaki Gunung Salak Bogor. Berdiri tahun 2017, awalnya hanya punya 14 anak dengan 600
buku. Tapi kini di September 2021, TBM Lentera Pustaka memiliki lebih dari 16o
anak pembaca aktif yang membaca buku seminggu 3 kali dan berasal dari 3 desa
(Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya). Bahkan kini, menjalankan program lainnya
seperti: 1) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA), 2) KEPRA (Kelas PRAsekolah), 3)
YABI (YAtim BInaan), 4) JOMBI (JOMpo BInaan), 5) TBM Ramah Difabel, 6) KOPERASI
LENTERA, 7) DonBuk (Donasi Buku), 8) RABU (RAjin menaBUng), 9) LITDIG (LITerasi
DIGital), dan 10) LITFIN (LITerasi FINansial). Semua berjalan apa adanya sebagai jalan
hidup. Bukan gaya hidup yang gemerlap di dunia.
Taman bacaan sebagai jalan hidup. Maka jangan ragu untuk menjalaninya. Karena
jalan hidup sederhana. Asal mau berbuat dan bermanfaat untuk orang lain dengan
sepenuh hati. Bukan sepenuh hati dalam gaya hidup. Salam literasi. #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#KampungLiterasiSukaluyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar