Lebih baik membaca buku daripada cerita ke orang lain.
Berhentilah menceritakan semuanya
kepada orang lain, mungkin sebagian orang menganggap tidak penting. Punya uang cerita, lagi susah cerita bahkan
punya pacar baru pun cerita. Entah, atas sebab mencari perhatian atau apa? Atau
karena di dunia yang saling terhubung seperti sekarang, cerota dianggap sebagai
cara yang asyik. Hingga semuanya diceritakan.tidak bisa lagi selektif dalam
berbagi cerita.
Kita sering lupa. Bahwa tidak
semua orang ingin melihat kita berhasil. Selalu ada saja orang-orang yang tidak
suka. Karena memang tdiak ada manusia yang sempurna. Bahkan beberapa orang secara
diam-diam bisa jadi berharap kita gagal. Maka berhati-hatilah memilih kepada
siapa kita bercerita. Sebab, tidak semua apa yang kita ceritakan justru berujung
baik. Mungkin lebih banyak tidak ada manfaatnya selain hanya membuang waktu. Cerita
punya masalah berharap dapat solusi, justru “digoreng” teman sendiri malah ke
mana-mana. Sementara solusi tidak pernah kunjung datang.
Maka berhentilah menceritakan
semuanya kepada orang lain. Sebab sebagian di sekitar kita justru akan tetap
menghakimi dan memvonis kita secara subjektif. Apapun yang kita lakukan, orang-orang
akan selalu punya pendapat sendiri. Bisa baik bisa buruk. Maka fokuslah pada
apa yang terbaik untuk kita saja dan abaikan pendapat orang lain yang tidak
perlu dan tidak ada manfaatnya.
Untuk apa cerita kegagalan?
Bukanlah kegagalan adalah hal yang tidak terhindarkan dan pasti terjadi pada
setiap orang. Terimaah kegagalan sebagai sebagai bagian dari proses kehidupan,
bukan malah diceritakan ke orang lain tanpa pernah memberi solusi. Justru karena
kegagalan, kita makin bisa belajar, berkembang, dan menjadi lebih tangguh ke
depannya.
Bila sedang bahagia pun,
untuk apa diceritakan? Bahagai atau tidak bahagianya kita adalah tanggung jawab
kita sendiri. Bahagia itu temporary, bersifat sementara. Hari ini bahagia,
belum tentu besok bahagia. Maka tidak seorang pun bisa benar-benar membuat kita
bahagia. Hanya diri kita yang harus mengendalikannya, agar tidak bergantung
kepada orang lain.
Sekadar mengingatkan. Berhentilah
menceritakan semuanya kepada orang lain. Kendalikan diri, karena setiap orang
pasti punya jalannya sendiri. Ingat, waktu adalah aset paling berharga yang
kita miliki. Sekali hilang waktu kita untuk hal yang tidak ada manfaatnya, ia tidak
akan pernah kembali. Cukup gunakan waktu kita dengan bijak, fokuslah pada hal-hal
yang benar-benar penting. Jangan menyesal karena waktu yang terlewat begitu
saja.
Berhentilah menceritakan semaunya
kepada orang lain. Karena sejatinya, orang lain bukan apa-apa dan bukan
siapa-siapa. Bila perlu, berhentilah duduk bersama orang-orang yang berbicara
tentang keburukan orang lain. Karena begitu kita berdiri dan meninggalkan kursi
kita, maka giliran kita yang akan menjadi topik berikutnya dalam cerita mereka.
Duduklah bersama orang-orang yang membicarakan ide dan gagasan, mkembahas
kebaikan dan kemanfaatan di tengah kesibukan kita sendiri.
Bertanyalah, untuk cerita ke
orang lain? Ketahuilah, ketenangan itu lebih banyak datang darai renungan dan
ikhtiar memperbaiki diri. Damai dalam diam, bukan cerita ke orang lain. Di
samping penting pula mulai menjaga privasi dan menetapkan batasan pribadi. Tanpa
cerita saja, kita berisiko diceritakan orang lain. Maka jangan membiarkan orang
lain mengganggu ruang pribadi kita.
Ketahuilah, hukum alam di
mana pun akan tetap berlaku. Yang berbuat baik akan diberi kebaikan, yang bertindak
buruk akan menerima keburukan, yang menolong akan tertolong, yang menghina akan
terhina, yang bersyukur akan tercukupi, dan yang berkeluh-kesah tidak akan
mendapatkan solusi dari masalahnya. Spirit itulah yang dipegang relawan TBM Lentera
Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Lebih baik membaca buku daripada banyak cerita
ke orang lain. Jadilah literat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar