Pasti, semua tahu dong binatang bernama bebek?
Konon
kata orang pintar, bebek itu binatang dengan tingkat kecerdasan yang rendah. IQ
bebek katanya lebih rendah daripada Anjing. Intelegesia bebek mungkin slow.
Sementara anjing IQ tinggi. Maka anjing mudah dilatih, pendengarannya pun sangat
tajam. Di atas kertas, bebek memang kalah gesit dibanding anjing. Tapi bebek
bisa jadi binatang yang tergolong cuek lagu sabar walau tidak cerdas.
Saking cueknya,
banyak orang memakai istilah “cuek bebek”. Karena bebek, skiapnya acuh tak
acuah. Santai saja. Tapi bebek pun tidak usil dan tidak pernah mau mengurusi ucapan atau perilaku orang lain.
Makanya, “cuek bebek”.
Banyak orang
lupa. Bebek itu hebat. Karena faktanya. Di jalanan, hampir tidak pernah ada
atau terdengar ada BEBEK MATI karena tertabrak. Sementara ANJING banyak yang
mati di jalanan karena tertabrak. Bebek memang tidak cerdas. Tapi nyaris lebih
selamat daripada anjing yang lebih cerdas. Ironis juga ya.
Kok bisa sih, bebek tidak pernah tertabrak di jalanan?
Itulah hebatnya bebek. Sekalipun tidak secerdas anjing, bebek itu
hidupnya istimewa. Karena bebek hidupanya selalu berjamaah, selalu bersama-sama.
Bebek selalu kompak dalam satu Langkah dalam hidupnya. Kemana pun perginya,
bebek selalu bersama rombongannya. Tidak terpecah-pecah. Bahkan barisannya
sangat teratur. Maka saat menyeberang jalan, seluruh “pengguna jalan” akan
berhenti semua. Untuk menghormati rombongan “para bebek” melintas. Bebek selalu
kompak, selalu bareng-bareng ke mana pun
Berbeda
dengan anjing. Tidak kompak dan lebih suka “jalan sendiri-sendiri”. Maka wajar bila
anjing ketemu anjing bukannya kompak, malah berkelahi. Saling ribut. Setelah
itu, lari terbirit-birit ke jalanan. Akhirnya
tertabrak mobil. Mati deh anjing itu. Ikut berduka cita ya Njing..
Sebut
saja, namanya “literasi cuek bebek”.
Tidak
apa hidup tidak cerdas asal selamat. Santai tapi kompak seperti bebek. Jangan
seperti di medsos atau grup WA. Pilpres sudah rampung masih saja saling
nyinyir, saling sindir. Ribut soal perbedaan. Berdebat soal masa lalu kok tudak
selesai-selesai. Orang yang hidupnya ribet. Aneh. Bila tidak sama, kenapa tidak
boleh beda ya?
Maka, ada baiknya gerakan literasi pun berjiwa seperti “bebek”. Namanya
literasi cuek bebek. Apapun keadaannya dan apapun kata orang, tetaplah kompak.
Taman bacaan di mana pun harus tetap eksis. Demi tegaknyatradisi baca dan
budaya literasi. Taman bacaan itu “jalan sunyi” maka harus kompak dan penuh kebersamaan.
Jangan tercerai-berai, nanti bisa bernasib kayak anjing. Mendingan kompak kayak
bebek, biar selamat.
Literasi
cuek bebek. Mungkin hari ini relevan dan bisa jadi filosofi hidup.
Selain
kompak dan penyabar, bebek itu pandai bersosialisasi. Apalagi sesama bebek. Tanpa
memandang umur, pangkat, jabatan atau asal usul mereka. Bahkan, pasukan nenek selalu
punya naluri untuk peduli pada lingkungannya. Saling menyayangi sesama bebek.
Belajar
dari bebek. Tetaplah jaga kekompakan, jaga kebersamaan. Hingga kapan pun dan di
mana pun. Tidak perlu ngotot atau nyolot. Cuek bebek saja. Karena bebek tahu
“serigala itu hanya memangsa domba atau binatang liar yang keluar dari
rombongannya”. Salam literasi #KampanyeLiterasi #LiterasiCuekBebek
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar