Banyak orang melewati senja tanpa makna. Saling melihat tapi tak saling terikat. Saling menatap namun tak saling menetap. Senja yang sebatas senja. Senja yang berlalu melepas siang. Lalu memasuki gelapnya malam. Senja orang-orang biasa.
Tapi
senja jadi begitu berbeda. Saat anak-anak berlarian dari rumah menuju taman
bacaan. Senja yang menemani mereka untuk membaca buku. Sekalipun di bawah
sengatan matahari. Senja yang sudi berbagi
cerita. Tentang anak-anak kampung di kaki Gunung Salak. Selalu membaca ditemani
senja. Senja di taman baca.
Senja
di taman baca. Senja yang dilalui namun selalu membawa anak-anak kembali ke
dunianya. Bermain sambil membaca buku. Bercerita tentang isi bacaan. Senja yang
menemani para ibu mengantar dan menunggui anak-anaknya di taman baca. Senja dan
taman baca, seperti tidak lagi berjarak.
Energi
giat membaca ada di senja hari. Di taman bacaan masyarakat Lentera Pustaka. Semangat
membaca yang tidak pernah pudar. Tiap Rabu, Jumat dan Minggu, 150-an anak-anak
berlalu-lalang di sekitar taman bacaan. Sebagian dari mereka pun butuh waktu
sekitar 20-30 menit berjalan kaki menuju taman bacaan. Panas, hujan, apalagi
senja. Mereka tetap membaca di taman baca. Anak-anak dari tiga desa
(Sukaluyu-Tamansari-Sukajaya) di kaki Gunung Salak Bogor.
Ada
anak difabel yang tetap setara dengan anak-anak lainnya. Ada para Ibu yang
mengantar anak sambil memegang membaca. Ada pula anak-anak yang tekun membaca
dan melahap 5-10 buku per minggu. Sebagai symbol tegaknya tradisi baca dan
budaya literasi masyarakat. Inilah hasil jerih payah perjuangan taman bacaan.
Saat tradisi baca dan budaya literasi telah menggeliat di senja hari. Hingga
matahari terbenam memanggil maghrib.
Sementara
anak-anak di luar sana. Terus menyerbu gawai dan asyik menonton TV di senja
hari. Bermain gim online. Tanpa mau lagi berkutat dengan buku bacaan. Tapi di
taman baca, anak-anak yang sebelumnya tidak punya akses bacaan. Kini penuh
gairah membaca buku, sekalipun ditemani senja. Sepenuh hati dan membudaya. Persis,
seperti senja yang selalu menerima langit apa adanya. Anak-anak yang
membaca di senja hari. Ada di kaki Gunung Salak Bogor.
Harus
diakui, panorama anak yang membaca buku memang kian langka. Kian sulit ditemui
di tempat umum. Apalagi di tempat sepi. Akibat terperosok gaya hidup,
terjerembab dalam buaian era digital. Anak-anak membuat “perginya” minat baca.
Sementara akses bacaan pun terbatas.
Senja
di taman baca. Maka melalui program "Kampung Literasi Sukaluyu" yang
dinisiasi Direktorat PMPK Kemdikbud RI dan Forum TBM, Taman Bacaan Lentera
Pustaka pun terus menggenjot praktik baik dan proses ber-literasi. Agar terus berkibar
sekalipun di senja hari. Senja yang membaca, di mana pun dan hingga kapan pun.
Memang
tidak mudah dan langka. Tapi saat tradisi baca dan budaya literasi telah
menggeliat. Hanya ikhtiar dan doa baik yang harus terus dilakukan. Sambil tetap
istiqomah merawat taman bacaan. Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #ForumTBM #DitPMPK #KampungLiterasiSukaluyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar