Tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Tapi kok masih ada anak sekolah yang dikeluarkan dari sekolah. Hanya karena menghina negara lain melalui tiktok. Kok masih banyak orang yang “dilarang” mudik tapi masih cari cara untuk pulang kampung. Bahkan disuruh putar balik malah mencaci-maki. Sementara korupsi masih merajalela kok bisa 75 pegawai KPK di-nonaktifkan dengan dalih gagal tes. Belum lagi, praktik “makelar” perkara atau proyek yang kian marak. Itu semua fakta. Jadi kita patut bertanya, Indonesia bangkit dari apa?
Indonesia mau bangkit dari apa hari ini?
Secara maknawi, bangkit itu artinya bangun lalu berdiri. Atau bangun untuk hidup kembali. Sementara penjajah
sudah tidak ada. Sementara musuh tidak harus dari bangsa luar. Jadi hari ini,
Harkitnas itu bangkit dari apa dan bangkit untuk apa? Bukankah bangsa Indonesia
justri sedang “melawan” dirinya sendiri? Mungkin, Hari Kebangkita Nasional
sudah tidak pas lagi dalam konteks sekarang.
Mungkin, Harkitnas
sudah tidak tepat lagi. Karena tidak ada lagi yang harus dibangkitkan. Selain
pembangkit listrik, pembangkit tenaga mathari, atau lainnya. Saran konkretnya,
Harkitnas sebaiknya diganti jadi “Harsadnas”. Hari Kesadaran Nasional. Agar
masyarakat dan bangsa ini bisa lebih sadar dari apapun, soal apapun.
Iya, karena faktanya
masih banyak orang yang
bermasalah kesadarannya. Orang Indonesia hari ini ada yang "kurang sadar", "belum sadar", atau
"kelebihan sadar". Untuk hal apapun, urusan apapun. Walau tetap ada yang sudah “cukup sadar”. Sadar untuk lebih produktif daripada berisik di media
sosial. Sadar untuk lebih peduli kepada masyarakat miskin yang memang harus
dibantu. Sadar untuk tidak korupsi tapi bicara atas nama rakyat di TV. Sadar
era digital itu menyesatkan bila pemakainya tidak literat. Sadar untuk jadi
masyarakat yang lebih literat.
Harkitnas diganti saja jadi Harsadnas.
Agar ada Hari Kesadaran Nasional. Agar siapapun menyadari apa yang telah dilakukan dan bagaimana
ke depannya? Kata “sadar” itu artinya insaf; merasa; tahu dan mengerti (kata
sifat) atau ingat kembali (kata kerja). Jadi, Harsadnas bisa jadi momentum bagi bangsa
Indonesia dan rakyatnya untuk menyadari, menginsafi, atau memahami keadaan yang
sesungguhnya. Intinya, siapapun
dengan jabatan, pangkat apapun jadi lebih sadar.
Seperti orang-orang di medsos. Banyak yang kok yang belum sadar. Hoaks atau berita bohong kok disebarluaskan. Sehari-hari kok kerjanya
hanya nyinyir dan mencaci-maki negara. Beda
pilihan politik kok jadi baper sepanjang masa. Orang-orang medsos itu senang
banget mempersoalkan urusan orang lain. Sementara dirinya sendiri bermasalah.
Sama sekali tidak literat. Harus diubah jadi lebih sadar. Agar lebih produktif.
Bangsa ini butuh
kesadaran nasional. Bahwa kebersamaan dan keutuhan adalah segalanya. Untuk apa
berdebat soal NKRI, soal Pancasila. Bukan tu soalnya. Justru harus ada
kesadaran, untuk tidak ego dan mau menang sendiri. Untuk tidak mudah membenci dan menebar hoaks atau fitnah. Butuh kesadaran untuk menerima
realitas apapun.
Sadar nasional. Untuk mengingatkan bangsa dan kita. Bahwa potensi baik di masa depan jauh lebih penting dari masa lalu yang buruk. Sadar
akan pentingnya menyiapkan hari esok yang lebih baik dari hari kemarin. Itulah
Kesadaran Nasional yang dibutuhkan, bukan lagi Kebangkitan Nasional. #Harkitnas #Harsadnas #KebangkitanNasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar