Hoaks Terjadi Akibat
Literasi Rendah, Taman Bacaan Lentera Pustaka Optimalkan Jam Baca
Maraknya hoaks atau berita bohong dapat
dipastikan akibat rendahnya budaya literasi orang Indonesia. Ketika budaya baca
menurun, di situlah momentum untuk lebih percaya pada hoaks. Apalagi saat ini level
masyarakat yang aktif memegang gawai tergolong sangat tinggi. Sekitar 3,6 jam
sehari orang Indonesia menghabiskan waktu untuk berselancar di dunia maya atau
di media sosial. Sadar tidak sadar, waktu selama itylah yang digunakan untuk mencari
atau menyebar hoaks.
Hoaks itu terjadi akibat tingkat
literasi rendah Hal ini sesuai dengan data
UNESCO yang melansir (2012) bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya mencapai
0,001. Atau 1 dari 1.000 orang Indonesia yang punya minat baca.Bahkan dalam laporan UNESCO berjudul
“The Social and Economic
Impact of Illiteracy” (2010) disebutkan bahwa tingkat literasi
yang rendah pun menjadi sebab tingginya angka putus sekolah dan pengangguran.
Karena orang dengan tingkat literasi rendah sulit menjadi mandiri atau berdaya,
dan punya ketergantungan yang besar.
Berangkat dari
realitas itu, Syarifudin Yunus selaku Pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
Lenetra Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor menyatakan akan sulit bagi Indonesia
untuk menurunkan angka kemiskinan, kesenjangan sosial maupun rendahnya kulaitas
pendidikan bila tidak diimbangi dengan meningkatkan tingkat literasi anak dan
masyarakat.
Maka di situlah pentingnya meningkatkan tradisi baca dan
budaya literasi anak-anak dan masyarakat Indonesia.
Skenario
tingkat literasi sederhana saja. Bila tradisi baca dan budaya literasi tinggi,
maka pengetahuan dan wawasan meningkat. Pada saat yang sama kesadaran akan
pentingnya pendidikan bertambah dan keterampilan komunikasi lebih baik akibat
kosakata yang dikuasainya. Kebiasaan membaca yang baik adalah modal dasar
tumbuhnya rasa percaya diri sehingga mampu mengembangkan imajinasi dan
kreativitas dalam berbagai ranah kehidupan. Maka jelas, tingkat literasi yang
tinggi menjadi pangat utama persoalan kehidupan, termasuk untuk mencegah hoaks.
Oleh karena itu, sebagai upaya menumbuhkan
tradisi baca dan budaya literasi anak-anak, TBM Lentera Pustaka terus fokus memberikan
kemudahan akses bacaan bagi anak-anak usia sekolah di Desa Sukaluyu Kec.
Tamansari kab. Bogor. Bahkan di bulan Ramadhan 1440 H, jam baca lebih
dioptimalkan melalui program “Ngabuburit Baca” di sore hari jelang waktu
berbuka puasa. Hal ini sekaligus untuk “melawan” kebiasaan menonton TV atau main
gawai yang berlebihan. Agar anak-anak, selalu punya waktu cukup untuk membaca
buku.
Sejak didirikan 2 tahun lalu, sekitar
60 anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka saat ini telah mampu “melahap” 5-10
buku bacaan per minggu. Dengan mengusung konsep “TBM-Edutainment”, taman bacaan
ini memadukan prinsip edukasi dan entertainment pada setiap kegiatan membaca,
seperti: senam literasi sebelum baca, salam literasi, membaca dengan bersuara,
dan lab baca di alam terbuka.
“TBM Edutainment
diterapkan Taman Bacaan Lentera Pustaka agar menjadikan kegiatan membaca lebih
menyenangkan buat anak-anak. Membaca jangan dibikin bosan. Tapi harus dikemas
lebih menarik. Sehingga anak-anak lebih bersemangat” ujar Syarifudin Yunus di
TBM Lentera Pustaka.
Akses bacaan yang mudah dan optimalkan
jam baca, itulah fokus TBM Lentera Pustaka. Karena tanpa baca, anak-anak akan
merana di masa depan. Jauhnya anak-anak dari buku, sungguh akan menjadi momok
yang terus melanggengkan kebodohan dan kemiskinan. Apalagi di tengah gempuran
era digital, jam baca anak-anak harus lebih disiplin.
Karena hanya dengan tradisi baca dan
budaya literasi, kita dapat menyiapkan masa depan anak-anak dan mengusir hoaks
secara lebih fundamental. Dan akhirnya, melalui kegiatan membaca dan buku, TBM
Lentera Pustaka bertekad “tidak ada lagi anak yang putus sekolah” sehingga
tercapai ketuntasan belajar hingga jenjang SMA… #TBMLenteraPustaka
#BacaBukanMaen #BudayaLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar