Minggu, 30 November 2025

Catatan Literasi: Berhentilah Menjadi Korban Pikiran Sendiri

Banyak orang merasa hidupnya berat, mentalitasnya menjadi korban. Keluh-kesah dan tidak bersemangat memandang apapun. Hanya bisa terdiam tanap berbuat apapun. Lalu merasa takjub dengan apa yang dikerjakan orang lain. Dan lupa bertanya, mau sampai kapan begitu?

 

Hidup seakan kian berat dan susah. Akibat pikirannya sendiri. Lupa, padahal yang menekan bukan kenyataan tapi pikirannya sendiri. Overthinking, serba takut atas apa yang belum terjadi, dan terbenam dalam skenario yang diciptakan pikirannya sendiri. Terbukti, pikiran memang lebih kejam dari realitas. Terkadang, pikiran memang lebih tajam dari pisau yang menghunus tubuh.

 

Jelas sudah, satu pikiran negatif bisa membuat tubuh lumpuh tanpa sebab. Padahal tidak ada bahaya nyata di depan mata. Tidak ada hambatan kecuali pikirannya sendiri. Belum dikerjakan, pikirannya yang sudah menyerah. Hingga tidak satu pun yang dikerjakan, tidak ada harapan baik sedikit pun. Ketahuilah, tubuh selalu mengikuti arah pikiran. Apa yang kita pikirkan maka itulah yang kita rasakan.

 

Pikiran itu melahirkan perasaan, Perasaan menuntun ke tindakan. Dan tindakan pasti membentuk kenyataan. Maka berhati-hatilah dengan pikiran. Pikiran bisa mebuat tubuh jadi sesat atau manfaat. Kalau hidup ingin berubah, maka jangan ubah keadaan kita. Tapi ubahlah cara berpikir kita, yang selama ini belum tentu benar. Pikiran memang dahsyat, belum tentu benar saja sering dipaksa untuk benar karena egoisme.

 

Ketahuilah, pikiran bukan sekadar bayangan. Tapi benih yang menumbuhkan perasaan, Tindakan,  dan nasib kita ke depan. Apapun yang dialami hari ini bahkan besok, semuanya berakar dari apa yang sering kita pikirkan.  Setiap hari, pikiran kita menulis naskah tentang siapa diri kita dan seperti apa hidup kita besok? Tapi masalahnya, otak kita tidak bisa membedakan antara imajinasi dan kenyataan, tidak mampu memilah mana harapan dan mana realitas? Pikiran sering menciptakan cerita tapi otak justru menganggapnya fakta.  Seperti kata anak-anak TBM Lentera Pustaka, berhentilah menjadi korban pikiran sendiri.

 


Pikiran yang tidak dilatih, ibarat anak kecil memegang setir. Seenaknya menabrak apapun yang ada di depan. Pikiran yang tanpa kendali, lalu membenarkan semua hal yang dipikirkan. Sehingga tidak ada lagi ruang untuk introspeksi diri, tidak mau lagi merenung dan memperbaiki pikiran sendiri. Maka latihlah pikiran dengan membaca buku, dengan berkiprah sosial di taman bacaan. Jangan terlalu percaya pada otak bila belum mengabdikan diri untuk sesama. Hingga mata terbelalak, masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan dan kasih sayang dari kita? Latih pikiran dengan buku, ajari otak dengan peduli sosial. Seperti yang ditanamkan di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, untuk terus berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan secara konsisten, bukan membahasnya di ruang seminar. Karena buku dan membaca, pikiran jadi jernih dan realistis.

 

Ketahuilah, hidup kita hancur bukan karena dunia melawan kita. Tapi karena pikiran kita dibiarkan liar tanpa kendali. Berhentilah menjadi korban pikiran sendiri. Kuasai pikiran kita sebelum pikiran yang menguasai kita. Sebab kekuatan manusia bukan pada ototnya tapi pada pikirannya.

 

Sebab hari ini sering terjadi. Sebelum seseorang kalah di dunia luar, ia lebih dulu kalah dalam pertarungan dengan kepalanya sendiri. Salam literasi!

 



Ratu Belanda Maxima: Urusan Pensiun Penting tapi Sangat Sulit

Dalam kunjungannya ke Indonesia, Ratu Belanda Maxima menyatakan pentingnya mempersiapkan dana pensiun sebagai perencanaan jangka panjang. Tapi dia memahami menyiapkan masa pensiun memang tidak mudah. Akan tetapi, menurutnya, dana pensiun harus menjadi standar dalam kehidupan masyarakat.

 

"Tahukah Anda, dana pensiun itu sangat penting, tetapi juga yang paling sulit. Sebab saat kita masih muda, kita tidak pernah berpikir akan menjadi tua, bukan? Jadi, sangat penting bagi kita untuk menyiapkan masa pensiun," ujar Ratu Belanda Maxima dalam acara National Financial Health Event yang digelar OJK pada Kamis (27/11/2025).


Sebagai utusan khusus dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Kesehatan Finansial, Ratu Belanda Maxima menegaskan saking sulitnya urusan dana pensiun, Belanda memiliki sistem yang disebut "tiga hari pensiun". Semua pemberi kerja dan perusahaan harus mensosialisasikan dana pensiun kepada para karyawan dalam tiga hari setiap tahun. Jadi, kita harus sadar akan pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang, di samping regulator harus membantu terciptanya sistem dana pensiun yang jauh lebih baik. Maka wajar  di Indonesia saat ini, 9 dari 10 pekerja sama sekali tidak siap untuk pensiun.

 

Dari pernyataan Ratu Belanda Maxima tersebut, setidaknya ada beberapa alasan kuat kenapa menyiapkan pensiun jadi salah satu hal tersulit bagi orang yang bekerja. Biasanya bukan karena tidak mampu, tapi karena faktor psikologis, kebiasaan, dan gaya hidup modern. Beberapa alasan sulitnya menyiapkan dana pensiun bagi pekerja antara lain:

1. Pensiun terasa masih jauh. Banyak orang merasa pensiun itu nanti saja, masih puluhan tahun lagi. Maka otak lebih memilih fokus pada kebutuhan yang terasa “dekat” seperti cicilan, gaya hidup, atau target karier.

2. Tidak ada urgensi yang memaksa. Tidak menabung pensiun hari ini tidak langsung terasa akibatnya. Berbeda dengan telat bayar listrik atau cicilan. Karena tidak ada “alarm”, persiapan pensiun lebih sering ditunda.

3. Tekanan kebutuhan hidup saat ini. Biaya hidup, keluarga, pendidikan anak, dan cicilan membuat orang merasa tidak ada ruang untuk memikirkan pensiun. Padahal, sekecil apa pun mulai lebih dini selalu lebih baik daripada mulai besar tapi terlambat.

4. Kurang pemahaman tentang angka pensiun. Banyak pekerja belum tahu: berapa dana yang sebenarnya dibutuhkan untuk hidup nyaman saat pensiun? Berapa yang harus disisihkan tiap bulan? Bagaimana cara menjadi peserta dana pensiun? Ketidaktahuan membuat orang tidak mau memulai dana pensiun.

5. Pensiun tidak terlihat sebagai prioritas emosional. Berbeda dengan beli rumah, liburan, atau gadget yang punya kepuasaan instan, pensiun tidak memberi “reward cepat”.
Padahal manfaatnya besar, tapi tidak terasa di masa kini.

6. Budaya “hidup untuk hari ini”. Banyak orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekarang, bukan masa depan. Ada anggapan “Nanti kalau tua, ya sudah, ikuti alurnya saja.” Padahal risiko finansial saat tua jauh lebih berat.

7. Tidak ada sistem otomatis. Jika tidak ada program perusahaan atau potongan otomatis seperti DPLK, Karyawan cenderung lupa atau malas menyisihkan secara manual setiap bulan.

 


Maka wajar, mempersiapkan pensiun itu sulit bukan karena kemampuannya kurang, tapi karena psikologis manusia tidak dirancang untuk memikirkan hal yang sangat jauh, kecuali ada edukasi yang masif dan akses yang mudah. Intinya, dana pensiun harus memudahkan apalagi yang bekerja di sektor informal.

 

Karena itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengakui bahwa tidak ada sektor jasa keuangan di negara-negara maju tanpa dukungan kuat dari industri dapen serta industri asuransi. Ia menyinggung perlunya inovasi pengembangan produk dana pensiun agar bisa merambah kelompok masyarakat secara lebih luas. Sebab dana pensiun menjadi salah satu bagian penting dalam financial health, bukan semata-mata dilihat dari pertumbuhan perkembangan industri.



Kiprah di Taman Bacaan, Cara Menghargai Setiap Momen

Hari ini tidak sedikit orang terjebak pada rutinitas, bahkan kehidupan yang kamuflase. Hanya sekadar menjalankan apa yang berulang, tidak lagi seperti aslinya. Semuanya ditempuh untuk sebuah image atau citra diri. Ingin dianggap begini, ingin dibilang begitu. Akhirnya, gagal menghargai setiap momen. Lalai terhadap esensinya.

 

Kita sering lupa. Bahwa manusia adalah makhluk yang terus berubah bahkan pada pribadi yang sama sekalipun. Karenany, setiap waktu selalu membentuk versi baru dari dirinya. Kita tidak akan menemukan orang yang sama dua kali. Sebab setiap pertemuan selalu membawa pengalaman, pelajaran, dan harapan yang berbeda. Begitu juga dengan diri kita: hari ini bukan lagi diri kita yang kemarin.

 

Menghargai setiap momen, itulah nafas aktivitas sosial di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tetap konsisten dalam berkiprah secara sosial di taman bacana. Bukan hanya untuk menegakkan kegemaran membaca, namun untuk menghargai setiap momen sebagai pengalaman berharga dalam hidup. Para relawan dan komunitas yang berkiprah selalu memanfaatkan momen bersama anak-anak pembaca aktif. Sebagai titian jalan untuk tetap berbuat baik dan menebar manfaat. Momen di taman bacaan yang selalu dihargai, sebagai kiprah nyata berliterasi di akar rumput.

 


Lebih menghargai setiap momen di mana pun. Menjadi bukti kira selalu sadar bahwa hidup bergerak cepat. Ia tidak lagi terburu-buru atau terlalu fokus pada  “pikiran utopia” sampai lupa menikmati hal-hal kecil di depan mata. Bercengkrama dengan keluarga, bersosial di taman bacaan hingga menggunakan waktu dengan aktivitas yang positif. Sebab setiap momen, selalu mengajak untuk melihat sesuatu dengan lebih utuh, lebih komprehensif.

 

Kita diajak untuk lebih menghargai setiap momen, di mana pun. Agar lebih bijak dalam menilai dan lebih lembut dalam mencinta. Sebab setiap manusia adalah kisah yang terus menulis tentang dirinya, dan kita hanya diberi kesempatan untuk hadir dalam sebagian bab-nya, tetapi untuk memahami bahwa perubahan adalah bagian terindah dari hidup setiap manusia.

 

Hargai setiap momen,, sebagai bukti perjalanan dan pengalaman hidup yang selalu dilewati. Sehingga menjadi pribadi yang lebih tenang, lebih matang, dan lebih penuh rasa syukur. Salam literasi!

 




Sabtu, 29 November 2025

Silaturahim Tahunan Warga Puri Lakshita, Angkat Pengurus Baru dan Tingkat Hunian Capai 47%

Dalam suasana rileks dan sederhan, warga Perumahan Puri Lakshita Tajurhalang Kab. Bogor menggelar “Silaturahim Tahunan Pemilik dan Penghuni Rumah” sebagai ajang silaturahim setahun sekali untuk memberikan update dan diskusi bersama dalam mencipatkan hunian  yang harmoni dan asri (29/11/2025). Dihadiri 35 warga dan puluhan anak-anak, silaturahim tahunan Puri Lakshita sekaligus menentukan kepengurusan paguyuban Puri Lakshita yang baru.

 

Disepakati secara aklamasi, komposisi pengurus Paguyuban Warga Puri Lakshita yang baru terdiri dari Susilo (Ketua), M. Isfari (Sekretaris), dan Hendri (Bendahara), dengan penasihat Syarifudin Yunus. Dengan kepengurusan baru, diharapkan pemilik dan penghuni Puri Lakshita bisa saling bekerjassama untuk mencipatkan lingkungan perumahan yang aman, bersih, dan guyub ke depannya. Beberapa poin silaturahim Paguyuban Warga Puri Lakshita yang patut diketahui antara lain:

1.   Saat ini tingkat hunian Puri Lakshita mencapai 47% atau 44 rumah dari total 94 unit rumah yang ada sudah dihuni/ditempati baik oleh pemilik maupun pengontrak. Pada tahun 2026, diharapkan tingkat hunian Puri Lakshita bisa mencapai 60%.

2.   Disampaikan pula beberapa kondisi rumah yang kosong, saat ini mengalami kerusakan dari pintu yang kropos, kusen yang rusak total, dan plafon yang roboh di bagian dalam. Karena itu, para pemiliki diimbau untuk menengok rumahnya untuk meliohat kondisinya. Atau minimal menyempatkan hadir dalam “silaturahim tahunan warga” setiap bulan November pada setiap tahun.

3.   Para warga (pemilik maupun penghubi) diharpkan kerjasamanya untuk membayar IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) sebesar Rp. 50.000 per bulan yang digunakan untuk membayar honor petugas keamanan dan pemeliharaan seperti penerangan jalan dan fasum di Puri Lakshita.

4.   Diperlukan update kondisi “status rumah” dari pemilik terkait rencana untuk dijual atau dikontrakkan atau ditinggali. Karena kondisi update tersebut dapat menjadi informasi bagi pengurus, utamanya untuk yang mau dikontrakkan mungkin perlu direnovasi terlebih dulu karena “permintaan” rumah dikontrakkan di Puri Lakshita tergolong tinggi.

5.   Sebagai inisiatif baru, Aula Perumahan Puri Lakhsita yang ada saat ini belum di keramik. Untuk itu, dibuka donasi keramik bagi pemiliki atau penghuni untuk ikut menyumbang keramik dengan harga per meter Rp. 60.000. Dibutuhkan total 70m keramik, dan saat ini sudah ada 10m. Mohon Kerjasama pemilik untuk ikut peduli dalam menyumbang keramik untuk keperluan aula Puri Lakshita semampunya, sikhlasnya.


 

Patut diketahui, sejak keberadaannya di tahun 2014, wilayah sekitar Puri Lakshita semakin maju pesat. Jalan pemda dan sebentar lagi akses tol dari Andara akan terealisasi, di samping adanya rencana Pembangunan kampus BSI. Nilai NJOP pun semakin meningkat mencapai lebih dari Rp. 1,5 juta per meter, di samping harga rumah tipe 36/60 di lingkungan sekitar yang semakin meningkat, rata-rata saat ini harganya di atas Rp. 400 juta. Bersyukur Puri Lakshita sudah hadir di tahun 2014, 11 tahun lalu di daerah yang semakin berkembang pesat.

 

Sambil ngopi dan menikmati panganan kebun khas Puri Lakshita seperti singkong, ubi, kacar, peserta silaturahim warga Puri Lakshita mengakhiri kegiatannya dengan ngobrol dan bercengkrama akan pentingnya membangun perumahan yang asri dan harmoni. Sebelum pulan, pemilik rumah yang hadir pun membawa oleh-oleh berupa singkong, hasil kebun Puri Lakshita.

 

Dengan modal kekompakan dan keharmonian, warga Puri Lakshita sepakat untuk terus menjaga keguyuban dan kebersamaan untuk memajukan lingkungan perumahan, termasuk kedisiplinan dalam membayar iuran bulanan. Insya Allah, tradisi silaturahim dan lesehan tetap dilestarikan di Perumahan Puri Lakshita setiap tahunnya. Untuk itu, mohon dukungan dan kerjasama dari para pemilik rumah dan penghuninya.

 

Adalah harapan bersama, agar ke depan, Puri Lakshita bisa menjadi hunian ideal bagi kita semua. Hunian yang selalu menjaga kebersamaan, kebaikan, dan kepedulian dari dan untuk kita. Sebab, hidup bukan soal siapa yang paling kuat atau hebat. Tapi siapa yang paling peduli dan setia pada cahaya kecil untuk kebaikan lingkungannya. Meniti bersama menuju jalan yang lebih terang.\





Jumat, 28 November 2025

Literasi Besar di Omongan, Kecil di Tindakan?

Berbicara literasi di berbagai forum, memang mudah. Hampir tidak ada antara yang benar-benar mengerjakannya dan tidak. Hampir sama antara yang hidup di teori dengan praktik. Karena literasi memang milik semua orang. Sehingga siapapun “sama expert-nya” kalua sudah bicara soal literasi. Begitulah literasi bekerja.

 

Sikap sebagian orang yang memgaku pegiat literasi pun demikian. Pandai berbicara tentang literasi, taman bacaan, dan budaya gemar membaca. Entah dari mana background-nya, entah dari mana ilmunya? Literasi yang inklusif dianggap saat semua orang boleh biacar tentang literasi. Sebab literasi dianggap miliki semesta. Tapi pada saat yang sama, tidak menunjukkan hal yang sama dalam tindakan nyata. Menggebu-gebu saat bicara literasi tapi lemah dalam praktik. Entah, literasinya ada di mana?

 

Sekarang ini, banyak orang begit bersemangat ketika membahas literasi. Apalagi di ruang seminar dan diskusi ber-AC. Namun begitu di tengok, di mana kiprah literasinya mulai bingung. Di mana praktik baik yang sudah dilakukannya? Begitu bicara literasi di akar rumput, seakan menghilang ditelan badai. Seberapa besar dampat literasinya, siapa pengguna layanannya? Tiba-tiba, pembicaraan mulia hening, diam, dan sulit berkata-kata.

 

Literasi, terkadang hanya omon-omon. Sebaba antara teori dan praktik, bukannya mendekat malah menjauh. Harapannya jauh berbeda dengan kenyataannya. Narasinya berbeda dengan tindakan nyatanya. Kita sering lupa, literasi tidak dibesarkan dari narasi. Katanya literasi praktik baik ya harus dipraktikkan. Literasi dan kegemaran membaca tidak bisa diukur dari kata-kata atau narasi di raung seminar. Melainkan dari tindakan nyata di akar rumput. Praktik literasi bukan narasi dan diskusi yang diperbanyak. Literasi katanya membutuhkan kepedulian, karenanya dibutuhkan tindakan nyata dalam berliterasi bukan sekadar ucapan.

 


Hampir sama dengan literasi. Banyak orang jagi berbicara tentang Tuhan. Tapi belum terbukti dalam Ttindakan nyata. Sebagian orang pandai berbicara tentang agama, moral, dan kebaikan, tetapi tidak menunjukkan hal yang sama dalam tindakan nyata. Begitu bersemangat ketika membahas Tuhan atau nilai-nilai spiritual, namun ketika ada kesempatan untuk membantu sesama atau menunjukkan kepedulian, mereka justru menghilang, diam, atau tidak berbuat apa-apa.

 

Literasi memang mudah. Tapi membuktikannya dalam praktik baik dan tindakan nyata adalah yang terpenting. Jangan biarkan literasi hanya “cantik” saat diomongkan, tapi begitu-begitu saja di keseharian. Entah, mau sampai kapan literasi begitu? Salam literasi!




Literasi Pekerjaan: Nggak Usah Mati-matian Apalagi Bos-nya Geblek

Ini sekadar nasihat buat pekerja di mana pun, Hati-hati ya guys, kemarin ada seorang kawan di kantor lama meninggal dunia di jalan. Akibat kecelakaan jam 20.00 WIB, motornya jatuh.

 

Gara-garanya, waktu itu, dia disuruh sama bos-nya balik ke kantor buat beresin kerjaan yang sebenarnya bisa dikerjain besok paginya. Karena bos-nya yang nggak kompeten telpon, terpaksa dia balik lagi ke kantor sekalipun sudah jalan pulang ke rumah. Malam-malam pulang kerja, disuruh balik ke kantr ya pasti Lelah banget. Maka, nyawa seoarang kawan pun hilang di jalan.

 

Begitulah gambaran kerja di kantor yang bos-nya tidak kompeten. Yang lebih menyakitkan lagi, besoknya, si bos-nya pun nggak datang saat pemakaman anak buahnya. Katanya, si bos sibuk meeting bareng HRD untuk mencari pengganti anak buahnya yang meninggal itu. Wajahnya datar kayak nggak pernah terjadi apa-apa pada anak buahnya. Si bos lupa, kalau anak buahnya meninggal di jalan karena kecelakaan setelah disuruh balik ke kantor malam hari.

 

Anak buahnya meninggal dunia, si bos malah mencari gantinya. Segitu cepatnya bos dan kantor cari orang gantinya. Makanya siapapun yang jadi pekerja, kerja sewajarnya saja apalagi kalau gaji pas-pasan. Kantor di mana pun, begitu mudah kok mencari ganti karyawan. Jadi, jangan menganggap diri kita “tidak tergantikan” di mata kantor. Ketika kita sakit, resign, atau tidak ada, pekerjaan tetap jalan dan mereka bisa saja merekrut orang baru.

 

Karenanya, jangan mengorbankan diri berlebihan dalam urusan kerja. Jika kontribusi kita jauh lebih besar daripada apresiasi yang diterima (misalnya lembur terus tanpa dibayar, kerja di luar jobdesc, stres berat, bahkan punya bos nggak kompeten, arogan dan dubjektif) pasti bisa membuat kita rugi sendiri. Bekerjalah sewajarnyawalau tetap profesional tapi tetap menjaga batas. Memang bukan berarti santai atau tidak perform, tapi tidak mengorbankan kesehatan, keselamatan, waktu pribadi, atau kehidupan kita secara personal.

 


Banyak orang, kerja itu Cuma aktualisasi diri. Bukan untuk kaya apalagi bergaya hidup mewah. Apalagi kalau gaji pas-pasan, kompensasi tidak sebanding dengan beban kerja atau pengorbanan, maka nggak usah kerja mati-matian. Disuruh balik sama bos ke kantor malam-malam, jawab saja nggak bisa. Sudah waktunya urusan rumah dan keluarga. Kerja sih oke tapi jangan sampai hidup dan kesehatan kita dikorbankan untuk kantor yang sewaktu-waktu bisa mengganti kita.

 

Jadi, bekerjalah sewajarnya saja, apalagi kalau gaji pas-pasan. Nggak usah mati-matian cuma urusan kerjaan atau duniawi. Sedih banget kalau nyawa hilang di tengah jalan cuma karena urusan kerjaan. Buat yang jadi bos juga harus mikir, pangkat dan jabatan itu sementara. Jadi nggak usah “sok berkuasa” pada anak buah. Nggak usah bertindak arogan dan sok menentukan nasib orang. Justru, manfaatkan momen jadi bos untuk mengangkat martabat anak buahnya.

 

Kerja sewajarnya saja, nggak usah mati-matian. Ingat, orang kerja kalau sakit yang rawat keluarganya, bukan kantornya. Bos juga kalua anak buahnya sakit jarang nengokin. Bila punya bos yang semena-mena dan kantor yang nggak peduli, cari waktu yang tepat untuk ucapkan "good bye" atau selamat tinggal. Salam literasi...!

 

Kamis, 27 November 2025

LSP Dana Pensiun Lakukan Asesmen Uji Sertifikasi KKNI Dana Pensiun Jenjang 7 & 4

Sertifikasi profesi sangat diperlukan di industri apapun, termasuk dana pensiun. Karenanya, kualifikasi nasional Indonesia bidang Dana Pensiun diterapkan untuk tercapainya sertifikasi kompetensi sebagai bagian pengembangan sumber daya manusia, dan pengakuan kesetaraan kualifikasi. Melalui KKNI bidang Dana Pensiun diharapkan SDM dana pensiun mampu meningkatkan kompetensinya, sehingga 1) mengetahui ukuran kemampuan yang dimiliki, 2) dapat meningkatkan akses untuk mengembangkan diri, dan 3) menambah produktivitas kerja sebagaimana diatur dalam SKKNI Dana Pensiun (Kemnaker RI No. 122 Tahun 2021).

 

Atas komitmen itu, LSP Dana Pensiun pada bulan November 2025 menggelar uji sertifikasi KKNI Dana Pensiun jenjang 7 dan jenjang 4. Uji sertifikasi KKNI jenjang 7 dilakukan pada 26 November 2025, yang diikuti 18 peserta pengurus dana pensiun, yang mencakup kemampuan untuk merencanakan dan mengelola sumber daya Dana Pensiun di bawah tanggung jawabnya, serta melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek Dana Pensiun yang berada di bawah keahliannya. Bertindak sebagai Asesor yaitu: Ali Farmadi, Sularno, Nur Hasan Kurniawan, Edy Rahardja, Junaedi A. Kaelani, Bambang Sri Muljadi, dan Syarifudin Yunus yang semuanya berlisensi BNSP.

 

Sementara uji sertifikasi KKNI jenjang 4 mencakup pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh SDM yang menangani fungsi operasional dalam rangka meningkatkan kinerja Dana Pensiun dilakukan pada 25 November 2025 dan diikuti 28 peserta, dengan asesor terdiri dari: Satino, Budi Ruseno, Edy Rahardja, Purwaningsih, Junaedi A. Kaelani,  Ganis Widio Ananto, Asiwardi Gandhi, Bambang Sri Muljadi, dan Arif Hartanto.

 


“Setelah mengikuti diklat di ADPI, asesmen uji sertifikasi KKNI dana pensiun dilakukan LSP Dana Pensiun. Hal ini menjadi cerminan komitmen kami dalam meningkatkan kompetensi SDM di dana pensiun, sesuai dengan mandat regulasi utamanya POJK No. 34/2024. Karena KKNI merupakan bentuk pengakuan formal atas kompetensi kerja di dana pensiun, di samping menjaga standar pengetahuan dan keterampilan pelayanan dana pensiun” ujar Edi Pujiyanto, Direktur LSP Dana Pensiun.

 

Melalui asesmen sertifikasi KKNI, setiap SDM dana pensiun divalidasi dan diwawancara atas makalah atau kinerja yang dijalankan sesuai standar kompetensi nasional yang disusun oleh BNSP untuk industri dana pensiun. Untuk itu, proses asesmen LSP Dana Pensiun dilakukan secara objektif, adil, dan valid sesuai sistem dan prosedur pengembangan kualitas SDM yang berkelanjutan. Melalui KKNI, SDM industri dana pensiun diharapkan dapat menerapkan tata kelola yang baik dan manajemen risiko yang efektif untuk melindung peserta dana pensun yang ada. Selain itu, KKNI juga menjadi upaya untuk meningkatkan kepercayaan public terhadap dana pensiun, di samping mampu meningkatkan jaminan kualitas bagi industri. Bahwa SDM dana pensiun yang ada memiliki kompetensi yang dibutuhkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.

 

Saat ini LSP Dana Pensiun memiliki 29 asesor kompetensi berlisensi BNSP untuk melaksanakan dan memantau realisasi pengembangan kualitas SDM dana pensiun. LSP Dana Pensiun merupakan satu-satunya LSP bidang dana pensiun yang terdaftar di OJK sesuai dengan Surat Tanda Terdaftar Lembaga Sertifikasi Profesi Sektor Jasa Keuangan No: STTD.LSP-03/MS.1/2025 tertanggal 23 Juli 2025 dan Keputusan Ketua BNSP No: KEP.0015/BNSP/I/2023. Untuk informasi dan program LSP Dana Pensiun dapat disimak melalui: https://lspdapen.com/

 

Selain berkomitmen optimalkan KKNI dana pensiun, LSP Dana Pensiun terus melakukan koordinasi untuk memastikan kompetensi SDM di sektor dana pensiun sesuai standar nasional dan standar profesionalisme dalam pengelolaan dana pensiun. Salam kompeten! #LSPDanaPensiun #AsesorKompetensi #DanaPensiun



Ikuti Sesi Financial Health Ratu Belanda dan OJK, Bank Sinarmas Libatkan 40 Ibu UMKM TBM Lentera Pustaka

OJK menggelar talkshow Financial Health bersama Ratu Maxima dari Belanja yang dihadiri 800-an peserta dari beberapa Bank dan lembaga jasa keuangan lainnya hari ini di Jakarta (27/11/2025). Turut hadir 40 ibu-ibu UMKM dan taman bacaan dari TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak sebagai binaan CSR dari Bank Sinarmas.

 

Ratu Maxima dari Belanda sebagai Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Inklusi Keuangan Pembangunan (UNSGSA) berkunjung ke Indonesia untuk mengecek upaya edukasi kesehatan keuangan masyarakat, di samping mengkampanyekan akan pentingnya mempersiapkan masa depan melalui sikap bijak mengelola keuangan.

 

Acara ini dibuka oleh Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK yang didampingi oleh Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK sekaligus menjadi moderator sesi Financial Health bersama Ratu Maxima dari Belanda. Selain inklusi dan literasi, kesehatan keuangan menjadi topik yang patut disosialisasikan ke masyarakat Indonesia.

 


Sendy, Direktur Bank Sinarmas dalam kesempatan ini juga menyapa para ibu dari TBM Lentera Pustaka yang menggunakan seragam kaos merah Bank Sinarmas. Melalui kegiatan ini, para ibu TBM mendapatkan pencerahan terkait pengelolaan keuangan yang harus dimulai dari rumah, di samping mampu mengalokasikan belanja secara bijak. Sehingga dapat mewujudkan kesehatan keuangan di level keluarga.

 

“Terima kasih sudah mau datang ke acara Financial Health OJK dan Ratu Belanda hari ini. Kami sangat apresiasi dan semoga kembali ke Bogor dengan selamat dan lancar, terima kasih” ujar Sendy, Direktur Bank Sinarmas saat menyapa para ibu TBM di lokasi acara.

 

Setelah sesi berakhir, para ibu TBM Lentera Pustaka sempat melakukan foto bersama di panggung sekaligus mengambil jatah makan siang sambil melakukan perjalanan kembali ke Bogor. Salam literasi!

 




Rabu, 26 November 2025

Catatan Literasi: Bukan Soal Status atau Harta tapi Kepedulian Sesama

Saat ngobrol bareng kawan kuliah di UNJ di TBM Lentera Pustaka, akhirnya saya dan kawan-kawan sepakat menegaskan bahwa inti dari hidup yang bermakna bukanlah apa yang kita punya, tetapi apa yang kita lakukan untuk orang lain. Apalagi di usia yang tidak lagi muda., fokusnya hanya berbuat baik dan menebar manfaat di mana pun berada. Agar hidup punya makna bila saatnya ditinggalkan.

 

Tentu saja, hidup yang bermakna bukan diukur dari status, kekuasaan, atau materi. Melainkan dari kepedulian terhadap realitas kemanusiaan dan perjuangan hidup untuk berbagi kebaikan kepada sesama manusia. Kata Pramoedya Ananta Toer, kita harus menolak pandangan hidup yang hanya berorientasi pada keuntungan pribadi dan kedudukan, karena hal-hal itu sering menimbulkan ketidakadilan dan korupsi moral. Mentalitas bobrok yang tidak berpihak pada kemanusiaan. Dunia, sejatinya adalah ladanga amal untuk selalu berjuang, ikhtiar baik, dan memperbesar rasa tanggung jawab sosial.

 

Hidup bukan soal status atau pencapaian lahiriah. Status sosial, jabatan, atau banyaknya harta sering dipakai sebagai ukuran kesuksesan. Namun, itu semua tidak otomatis membuat hidup seseorang bermakna, karena sifatnya bisa hilang, berubah, atau tidak berdampak pada siapa pun selain diri sendiri. Karenanya, makna hidup justru lahir dari kepedulian. Ketika kita peka terhadap realitas kemanusiaan, misalnya penderitaan, ketidakadilan, kesenjangan sosial, kita mulai melihat bahwa hidup bukan hanya tentang “aku”, tetapi tentang “kita”.

 


Setiap orang sejatinya sedang berjuang di jalannya masing-masing. Karenanya, kita patut menghargai setiap perjuangan orang lain. Setiap orang membawa beban dan perjuangannya sendiri. Ketika kita memahami dan menghormati itu, kita terhubung secara lebih dalam sebagai sesama manusia.

 

Aksi nyata seperti menolong, berbagi, mendengarkan, atau memperjuangkan hal yang lebih besar dari diri sendiri membuat hidup kita punya dampak, dan di situlah letak makna hidup yang sebenarnya. Ada kontribusi nyata untuk membuat hidup lebih bernilai. Maka, hidup bermakna bukan diukur dari “apa yang kita dapat”, tetapi dari “apa yang kita berikan” dan bagaimana kita hadir untuk orang lain dalam rasa kemanusiaan yang sama.

 

Jadi, teruslah berjuang untuk kebaikan dan kemanfaatan. Sebab nilai sejati manusia terletak pada kepedulian dan perjuangannya terhadap kemanusiaan, bukan pada jabatan atau harta. Hidup yang benar adalah hidup yang berpihak pada sesama, bukan hidup yang dikuasai ambisi dan kecurangan. Dan ketahuilah, Tuhan tidak pernak menuntut kita untuk sukses. Tapi kita ditintung untuk terus memperbaiki diri dan bermanfaat bagi orang lain. Salam literasi!

 

Selasa, 25 November 2025

Prinsip Hidup di Taman Bacaan

Jangan hidup dari kata orang lain tapi hiduplah dari kata Tuhan. Maka kita tidak akan pernah kecewa. Kalimat itu memang sederhana tapi dalam maknanya. Praktiknya tidak mudah, hanya komitmen dan konsistensi yang membuktikannya.

 

Jangan hidup dari kata orang lain. Karena orang lain, bisa jadi lebih senang melihat kita menderita. Orang lain ingin melihat kita gagal atau tidak berhasil. Bahkan di dalam hatinya, banyak orang lain ingin merasa “menang” dari kita, berjuang untuk mengalahkan kita. Biar bagaimana pun, orang lain lebih senang mekihat kita susah daripada bahagia. Itu semua cara-cara berpikir orang lain yang salah, dan hampir susah dikoreksi alias diperbaiki.

 

Maka jangan fokus pada orang lain, apalagi mengikuti kata orang lain. Lebih baik fokus pada niat baik, ikhtiar yang positif dan terus merintis jalan sukses di mana pun. Perlihatkan keberhasilan dan kesuksesan kepada orang lain. Berikan bukti bukan narasi. Bila tidak ingin kecewa, jangan hidup dari kata orang lain. Tapi hiduplaj dari kata Tuhan. Kerjakan yang baik dan tebarkan manfaat di mana pun.

 


Prinsip itulah yang dijunjung tinggi TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Terus ikhtiar sediakan akses baca anak-anak usia sekolah, selalu komitmen menebar manfaat dengan penuh konsistensi. Hingga akhirnya, di usia ke-8, benar-benar menjadi “taman bacaan yang asyik dan menyenangkan” bagi sekitar 360 anak dan warga dari 4 desa di Kec. Tamansari. Menjalani 15 program literasi dengan operasi 6 hari dalam seminggu, ditambah loyalitas 18 relawan yang luar biasa. Alhamdulillah dan selalu bersyukur, rakyat TBM Lentera Pustaka selalu  membludak. Maka jangan hidup dari kata orang lain.

 

Di TBM Lentera Pustaka, semua program dan aktivitas taman bacaan dijalani sesuai jadwalnya. Berulang-ulang dalam membaca dan berkegiatan, selalu terbuka dan menerima apa adanya. Terus dijalani tanpa peduli apa kata orang lain. Tanpa ingin dilihat oleh siapapun dan tanpa merasa menang dari siapapun. Sebab, Tuhan selalu melihat setiap niat dan ikhtiar apapun yang kita lakukan. Tuhan sangat tahu apa yang kita kerjakan.

 

Tetaplah ikhtiar yang baik di mana pun, itulah prinsip hidup di taman bacaan. Kita memang memiliki waktu yang sama, tapi yang membedakan adalah apa yang kita isi dengan waktu itu. Salam literasi!





ADPI Gelar Inhouse Training MUDP untuk Perkuat Kompetensi SDM Dana Pensiun

Bertempat di Jakarta (24-25/11/2025), Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menggelar inhouse training Manajemen Umum Dana Pensiun (MUDP) ++ untuk 8 peserta dari DPLK Bank Jateng. Diikuti oleh Yustin, Mella, Putri, Prezkabudi, Dhevy, Nabila, Sharina, dan Arina dari DPLK Bank Jateng, training MUDP ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendasar mengenai dana pensiun, di samping menjelaskan regulasi terbaru yang mempengaruhi industri dana pensiun di Indonesia, serta karakteristik dan kewajiban lembaga dana pensiun.

 

Bertindak sebagai pengajar Bambang Sri Mulyadi (hari ke-1) dan Syarifudin Yunus (hari ke-2), keduanya berlisensi BNSP sebagai asesor kompetensi dari LSP Dana Pensiun. Melalui MUDP =+ ini, peserta dibekali materi Pengetahuan Dana Pensiun, Lingkungan Dana Pensiun, Kelembagaan Dana Pensiun, Manajemen dan Tata Kelola Dana Pensiun (hari ke-1) dan Desain Dana Pensiun, Akuntabilitas Dana Pensiun, serta ditambah Administrasi Kepesertaan DPLK, Bisnis Proses DPLK dan Pemasaran DPLK (hari ke-2).

 

Training ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan kompetensi SDM di industri dana pensiun, sesuai dengan POJK 34 Tahun 2024 tentang Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia bagi perusahaan perasuransian, lembaga penjamin, dana pensiun, dan lembaga khusus di bidang tersebut. Hal ini sebagai pemenuhan terhadap pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi di dana pensiun.

 


Dengan pengetahuan dan pemahaman mendasar tentang pengelolaan dana pensiun secara profesional, transparan, dan berkelanjutan, para pelaku dana pensiun harapannya dapat mengutamakan kepentingan peserta di samping tata Kelola dana pensiun yang baik dan penerapan manajemen risiko yang efektif. Dengan begitu dan dengan dukungan kompetensi SDM yang memadai, nantinya DPLK dapat meningkatkan kepesertaan dana pensiun sebagai kesinambungan finansial yang memadai di masa pensiun untuk kesejahteraan jangka panjang.

 

Selain untuk menyamakan persepsi dan mastikan kepatuhan regulasi, training MUDP ini juga menjadi bagian dari upaya meningkatkan tata kelola dana pensiun yang baik. Selama training MUDP peserta juga aktif bertanya dan berdiskusi terkait pengelolaan dan pemasaran dana pensiun untuk meningkatkan kesejahteraan peserta di hari tua.

 

Harus dipahami, kompetensi SDM menjadi landasan penting untuk memajukan industri dana pensiun, khususnya melalui edukasi dan pentingnya dana pensiun sebagai perencanaan hari tua seorang pekerja baik di sektor formal maupun informal. Salam #YukSiapkanPensiun



Praktik Baik Relawan Taman Bacaan Seperti Apa?

 

Ini tentang praktik baik di taman bacaan. Tentang kiprah relawan yang punya peran besar terhadap aktivitas literasi di TBM Lentera Pustaka. Di balik suksesnya Festival Literasi Gunung Salak #8, pestanya rakyat taman bacaan yang dihadiri 300-an anak pembaca aktif dan pengguna layanan dalam rangka HUT ke-8 TBM Lentera Pustaka adalah RELAWAN TBM Lentera Pustaka yang luar biasa dan saling bahu-membahu untuk menyiapkan kelancaran acaranya.

 

Rangkaian acara dari pukul 09.00 -12.30 WIB pada Minggu, 23 November 2025 semuanya dalam kendali relawan TBM Lentera Pustaka, termasuk turnamen bulutangkis TBM Lentera Pustaka Cup berhadiah Rp. 1,2 juta dari Pendiri TBM. Relawan TBM Lentera Pustaka yang mengemas 8 mie instan dalam 1 ikatan untuk dibagikan ke 180 keluarga pengguna layanan TBM. Relawan pula yang menyiapkan ukuran kaos masing-maisng anak TBM untuk mendapatkan donasi kaos dari kawan Pendiri TBM. Relawan yang menyiapkan kupon untuk bakso gratis, es, dan basi kotak yang disiapkan selama Festival Literasi Gunung Salak #8. Bahkan relawan pula yang melatih dan memotivasi 18 penampilan anak, ibu TBM, dan kaum buta aksara untuk mengisi acara. Relawan pula yang bikin photobooth hingga mengatur segala sesuatunya. Untuk menyenangkan semua pengguna layanan TBM Lentera Pustaka, di samping menjadi bukti praktik baik relawan di taman bacaan.

 

Relawan, menginap di TBM Lentera Pustaka sehari sebelumnya acara Festival Literasi Gunung Salak #8. Sebagai bukti tanggung jawab dan dedikasi mereka untuk taman bacaan. Dan TBM Lentera Pustaka sangat bersyukur punya relawan yang kompak, solid, dan tetap konsisten mengelola taman bacaan. Dengan berbagai latar belakang pendidikan, profesi, dan tempat tinggal, para relawan tetap menunjukkan kepedulian sosial dan pengabdian tanpa pamrih di taman bacaan.



“Saya bersyukur ditemani para relawan TBM Lentera Pustaka yang berdedikasi, tanpa pamrih dan mau mengabdi di taman bacaan. Mereka orang-orang baik sekaligus untuk kelangsungan TBM dan eksistensi. Terima kasih relawan TBM, semoga sehat dan berkah selalu atas kiprahnya di taman bacaan” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka saat ngopi bareng sesuai acara Festival Literasi Gunung Salak.

 

Di balik suksesnya Festival Literasi Gunung Salak #8, ada peran relawan yang luar biasa. Relawan adalah garda terdepan untuk memastikan berjalannya program literasi dan aktivitas di taman bacaan. Tanpa dukungan relawan, TBM di mana pun terasa sulit dan berat. Karenanya, relawan TBM patut diapresiasi dan dihargai. Maka Pendiri TBM Lentera Pustaka pun akan mengajak relawan TBM Lentera Pustaka “adventure motoran” ke Puncak Menir dan Bukit Manik di Pamijahan Bogor pada 6 Desember 2025.

 

Jadi relawan TBM memang sebuah jalan sunyi pengabdian. Tidak banyak orang yang tertarik. Tapi percayalah, relawan TBM suatu saat nanti akan jadi orang yang dipilih-Nya untuk sukses dan berkah di mana pun. Asal tetap bertindak nyata dalam berbuat baik dan menebar manfaat, bukan hanya kata-kata. Ada tangan dingin relawan di balik suksesnya Festival Literasi Gunung Salak #8 TBM Lentera Pustaka. Tetap semangat dan salam literasi