Ada kebiasaan hebat di Jepang. Sebuah tindakan kecil tapi bermakna di tempat kerja yang mencerminkan nilai budaya orang Jepang. Namanya “Omoiyari” (思いやり), sebuah praktik dan budaya tentang kepedulian, empati, dan mempertimbangkan kebutuhan orang lain dengan tulus sebelum mereka mengungkapkannya. Agar terjaga keharmonisan sosial dan rasa hormat satu sama lain. Setiap karyawan yang datang lebih awal sering memilih parkir di tempat yang lebih jauh dari pintu masuk kantor. Dengan membiarkan tempat parkir terdekat untuk orang lain, maka memudahkan rekan kerja yang mungkin terlambat atau menghadapi kesibukan pagi bisa parkir lebih dekat.
Ada pula yang membersihkan meja kerja untuk rekannya atau
menyediakan kantong plastik saat hujan. Tradisi dan etika "melayani dengan
sepenuh hati" (omotenashi) untuk orang lain. Dan ternyata, kebiasaan
kecil Omoiyari sangat berdampak nyata: dapat mengurangi stres, menunjukkan
empati, dan membantu menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Itulah contoh
kebiasaan kecil yang berdasar pada kepedulian terhadap orang lain di Jepang.
Budaya Omoyari itulah yang jadi inspirasi sekumpulan anak-anak
muda yang menjadi relawan TBM Lentera Pustaka. Berkiprah secara secara sosial
di taman bacaan, hanya untuk membantu anak-anak punya akses baca, memotivasi
anak-anak untuk terus sekolah atau mengajar baca tulis kaum buta aksawa. Selain
mengurus taman bacaan dan menata rak buku, relawan taman bacaan dilatih untuk
berkoordinasi tentang baagimana mengoptimalkan layanan taman bacaan? Seperti
yang terjadi pada Minggu (14/12/2024), relawan TBM Lentera Pustaka melakukan rapat evaluasi
akhir tahun 2025 dan menyiapkan rencana program 2026. Sabil ngopi dan duduk
bersama untuk meningkatkan layanann kepada para pengguna layanan taman bacaan.
Sebuah komitmen dan ikhtiar yang dilakukan sepenuh hatu atas nama kepedulian
dan kemanusiaan.
Memang tidak mudah menjadi relawan TBM. Karenanya, sikap lapang
dada, sabar, dan konsisten menjadi modal penting. Relawan tidak boleh terbuai
dengan apa yang sudah dicapai, apalagi mengelola taman bacaan dengan seenaknya.
Tapi harus teruslah ikhtiar untuk meningkatkan apa yang bisa diberikan kepada
orang lain di taman bacaan. Bila sudah berada di taman bacaan, harus
memperbanyak pikiran yang jernih dan hati yang ikhlas. Agar menjadi relawan
tidak sia-sia dan bisa berdampak buat diri sendiri dan orang banyak.
Menjadi relawan TBM, berarti membiasakan kepedulian terhadap orang
lain. Berlatih untuk melepaskan hal-hal yang sering menahan kita untuk menebar
manfaat. Sebab untuk mencapai mimpi dan potensi terbaik, siapapun harus
melepaskan beban, membuang rasa takut, menghindari kebiasaan buruk, dan menjauhi
lingkungan yang tidak sehat. Jauhi hubungan yang menyakitkan atau pikiran
negatif. Karena untuk peduli dan maju, memang menuntut pengorbanan. Sebab di taman
bacaan, eksekusi lebih bernilai dari pada narasi. Ubah niat baik jadi aksi
nyata.
Bnayak orang gagal dalam hidup, bukan karena tidak mampu atau tidak
kuat. Tapi karena sering membawa terlalu banyak beban yang bukan miliknya.
Semuanya dipikirin, semua diharapkan. Tapi lupa untuk melepaskan apapaun yang
menahan kita. Agar tidak jadi beban, dan kita bisa naik lebih tinggi lagi bersama
kepedulian. Salam literasi!



Tidak ada komentar:
Posting Komentar