Tidak ada satupun manusia yang ingin terlahir dalam keadaan buta aksara. Tidak bisa membaca dan menulis. Maka tekad memberantas buta aksara tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Tapi kontribusi masyarakat pun diperlukan. Agar kaum buta aksara yang masih tersisa, sebesar 1,78% dari jumlah penduduk Indonesia dapat dituntaskan.
Atas dasar itu, program Kampung Literasi Sukaluyu tahun 2021 yang
dijalankan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung salak Bogor bertekad untuk
menuntaskan berantas buta aksara di kalangan ibu-ibu. Hal ini ditegaskan
Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka saat sosialisasi relawan peningkatan
literasi baca-tulis GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) di Bogor
(20/09/2021). Melalui program Kampung
Literasi Sukaluyu yang diinisiasi Direktorat PMPK Kemdikbud RI dan Forum TBM ini
dicanangkan ketuntasan melek huruf untuk satu tahun ke depan, di samping
program pemberdayaan ekonomi di kalangan kaum ibu.
Dalam kesempatan ini, TBM Lentera Pustaka pun memperkenalkan tiga
relawan baru yang akan mengajar kaum buta aksara. Patut diketahui, program berantas
buta aksara di Desa Sukaluyu diikuti 9 ibu warga belajar dengan tingkat
pendidikan pesertanya 33% SD dan 67% tidak lulus SD dengan kisaran usia di
antara 45-65 tahun. Secara rutin seminggu 2 kali, kaum ibu warga belajar baca
tulis dibimbing para relawan.
Beragam
pelajaran melek huruf dijalania para ibu warga belajar GEBERBURA. Mulai dari
menulis nama dan tanda tangan, mengeja suku kata, menulis kata, menulis kalimat
hingga berhitung. Melalui metode “be-nang”, belajar menyenangkan, para
warga belajar dilatih untuk mau belajar baca tulis tanpa malu. Karena itu, seminggu
sekali para warga belajar mendapat “hadiah” berupa seliter beras. Sebagai cara
untuk memelihara semangat dan rajin datang belajar baca tulis di taman bacaan.
Agar segera terbebas dari belenggu buta aksara, di samping tetap punya kemauan
belajar sekalipun di usia tua.
Apalagi
sebelumnya, para warga belajar memang tidak memiliki akses belajar membaca dan
menulis sejak puluhan tahun. Selain sulit menyebut huruf demi huruf, jari-jari tangannya
pun sudah terlalu kaku untuk menulis di buku. Maka setiap pertemuan pun, para
warga belajar ditugaskan menulis satu lembar sebagai pekerjaan rumah. Apalagi
kegiatan belajar bersifat informal, gerakan berantas buta aksara pun butuh cara
kreatif dalam kegiatan belajarnya.
Di
era digital dan revolusi industri sekarang, gerakan memberantas buta aksara
memang tidak semudah membalik telapak tangan. Maka kolaborasi dengan pemerintah
dan relawan untuk memperkuat gerakan berantas buta aksara berbasis inklusi
sosial sangat diperlukan. Maka melalui program Kampung Literasi Sukaluyu, TBM
Lentera Pustaka melibatkan para relawan baru dari BEM KM IPB, Karang Taruna Cikaret,
dan SMAN 1 Tamansari.
Kehadiran
relawan baru di TBM Lentera Pustaka pada akhirnya diharapkan dapat mempercepat
program pemberantasan buta aksara di Desa Sukaluyu. Agar terbebas dari belenggu
buta huruf. Salam
literasi #GeberBura #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar