"Jangan menilai buku dari sampulnya". Begitu kalimat kiasan yang populer.
Secara sederhana, dapat diartikan jangan menilai bobot atau nilai dari suatu hal dari
penampilan luarnya saja. Tampak lahir belum tentu sama dengan tampak
batin. Bungkus seseorang tidak selalu sama dengan isinya. Maka, buku harus dibaca
isinya. Jangan hanya terpaku sebatas sampulnya atau cover-nya.
Ada makna tersirat dari kalimat kiasan itu, Seseorag yang terlihat
biasa-biasa saja, penampilannya apa adanya. Sering disepelekan banyak orang.
Disangka bodoh. Padahal, ilmunya berlimpah dan wawasannya sangat luas. Sementara
ada orang yang teriakannya kencang, omongnya banyak. Ternyata, itu hanya
bungkus yang menutupi kebodohannya, keburukannya. Dalam pergaulan, bisa disebut
orang yang “di depan lain, di belakang lain”. Mungkin, ada banyak orang yang
bungkusnya berbeda dengan isinya.
Jangan menilai buku dari sampulnya. Bisa diartikan untuk berhati-hati dengan apa dan siapa
saja. Tetap mawas
diri pada setiap keadaan. Karena zaman now, memang sulit menebak “mana kawan
mana lawan”. Karena berbeda, antara bungkus dan isinya. Lahir yang tidak sama dengan batin.
Seperti di taman bacaan. Untuk menjalankannya tidak
cukup hanya niat baik. Tapi butuh komitmen dan konsistensi untuk mengelolanya.
Agar tidak mati suri. Taman bacaan tidak cukup anak-anak yang banyak. Tapi buku
hanya sedikit. Atau sebaliknya, buku banyak tapi anak yang membaca sedikit.
Maka di mana pun, taman bacaan harus kreatif dan menarik. Tentu dengan cara dan
kebisaannya masing-masing. Agar bungkus dan isi di taman bacaan tetap sama.
Jangan
menilai buku dari sampulnya. Maka setiap buku yang dibaca harusnya menjadikan
pembacanya lebih baik. Buku yang mampu menjadikan pribadi-pribadi lebih bijak,
lebih mampu memahami realitas. Bila kamu benar, maka tidak perlu marah. Bila
kamu salah maka wahib minta maaf. Bila kamu kuat, maka jangan bikin orang lain
lemah. Bila kamu lemah, maka tidak perlu takut. Karena apa pun yang ada pada
kamu. Akan pudar oleh waktu.
Jangan
menilai buku dari sampulnya. Maka untuk menjadi lebih baik. Terkadang kita
harus berhenti mendengarkan orang lain. Dan harus lebih peduli untuk mendengar apa
yang disuarakan oleh hati nurani. Agar bungkus sama dengan isinya. Salam literasi
#KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar