The power of taman bacaan. Ini hanya istilah untuk siapa pun yang belum mengenal atau belum peduli kepada taman bacaan. Karena dianggapnya, taman bacaan hanya hal sepele. Hanya tempat membaca dan bersifat sosial. Tanpa tahu, manfaat dan dampak besar keberadaan taman bacaan di suatu daerah.
Apalagi di tengah gempuran era digital. Bukan tidak
mungkin eksistensi taman bacaan kian terpinggirkan. Perilaku membaca pun kian
langka. Lalu kita berdebat atau berdiskusi. Tentang pentingnya gerakan
literasi, tentang pentingnya perilaku membaca. Akibat adanya hasil survei UNESCO
yang menyebut minimnya indeks
tingkat membaca orang
Indonesia.
Atau survei PISA yang menempatkan Indonesia sebagai negera kedua terendah dalam
hal membaca buku di dunia. Begitulah nyatanya.
The power of taman bacaan.
Sejatinya, untuk mengembalikan kesadaran bersama. Tentang
pentingnya perilaku giat membaca buku di era digital. Apalagi di kalangan anak-anak
usia sekolah di tengah pandemi Covid-19. Pentingnya ikhtiar menyediakan akses
buku bacaan daripada menuding minat membaca yang rendah. Dan sadar bahwa taman
bacaan bukan hanya gdang buku atau tempat membaca semata. Tapi menjadi sentra
pemberdayaan masyarakat, di samping menjadi media membangun peradaban
masyarakat.
The
power of taman bacaan.
Taman bacaan adalah kekuatan.
Karena taman bacaan terbukti mampu berkiprah untuk 1)
menekan angka putus sekolah, 2) menekan pernikahan dini, 3) menjadi lawan dari hobby
gim online anak-anak, dan 4) jadi lawan tanding bahaya narkoba di anak-anak.
Bahkan taman bacaan pun bisa jadi tempat pemberantasan buta aksara dan
sosialisasi anak-anak difabel yang “tidak mendapat tempat” di sekolah formal
atau masyarakat. Itu faktanya.
The
power of taman bacaan. Realitas itulah yang dialami taman bacaan di kaki Gunung
Salak Bogor. Sejak berdiri 4 tahun lalu, kini TBM Lentera Pustaka memiliki 168
anak pembaca aktif usia sekolah, dari sebelumnya hanya 60 anak di
tahun 2020 dan 14 anak saat berdiri tahun 2017. Selain membaca membaca
buku seminggu 3 kali, kini mencakup anak-anak yang berasal dari 3 desa, yaitu
Sukaluyu, Tamansari, dan Sukajaya Kec. Tamansari Bogor. Lebih dari
itu, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program -program lainnya seperti
1) Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) dengan 9 warga belajar, 2) Kelas
PRAsekolah (Kepra) dengan 25 anak, 3) Sosialisais Anak Difabel 3
anak, 4) YAtim BInaan (YABI) dengan 16 anak yatim, 5) JOMpo BInaan (JOMBI)
dengan 8 lansia, 6) Koperasi Lentera dengan 25 anggota, 7) gerakan
RAjin menaBUng (RABU), 8) DONasi BUKu, dan 9) LITerasi DIGital rutin
seminggu sekali. Taman bacaan sebagai sentar pemberdayaan masyarakat, di
samping menjadi taman bacaan yang inklusif dan ramah anak
difabel.
Maka di balik, banyaknya masyarakat atau korporasi yang
belum mengenal aktivitas taman bacaan. The power of taman bacaan memiliki “kekuatan
khas” yang patut diperhitungkan. Sebagai sarana pendidikan masyarakat (sesuai
sebutan Kemdikbud RI), taman bacaan mampu menjadi “ujung tombak” pendidikan masyarakat
dalam segala hal, bila mau dipahami bersama. Sebua ikhtiar membangun peradaban
baik masyarakat yang “lebih dekat” dengan warganya, tidak seperti sekolah atau pendidikan
formal.
Tapi sayang, the power of taman bacaan bukan tanpa
kendala. Karena faktanya, 60% fasilitas taman bacaan yang ada di Indonesia belum memadai. Bahkan 63% koleksi buku pun tidak memadai. Begitulah hasil survei tata kelola taman bacaan yang
dilakukan TBM Lentera Pustaka pada Juni 2019. Oleh karena itu, eksistensi taman
bacaan di mana pun sangat membutuhkan sinergi dan dukungan dari berbagai pihak,
baik donatur buku, relawan, dan korporasi.
Lalu bagaimana mewujudkan the power of taman bacaan?
Tentu
ada banyak cara. Namun
intinya adalah 1)
memastikan tata kelola taman bacaan seoptimal mungkin bagi para pengelola taman
bacaan dan 2) kepedulian masyarakat, relawan, korporasi untuk mendukung
aktivitas taman bacaan. Karena taman bacaan sulit beroperasi tanpa kolaborasi
dan sinergi dengan pihak lain.
The
power of taman bacaan adalah kesadaran Bersama. Sebuah good
will untuk menegakkan
perilaku membaca dan gerakan literasi di bumi Indonesia. Ikhtiar mendekatkan
anak-anak dengan buku bacaan sebagai cara meningkatkan ilmu pengetahuan, di
samping menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan pendidikan karakter anak-anak
Indonesia.
The power of taman bacaan, pada akhirnya bertumpu pada ikhtiar mengubah
tiga persepsi yaitu:
1.
Mengubah
persepsi bahwa taman bacaan bukan hanya tempat membaca atau gudang buku. Tapi tempat
membangun peradaban masyarakat. Masyarakat yang literat, masyarakat yang tidak
terlibat hoaks, ujaran kebencian atau tertib sosial bisa dimulai dari taman
bacaan.
2.
Mengubah
persepsi bahwa taman bacaan fokus
pada ketersediaan akses buku bacaan ke anak-anak. Bukan menuding minat baca
rendah. Karena tidak ada minat
baca yang tinggi manakala ketersediaan akses buku bacaannya minim.
3.
Mengubah
persepsi bahwa taman bacaan
butuh kolaborasi dan sinergi pihak lain. Tidak ada taman bacaan tanpa dukungan
banyak pihak. Mau seperti apa dan bagaimana anak-anak kita ke depan?.
Bila ketiga hal di atas tercapai, maka the
power of taman bacaan pun terwujud. Maka
jangan remehkan eksistensi taman bacaan di mana pun. Agar peradaban masyarakat
yang literat tetap bisa dipertahankan. Bahkan dibuat menjadi lebih baik, lebih
optimal.
The
power of taman bacaan.
Jika
bisa saling peduli, mengapa memilih untuktidak peduli? Karena tanpa membaca,
siapa pun akan merana. Salam literasi
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #ThePowerofTamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar