Mungkin, banyak orang mengira. Ketenangan itu datang dari meditasi atau liburan panjang. Justru tidak, ketenangan malah sering kali lahir dari kebiasaan sederhana seperti membaca dan berkiprah di taman bacaan. Sebab membaca bukan sekadar menambah pengetahuan. Tapi menjadi cara untuk menata pikiran, memperhalus perasaan, dan menurunkan ego. Bahkan lebih dari itu, membaca juga dapat menumbuhkan empati. Siapapun yang rajin membaca cenderung lebih mampu menerima kompleksitas hidup tanpa panik. Akibat terbiasa berdialog dengan beragam sudut pandang dari buku.
Membaca dan berkiprah di taman bacaan sejatinya dapat menurunkan ego
dan menumbuhkan empati. Seperti yang terjadi di TBM Lentera Pustaka siang ini
(2/11/2025), saat aktivitas sekolah Nusantara 2025 dari SAN Chapter Bogor dan
kehadiran Ibu Inggit (kawan dari Pendiri TBM Lentera Pustaka) bersama puluhan
anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka. Membaca bersama, senam literasi, dan
bermain di taman bacaan menjadi bukti ego yang diturunkan dan hadirnya empati
semakin meningkat. Saat berkiprah di taman bacaan, siapapun masuk ke dunia
orang lain. Kita melihat kehidupan dari mata yang berbeda, memahami alasan di
balik Tindakan kenapa kita harus berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama?
Sebuah riset dari University of Sussex menunjukkan bahwa membaca
selama enam menit saja dapat menurunkan stres hingga 68 persen, lebih efektif
dibandingkan mendengarkan musik atau berjalan santai. Berkiprah di taman bacaan
pun dapat membangun empati dan hati lebih tenang. Sebab saat di taman bacaan, otak
beralih dari mode reaktif menuju mode reflektif. Tidak tergesa untuk menilai
kehidupan, melainkan memahami makna setiap perbuatan. Proses ini mengikis ego
yang sering kali menjadi sumber keresahan hidup. Dengan empati yang terbentuk
dari membaca, seseorang lebih mudah menerima kekurangan diri dan orang lain.
Ketika membaca kisah tokoh yang gagal berkali-kali sebelum
berhasil, siapapun belajar bahwa hidup bukan kompetisi instan. Karenanya
dibutuhkan sikap sabar pada proses yang dijalani. Dari sini, ketenangan lahir
bukan karena hidup lebih mudah, tapi karena cara pandang terhadap kesulitan
yang berubah.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang jarang membaca cenderung
mudah bereaksi terhadap masalah. Orang yang jarang berkiprah sosial justru
sulit membangun sikap empati. Bahkan mungkin jadi cepat tersinggung, mudah panik,
atau menyerah ketika keadaan tidak sesuai ekspektasinya. Sebaliknya, orang yang
terbiasa membaca sudah terlatih untuk berhenti sejenak, mencerna informasi,
lalu menilai secara utuh. Pola ini tentu membentuk cara berpikir yang lebih
tenang dan terukur.
Maka patut dipahami, saat membaca dan berkiprah di taman bacaan
selalu terselip keadaan yang menenangkan, membuat lebih nyaman. Salam literasi!



Tidak ada komentar:
Posting Komentar