Sama sekali tidak bisa dibantah. Bahwa “surga itu ada di telapak kaki Ibu”.
Perempuan yang melahirkan dan mendidik setiap anak, dari bayi hingga dewasa. Perempuan
yang rela lapar saat
anaknya kenyang, Perempuan yang sudi haus saat anaknya sedang minum. Bahkan Ibu, sangat ikhlas menangsi di bangku rumah saat
anaknya tertawa di kafe-kafe.
Maka hanya Ibu, sosok yang patut dihormati dan disayangi.
“Seperti
udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu” begitu lirik lagu
Iwan Fals. Memang tidak akan mampu seorang anak membalas jasa ibunya. Karena, bila ada rumah yang paling luas halamannya;
bila ada harta yang paling banyak sedekahnya; bila ada guru yang paling sabar
mengajarnya; bila ada sentuhan yang paling tulus belaiannya. Itu semua hanya ada pada Ibu.
Anak, sehebat dan sesukses apapun. Sudah pasti, tidak akan mampu
membalas jasa dan pengorbanan ibu. Karena ibu, sosok yang paling gigih
memperjuangkan mimpi anak-anaknya. Ibu pula sosok yang paling punya kasih
sayang melebihi batas langit dan bumi.
Sungguh, di balik kesuksesan seorang anak. Pasti ada “tangan
dingin” seorang ibu. Ada kekuatan doa dan restu ibu di belakang kesuksesan seoarng anak. Ibu yang
berjuang sambil merintih saat anaknya dilahirkan. Ibu pula yang menyusui di jabang bayi saat kehausan. Dan ibu pula yang rela terbangun dari
kantuknya. Saat di anak menangis di malam hari. Sekalipun letih, ia tetap mengganti
popok si bayi. Apa yang dilakukan ibu kepada
anaknya, bukan hanya soal
tanggung jawab. Tapi, Ibu ikhlas dan rela melakukan apapun demi anak-anaknya.
Hati besar ibu memang tidak
seluas media sosial. Tapi ibu pun, sama sekali tidak bisa direpersentasikan
seperti medsos. Karena ibu tidak pernah ber-kamuflase. Sementara medsos sangat
diramaikan kamuflase. Seperti momen di Hari Ibu. Betapa banyak anak yang hebat yang berkata-kata bijak tentang ibu. Bertutur indah
tentang ibu. Tapi sayang itu semua sebatas di
medsos, sebatas di dunia maya.
Karena medsos pula. Ibu kandung
hari ini, seringkali dilupakan. Bahkan tidak lagi diminta nasihatnya. Anak-anak
yang selalu lambat menjawab WhatsApp (WA) dari Ibu kandungnya. Ibu yang sering
diceritakan. Namun sedikit sekali dikunjungi. Apalagi dipeluk oleh
anak-anaknya. Prihatin pada Ibu yang
di rumah, bukan ibu yang di dunia
maya.
Sebagian anak bisa saja lupa. Betapa ajaibnya sentuhan tangan seorang Ibu.
Selalu menguatkan di saat anaknya lemah. Selalu membangkitkan di saat
anaknya terpuruk. Sentuhan Ibu tak akan pernah tergantikan oleh sentuhan orang
lain. Bahkan oleh sentuhan seorang ayah yang hebat sekalipun.
Maka di
momen Hari Ibu.
Saatnya
anak menjenguk Ibu. Berkunjung ke rumah Ibu. Untruk sekadar melepas rindu seoarang Ibu kepada anaknya. Untuk menebar
hormat dan kasih sayang anak kepada ibunya. Agar terpancar senyum dari raut wajah ibu. Sambil berucap terima kasih dan mohon maaf lahir batin hanya kepada Ibu.
Karena tidak ada anak yang “miskin” selagi ia punya ibu yang hebat. Mumpung
Ibu masih ada di dekat kita. Tidak seperti saya yang sudah tiga tahun ditinggal
Ibu.
Agar sampai kapanpun. Batin sang Ibu tetap
berkata, “Ya Allah, aku ridho kepada anak-anakku”. Selamat HARI IBU. #HariIbu
#Ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar