Selasa, 17 Juni 2025

Apa Sebab Iuran Dana Pensiun Sukarela Meningkat?

Data OJK menyebut nilai iuran program pensiun sukarela per April 2025 tumbuh 6,65% menjadi Rp11,70 triliun. Sebelumnya, per Maret 2025 lalu nilai iuran mengalami koreksi 0,12% YoY menjadi Rp8,78 triliun. Bertambahnya iuran dana pensiun sukarela selaras dengan jumlah peserta dana pensiun sukarela yang tumbuh 1,92% YoY menjadi 5,33 juta, dengan aset kelolaan per April 2025 tumbuh positif 4,45% YoY menjadi Rp388,28 triliun. Saat ini jumlah kepesertaan pun didominasi oleh peserta DPLK mencapai 77% dari total peserta dana pensiun sukarela (Bisnis Indonesia, 17/6/2025).


Menarik untuk dicermati. Sekalipun kepesertaan baru dana pensiun sukarela belum tumbuh signifikan, namun iurannya bertumbuh cukup bagus. Pertanyaaannya, dari mana iuran dana pensiun sukarela bertumbuh? Maka beberapa penjelasan dapat disampaikan sebagai berikut:

1.   Sekalipun bersifat sukarela, iuran yang disetorkan dari peserta karyawan maupun pemberi kerja ke dana pensiun dilakukan secara konsisten dan tetap waktu, di samping adanya peserta baru yang mendaftar.

2.   Khusus dalam Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), bisa jadi "utang iuran" yang harus dipenuhi oleh pemberi kerja atau peserta program sudah dibayarkan untuk menyesuaikan dengan kewajiban “rasio kecukupan dana” sesuai perhitungan aktuaria.

3.   Sedangkan dalam Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), iuran bertumbuh karena adanya penyesuaian iuran dana pensiun yang dibayarkan akibat “kenaikan gaji” pesertanya, di samping adanya iuran sukarela yang dibayarkan eksisting peserta PPIP (belum termasuk hasil pengembangannya melalui investasi). 

4.   Adanya kesadaran yang makin meningkat akan pentingnya perencanaan hari tua. Karenanya berpotensi terjadi penambahan iuran dana oensun untuk mencapai kemandirian finansial di masa pensiun.

5.   Adanya mekanisme pembayaran iuran melalui pemotongan otomatis atau auto debit yang dilakukan peserta PPIP/DPLK melalui rekening bank atau gaji bulanan sehingga penyetoran iuran lebih ajeg (displin melalui sistem)

6.   Edukasi dan literasi dana pensiun yang berjalan dengan baik. Sehingga peserta dana pensiun lebih sadar dan konsisten dalam membayar iuran untuk mencapai manfaat pensiun yang optimal, di samping adanya manfaat pajak yang diperoleh peserta dana pensiun sukarela.

7.   Adanya perilaku disiplin menabung untuk dana pensiun, dengan menyisihkan sebagian penghasilan untuk membayar iuran dana pensiun.

8.   Adanya tujuan keuangan yang jelas untuk hari tua. Peserta dana pensiun memiliki target manfaat pensiun  saat usia pensiun tiba untuk berbagai rencana di hari tua.

 


Harapannya ke depan, pembayaran iuran dana pensiun sukarela akan terus meningkat yang diimbangi kepesertaan baru dana pensiun yang siginifikan. Sehingga dana pensiun tidak hanya dibesarkan oleh iuran, namun oleh aset kelolaan dana pensiun yang terus tumbuh signifikan dan tingkat imbal hasil yang kompetitif.

 

“Dana pensiun masih on track dari peserta eksisting. Akan tetapi, edukasi pentingnya dana pensiun dan ketersediaan akses membeli dana pensiun masih ditunggu masyarakat. Mengingat masih besarnya potensi peserta dana pensiun, khususnya dari pekerja secara individual dan pekertja sektor informal” ujar Syarifudin Yunus, ahli dana pensiun yang sekaligus edukator DPLK dari LSP Dana Pensiun.

 

Ke depan, dana pensiun harus terus disosialisaikan untuk menciptakan pekerja Indoensia yang mandiri secara finansial di masa pensiun, di samping memiliki kepastian kesinambungan penghasilan di saat tidak bekerja lagi. Agar para pensiunan tidak tergantung kepada anak-anaknya atau orang lain. Pekerja yang saat bekerja berjaya, saat pensiun bahagia. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM

Kapan Harusnya Pekerja Mulai Punya Dana Pensiun?

Diikuti 22 partisipan, Sinarmas Asset Management (SAM) melalukan live Instagram bertajuk “Mulai DPLK di Usia 20-an, Terlalu Cepat atau Keputusan Cerdas” pada Rabu, 17 Juni 2025 sore. Bertindak sebagai narasumber Syarifudin Yunus (Ketua Dewan Pengawas DPLK SAM dan mantan Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK) dengan moderator Ade Iri Ariyanti (Deputy Head of Sales DPLK SAM) melalui saluran IG: @sinarmas_am. Hal ini menjadi bagian edukasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dan meningkatkan literasi dana pensiun pekerja.

 

Kapan kita harus memulai jadi peserta DPLK? Sejak muda atau nanti saat sudah tua. Banyak pekerja pemula atau kaum milenial yang bertanya. Kapan saya harus mulai menyiapkan masa pensiun?

Maka jawabnya, lebih baik menyiapkan masa pensiun sejak dini. Saat mulai bekerja seharusnya sudah memiliki program pensiun seperti DPLK. Agar dananya bertumbuh dan dapat menerima manfaat pensiun yang lebih optimal.

 

Menjadi peserta DPLK lebih cepat pasti baik. Karena besar kecilnya akumulasi dana di DPLK sebagai manfaat pensiun tergantung 3 hal yaitu 1) besarnya iuran yang disetor, 2) hasil investasi yang diperoleh (semakin lama semakin optimal, dan 3) lamanya menjadi peserta DPLK. Tentu semakin lama jadi peserta DPLK mama semakin besar dana yang diperolehnya.

 

Maka Syarif yang juga edukator dana pensiun menyatakan idealnya paling lambat di usia 30 tahun sudah punya DPLK. Agar akumulasi dana pensiunnya lebih optimal dan bisa menjadi kesinambungan penghasilan di hari tua.



Patut diketahui, hari ini pekerja yang memiliki perlindungan hari tua atau program pensiun masih sangat rendah, hanya 16% dari total pekerja, di samping manfaat pensiun yang diterima sangat rendah, rata-rata setara 10% dari gaji terakhir. Maka bila ingin hidup nyaman dan tenang di hari tua, diperlukan dana pensiun seperti DPLK. Agar mandiri secara finansial atau punya kesinambungan penghasilan di hari tua.

 

Pentingnya menjadi peserta DPLK sejak dini dikarenakan 1) semakin lama durasi waktu mempersiapkan pensiun maka iuran untuk dana pensiun akan semakin kecil nominalnya, 2) menjadi lebih disiplin menabung untuk hari tua saat usia masih produktif bekerja, dan 3) bisa memperoleh imbal hasil atau hasil investasi yang lebih tinggi karena jangka waktunya lebih lama. Tentu saja, harus diimbangi dengan “mind set” untuk tidak menarik dana pensiun di usia muda.

 

Setiap pekerja di Indonesia, bila tidak mau jatuh miskin di hari tua dan ingin tetap memiliki kemampuan daya beli yang sama baiknya saat masih bekerja maka harus punya DPLK. Harus berani menjadi peserta dana pensiun dari sekarang. Setidaknya ada 3 (tiga) manfaat utama menjadi peserta DPLK yaitu 1) ada pendanaan yang pasti untuk hari tua atau masa pensiun, 2) ada hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta dan 3) ada fasilitas perpajakan saat manfaat pensiun dibayarkan, sesuai regulasi yang berlaku.

 

Bagaimana bila sudah punya JHT BPJS, apa belum cukup? Terus terang saja, JHT dan JP BPJS hanya didedikasikan untuk “kebutuhan dasar” di hari tua. Tidak cukup untuk kebutuhan hidup lainnya atau menopang gaya hidup seperti saat bekerja. Sebagai ilustrasi saja, manfaat dari program wajib (JHT-JP) bila bekerja lebih dari 32 tahun dengan upah terakhir Rp 5 juta, maka manfaat pensiun yang diterima hanya 9,7% dari upah terakhir atau setara Rp500 ribu/bulan. Padahal bila sesuai ketentuan harusnya mencapai 39,7% dari upah terakhir (standar ILO) atau manfaat pensiun yang diterima harusnya setara Rp 2 juta/bulan.

 

Jadi, punya DPLK selagi muda itu “keputusan cerdas” karena akan punya akumulasi dana yang besar di hari tua, daripada hanya untuk konsumtif semata. Maka jangan ditunda lagi punya DPLK, agar kerja yes pensiun oke. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #DanaPensiun #DPLKSAM



Senin, 16 Juni 2025

Tiga Sahabat dan Gudang Buku

Di sebuah kampung kecil yang sederhana, hiduplah tiga sahabat di taman bacaan: Anisa, Putri dan Adiba. Mereka bersekolah di sekolah dasar negeri. Meski berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka punya satu kesamaan yang membuat mereka tak terpisahkan: semuanya gemar membaca di taman bacaan.

 

Anisa adalah siswa kelas 6 SD. Ia sering membantu ibunya di rumah, tapi setiap malam ia suka membaca buku cerita bergambar dari taman bacaan. Ia bermimpi suatu hari bisa menyenangkan kedua orang tuanya.

Putri, anak seorang pekerja sederhana, sangat menyukai kisah-kisah inspiratif dan biografi tokoh-tokoh besar. Ia selalu rajin membacanya dan mencatat kutipan atau ide yang menginspirasi. Bahkan dia punya rak buku khusus untuk membaca di rumah, selain sering ke taman bacaan.

Adiba adalah anak seorang ibu yang sederhana. Ia tumbuh melihat bagaimana orang tuanya bekerja keras sehari-hari. Ia gemar membaca buku apa saja, doseng, kisah relijius, hingga sains. Semua buku bisa memberi wawasan baginya.

 

Setiap sore di jam bac ataman bacaan, ketiganya berkumpul di bawah pohon nangka di kebun baca.. Di sana, mereka membaca dan bertukar buku, terkadang berdiskusi kecil isi bacaan. Mereka bahkan membuat klub kecil bernama “Penjelajah Kata”, di mana setiap minggu salah satu dari mereka bercerita dan bertutur isi buku yang dibacanya.

 

Namun, suatu hari, bencana datang. Taman bacaan yang mereka cintai terbakar karena korsleting listrik. Hanya sedikit buku yang bisa diselamatkan. Wali bacanya di taman bacaan mengabarkan bahwa akan butuh waktu lama untuk menyiapkan kembali koleksi buku.

Ketiganya sangat terpukul. “Apa kita harus berhenti membaca?” tanya Anisa lirih.

“Tidak,” jawab Putri mantap. “Pasti ada caranya.”

“Aku sedih, buku-buku itu belum sempat dibaca semu” tambah Adiba.

 

Dan benar saja. Beberapa hari kemudian, saat membantu wali baca membersihkan Gudang buku, ketiganya menemukan boks-boks buku di gudang. Dan ada ribuan buku tua yang tertata rapi. Di dalamnya ada catatan dari pendiri taman bacaan, yang ternyata dulu membangun taman bacaan untuk masyarakat dan anak-anak akibat tingginya angka putus sekolah. Tapi tak banyak orang yang mengetahuinya hingga kini.

 


Anisa segera memanggil Putri dan Adiba. Ketiganya sangat antusias. Buku-buku di sana sangat beragam: ada novel, ada dongeng, ada pula ensiklopedia berbahasa asing. Mereka sepakat untuk membersihkan dan merawat tempat itu bersama-sama. Mereka lebih seringberada di gudang buku. Membaca sambil merawat buku-buku yang tersisa.

 

Hari-hari mereka berubah. Mereka membaca lebih banyak, berdiskusi lebih dalam, dan mulai mengundang teman-teman mereka ke taman bacaan. Beberapa anak awalnya menolak, tapi lama-kelamaan ikut tertarik setelah mendengar antusiasme mereka.

 

Tahun-tahun berlalu.

Anisa, berbekal ilmu dari buku-buku yang dibacanya, berhasil membuat pupuk organik sendiri dan mengembangkan sistem tanam tumpangsari yang meningkatkan hasil panen. Ia kemudian mendapat beasiswa kuliah dan pulang untuk membangun koperasi tani modern.

Putri menulis buku pertamanya di usia 17 tahun. Buku itu tentang perjalanan menemukan bbuku-buku rahasai dan pentingnya membaca sejak dini. Buku itu menjadi inspirasi di banyak sekolah dan membuatnya diundang bicara ke berbagai kota. Ia kini menjadi penulis dan pembicara nasional.

Adiba, si calon pengusaha, mulai menjual sayuran hasil panen lewat platform digital kecil yang ia buat sendiri. Bisnisnya berkembang. Ia kini punya jaringan UMKM yang menjual produk desa ke kota-kota besar. Ia tetap membawa buku catatan yang dulu ia pakai waktu kecil.

Mereka tidak pernah melupakan Gudang buku yang jadi tempatnya mencintai buku bacaan. Kini, tempat itu telah direnovasi menjadi taman bacaan yang besar, dengan koleksi yang semakin lengkap. Anisa, Putri, dan Adiba mengelolanya bersama secara sukarela, dengan wali baca dan relawan. Setiap minggu mereka mengadakan acara membaca untuk anak-anak di kampungnya. Hingga kini dan entaha sampai kapan …?

 

Dari kisah tiga sahabat, ternyata kebiasaan membaca bukan hanya memperluas wawasan, tetapi juga membentuk karakter dan masa depan. Anak-anak yang tekun membaca sejak dini akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, kritis, dan penuh semangat untuk membawa perubahan. Untuk dirinya sendiri, keluarga, dan lingkunganya. Jadi, kenapa kita masih belum mau membaca? #TBMLentetraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Gelap Hari Tua Deh Kalau Tingkat Penghasilan Pensiun Hanya 10% dari Gaji Terakhir

Faktanya, 1 dari 2 pensiunan atau lansia di Indonesia sangat menggantungkan hidup dari transfera anak-anaknya (ADB, 2024). Kondisi ini cukup mengenaskan karena saat bekerja bisa jadi kebutuhan hidup terpenuhi dan bahkan punya gaya hidup. Tapi begitu pensiun, tidak punya gaji lagi. Bahkan, uang pensiun atau apapun hanya setara 10% dari gaji terakhir. Wajar, gimana nggak gelap masa pensiun kita bila tingkat penghasilan pensiun (TPP) hanya 10% dari gaji terakhir. Buat bayar listrik dan keperluan rumah saja sudah tidak memadai?

 

Ternyata tingkat penghasilan pensiun (TPP) aktual pensiunan di Indonesia saat ini hanya 10% dari gaji terakhir. Artinya, dari semua kebutuhan hidup di masa pensiun, hanya 10 persen saja yang bisa dipenuhi seoarang pensiunan. Bila gaji terakhir saat bekerja Rp. 10 juta, maka di masa pensiun hanya bisa punya uang Rp. 1 juta per bulan. Makanya si ILO yang lembaga buruh internasional merekomendasikan tingkat penghasilan pensiun di Indonesia sebesar 40% dari gaji terakhir. Agar dapat hidup layak di hari tua dan dapat memenuhi standar hidup yang diharapkan.

 

Gimana nggak gelap di hari tua, bila TPP hanya 10% dari gaji terakhir. Mau nggak mau, pensiunan dihadapkan pada masalah keuangan di hari tua, saat nggak bekerja lagi. Bahkan berpotensi besar tidak mampu membiayai hidupnya sendiri. Pilihannya, meminta bantuan dari anak-anaknya atau bekerja lagi. Rendahnya TPP inilah yang menjadi persoalan yang dihadapi sebagian besar pekerja di Indonesia. Uang pensiun sama sekali tidak cukup untuk memenuhi standar hidup di hari tua. Di sisi lain, usia harapan hidup orang Indonesia pun terus meningkat, kini berada di 72 tahun. Bila pensiun di usia 55 tahun, maka masih ada 17 tahun masa kehidupan yang harus dijalani seorang pensiunan. Dari mana uangnya? Untuk memenuhi biaya hidup apalagi bisa terjadi sakit.

 

Jadi mau nggak mau, setiap pekerja memang harus open minded untuk mempersiapkan masa pensiunnya sendiri. Pensiun memang kesannya masih lama. Tapi bila tidak dipersiapkan sejak dini maka akan jadi masalah di kemudian hari. Harus ada keberanian menaubung untuk masa pensiun daripada berdalih gaji pas-pasan untuk biaya hidup. Harus mulai menyadari bahwa masa pensiun sama penstingnya dengan masa bekerja. Agar dapat hidup tetap layak dan tidak bergantung kepada anak atau orang lain. Jangan sampai, saat kerja berjaya begitu pensiun malah merana.

 


Maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menjadi peserta Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dengan menyisihkan sebagian gaji menjadi iuran pensiun setiap bulan. Agar nantinya, akumulasi dana selama menjadi peserta DPLK dapat menjadi manfaat pensiun sebagai kesinambungan penghasilan di hari tua. Agar lebih mandiri secara finansial di masa pensiun. Karena dengan DPLK, setidaknya pekerja tetap dapat mempertahankan standar hidupnya seperti saat bekerja, di samping tetap punya penghasilan di saat pensiun. Melalui DPLK, siapapun akan punya dana yang pasti untuk hari tua dan bisa mendapat hasil investasi yang optimal untuk memperbesar manfaat pensiunnya.

 

Fakta hari ini, 9 dari 10 pekerja sama sekali tidak siap pensiun atau berhenti bekerja (HSBC, 2018). Sebabnya, tidak punya dana yang cukup atau tidak ada tabungan untuk membiayai hidupnya. Maka, yuk siapkan pensiun dari sekarang. Ingat, saat ini TPP kita hanya 10% gaji terakhir. Mata rantai “kemiskinan” di hari tua tentu harus diputus, jangan sampai berlangusng turun-temurun. Sudah saatnya melakukan sesuatu untuk masa pensiun yang lebih baik.

 

Ketahuilah, biaya hidup itu dari waktu ke waktu makin besar, selalu meningkat. Apalagi nanti saat kita pensiun, uang Rp. 100 ribu bisa jadi nilainya sudah turun, tidak seperti sekarang. Belum lagi, usia pensiun kita pun makin panjang. Harusnya, urusan pensiun atau hari tua tidak lagi dianggap sepele. Apalagi dianggap “gimana nanti?”. Untuk apa saat bekerja cukup tapi saat pensiun berkeluh-kesah. Saat bekerja punya gaya hidup, begitu pensiun jadi beban hidup..

 

Saatnya bertanya pada diri sendiri. Mau seperti apa kita di masa pensiun? Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #DanaPensiun #DPLKSAM

Minggu, 15 Juni 2025

Alumni MA Annajah Healing ke Kaki Gunung Salak Bogor, Menikmati Alam

Arti pertemanan setelah bersama di sekolah SMA dan kemudian berpisah karena kuliah tentu memberi kesan yang mendalam. Hal itu pula yang dialami Najla, Andini, Kaisya, Nanda, dan Farah, alumni MA Annajah Jakarta yang melakukan ”healing” ke Kaki Gunung Salak Bogor (14-18 Juni 2025) untuk menikmati kebersamaan yang tersisa jelang kuliah di kampus masing-masing nantinya.

 

Diantar abinya Farah, perjalanan healing alumni MA Annajah kali ini sekaligus membuktikan pertemanan yang tahan uji seiring waktu berjalan. Selain menikmati suasana alam di kaki Gunung Salak, Farah dan friends juga menengok langsung dan memberi motivasi kepada puluhan anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka sebagai bentuk kepedulian sosial kepada anak-anak kampung untuk terus semangat membaca dan belajar.  Berbagai agenda alumi MA Annajah Jakarta di Bogor, antara lain: ke Curug Nangka, barbeque-an, hingga menikmati malam ”city light” nan indah.

 

Harapannya, melalui healing sesama teman, alumni MA Annajah Jakarta ini dapat memperkuat pertemanan walau dipisahkan oleh kuliah dan belajar yang dijalani esok. Sekaligus menjadi kenangan yang tak tergantikan sesama teman SMA, dalam suka dan duka, dalam emosi dan sensasi.

 

“Aku senang banget di sini, sejuk dan menakjubkan pemandangannya. Lebih fresh dan bikin semangat untuk menempuh kuliah dan semangat dalam belajar” ujar Nanda saat menikmati senja di Resto Mac99 sore ini.

 

Pengalaman dan kebersamaan ‘healing” ke kaki Gunung Salak Bogor ini sejatinya akan menjadi pengingat diantara mereja bahwa “kita pernah bersama”. Sebagai bentuk pertemanan yang berubah karena harus kuliah namun tidak hilang. Wajar kalau komunikasi tidak seintens dulu. Tapi saat bertemu kembali, rasanya seperti tidak pernah berpisah sebagai hbukti pertemanan bukan sekadar rutinitas, tapi ikatan emosional.

 


Healing alumni MA Annajah Jakarta ini sekaligus menjadi penanda “kita pernah satu sekolah”, satu dunia kecil bernama MA Annajah di Petukangan Jakarta. Pernah jajan bersama di sekolah, pernah berkediatan bersama mengisi hari-hari dengan tawa tanpa beban, terkadang mengerjakan tugas sekolah dengan setengah hati, dan rencana masa depan yang masih samar.


Ketika di masa SMA, setiap pagi saling menyapa tanpa perlu janji. Dan sebentar lagi, jarak dan kesibukan kuliah membuat pertemuan jadi langka. Tapi nyatanya, pertemanan tidak selalu harus dekat. Ada yang tetap tumbuh meski berjauhan. Ada yang tidak hilang meski tidak sering bicara. Dan ada yang diam-diam mendoakan dari jauh, berharap masing-masing dari kita tetap baik-baik saja dan bisa menggapai mimpi setelah kuliah selesai.

 

Di momen “healing” ini pula, Farah dan friends menyadari. Mungkin esok kita tidak lagi berjalan bersama. Tapi kita pernah berjalan berdampingan. Dan itu cukup untuk membuat ikatan ini tetap hidup. Karena pertemanan sejati bukan tentang seberapa sering bertemu,
tapi tentang siapa yang tetap tinggal di hati meski dunia terus berubah.

 

Inilah momen langka, healing jelang kuliah. Sebagai jembatan ke masa lalu yang membentuk masa depan. Menikmati kebersamaan yang tersisa sebelum melangkah ke kampus masing-masing. Karena biar bagaimana pun, teman SMA bisa jadi orang yang mengingatkan kita akan mimpi-mimpi awal, memberi semangat, atau bahkan menebar tawa bersama. Maka di situlah, teman terkadang menjadi “kompas” kecil yang tidak terlihat. Salam healing!

 




Jumat, 13 Juni 2025

Anak Main Gadget Hebatnya Apa Dibanding Membaca Buku?

Membiarkan anak main gadget sepanjang hari, tanpa ada nasihat tanpa ada larangan. Apa yang akan terjadi? Anak akan tumbuh dalam simulasi, dalam spekulasi. Bersama gadget, tinggal mengetik latar dengan jarinya. Semuanya ada dan bergerak tanpa si anak tahu dari mana asalnya, apa manfaatnya?

 

Sementara saat membaca buku, si anak mampu membangun hutan di kepalanya. Iya belum pernah lihat harimau tapi bisa merasakan bersembunyi di semak-semak. bersama buku, anak tumbuh imajinasi dan mampu merasakan apa yang belum pernah dialaminya sekalipun.

 

Anak yang tumbuh bersama buku, dia mampu membaca dunia sebelum takut menjalaninya. Iya belajar tidak semua pertanyaan harus dijawab dengan cepat. Tidak semua ras a pula harus diungkapkan di-scroll ke atas atau bawah. Biarkan tanya dan rasa bersemayam dalam pikiran tumbuh menjadi imajinasi.

 

Sementara anak yang tumbuh bersama gadget, makin tahu hiburan bisa diperoleh dalam sekejap. Ramai hanya sebatas di dunia maya. Tapi ketika malam dan sunyi datang, ia tidak tahu harus bicara dengan siapa. Karena dia asing pada dirinya sendiri. Terlalu banyak gadget, hingga lupa potensi dan jati dirinya sendiri. Terlalu banyak bergaul dengan dunia Maya, dunia yang semu dan penuh kamuflase.

 

Sulit dibantah, anak yang dekat dengan buku. Pasti belajar untuk mengenal dirinya, memilih bacaan yang cocok untuk dirinya. Baca dan tahu bahwa berbeda itu bukan kesalahan tapi cara untuk tumbuh ke depan. Sementara anak yang jauh dari buku, akrabnya dengan gadget, pasti gampang menilai orang lain tapi sulit memahami dirinya sendiri. Tidak pernah menjelajah cerita dari buku, tahu sedikit bicaranya banyak.

 

Tidak sedikit yang menganggap perilaku membaca itu kuno. Sementara gadget sudah bisa membuat semuanya ada dan gampang. Kita lupa, membaca itu proses yang memungkinkan seseorang untuk tidak langsung menerima informasi begitu saja. Melainkan mencari tahu: siapa yang menulis, apa tujuannya, dan bagaimana jalan ceritanya? Membaca yang jadi perjalanan batin untuk diri sendiri, bukan untuk menilai orang lain.

 


Dunia hari ini sudah gila. Dipenuhi oleh opini, narasi sepihak, dan berita yang dibingkai untuk “framing” dan membentuk persepsi tertentu. Apalagi netizen yang sudah tidak bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Sudah tidak tahu lagi mana esensi mana seremoni? Kamuflase jadi perisai ketika omongnya baik tapi aksinya kosong. Wajar, tanpa membaca siapapun menjadi mudah dimanfaatkan, termasuk oleh gadget. Karena tidak tahu, apa yang tampak benar belum tentu benar, dan yang terlihat salah belum tentu salah. Maka, bacalah!

 

Membaca itu bukan untuk pintar apalagi sukses. Karena membaca itu bentuk pembebasan intelektual dari doktrin-doktrin dunia maya dan narasi yang tidak sepenuhnya benar. Buku itu bukan untuk mengisi waktu. Tapi untuk perilaku untuk membebaskan diri dari pengaruh buruk lingkungan. Membaca dan buku bukan hanya mengajak untuk tahu dan paham, tapi mampu menentukan sikap atas dasar kesadaran diri.

 

Membaca dan buku, boleh saja ditinggalkan orang. Tapi kita harus tahu, tanpa membaca, masyarakat dan anak-anak akan tumbuh tidak sehat, kehilangan jati diri, dan hanya jadi beban bagi dirinya sendiri dan orang lain. Sulit menerima realitas, kerjanya membandingkan diri dengan orang lain yang berujung keluh-kesah. Semuanya terjadi karena kurang baca dan terlalu banyak bergaul dengan gadget.

 

Dan jangan lupa, membaca itu berarti kita sedang mencari kebenaran yang terus-menerus, bukan hanya menerima begitu saja. Tanpa tahu asal-usulnya, tanpa tahu siapa yang menulis dan sumbernya. Selamat membaca!

Kamis, 12 Juni 2025

Bimbingan Skripsi Sambil Ngopi di Pinggir Jalan, Asyik dan Menarik Asal Esensi Tetap Tereksekusi

Bimbingan skripsi, tentu bisa dilakukan di mana saja. Asal dosen pembimbing mau memfasilitasi waktu dan pikirannya untuk mahasiswa yang jadi bimbingannya. Prinsipnya, bimbingan skripsi adalah proses bukan hasil. Tahap demi tahap untuk menjadikan skripsi berkategori “layak” secara landasan berpikir, metodologi, dan analisis data hingga menghasilkan kesimpulan. Sesederhana itulah skripsi, prosesnya harus dijalani, durasi waktunya ada, dan yang penting esensi dari penulisan skripsi mampu di-eksekusi dengan baik. Skripsi bukan soal cepat-cepatan apalagi keren-kerenan. Tapi soal apa judul yang diajukan masalah benar-benar sebuah “masalah”? Ini soal landasan berpikir, jangan samapi hanya mau jadi sarjana, sesuatu yang tidak masalah dianggap “bermasalah”.

 

Prinsip bimbingan skripsi itulah yang dipegang Dr. Syarifudin Yunus, M.Pd, dosen pembimbing Teknik skripsi mahasiswa PBSI FBS Unindra, seperyi yang dilakukan saat melakukan bimbingan sambil ngopi di pinggir jalan di belakang kampus Unindra Jakarta Selatan (12/6/205) malam.  Saat melayani bimbingan skripsi 14 mahasiswa bimbingannya di semester genap TA 2024/2025 terdiri dari: Zikri Wahyu Ramdani, Arif Hidayat, Nopita, Nur Sasqiati Tania, Novianti Ambar Sari, Siti Maulina, Muhadi Setiawan, Maya Kusuma Dewantari, Anisah, Nella Raty Arah Nowo, Tiara Permatasari, Ryan Triyandi, Yusuf Aditia, dan Lakhsmi Damayanti. Secara prinsip, skirpsi harus mampu menemukan masalah secara tajam dan llayak diteliti. Dan yang tidak kalah penting, fokusnya pada solusi dari masalah yang substnasi bukan “pembeberan masalah” semata. Karenanya mahasiswa sangat penting membangun cara berpikir yang positif bukan menagsikan masalah.

 


Sebagai pembimbing teknik, Dr. Syarifudin Yunus, M.Pd, berkomitmen untuk menuntaskan pembimbingan tepat waktu agar mahasiswa dapat selesai tepat waktu. Karena di tengah kesibukan dan keterbatasan waktu, pembimbingan dilakukan saat waktu tersedia sealipun di pinggir jalan sambil ngopi. Beberapa poin penting yang dibahas dan didiskusikan bersama mahasiswa penulis skripsi antara lain:

1.   Memastikan judul yang diajukan memang masalah, bukan masalah yang dicari-cari karenanya diperlukan studi pendahuluan atau sirvei ke objek penelitian.

2.   Mampu mengurai latar belakang dengan baik sehingga jelas masalahnya di mana? Karena itu, latar belakang bersifat otentik dan realitas di lapangan (teori menjadi tidak diperlukan karena bersifat subjektf). Meneliti mana lebih kenyang makan nasi rames atau somay tentu subjektif, tergantung orangnya atas alasan apa?

3.   Mampu menggunakan landasan teori yang relevan, menyangkut definisi variabel, ciri dan indikator serta cara kerjanya dengan dukungan literatur terbarukan. Karena landasan teori inilah yang dapat mengkonstruksi “kerangka berpikir’ mahasiswa dalam penyususnan skripsi.

4.   Menggunakan metode penelitian yangtepat, sesuai dengan tujuan dan jenis data antara desain penelitian: kuantitatif, kualitatif, atau campuran. Untuk menentikan teknik sampling, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas data.

5.   Teknik pengumpulan dan pengolahan data, melalui sarana kuesioner, wawancara, observasi, atau dokumen.

6.   Melakukan analisis data dengan tepat, termasuk melakukan interpretasi data untuk menyajikan makna hasil analisis secara logis dan ilmiah.

7.   Menjaga konsistensi penulisan secara teknis sesuai judul dan cara berpikir, sesuai struktur penulisan skripsi yang layak.

8.   Menggunakan literatur dan sumber yang relevan, baik dari buku atau jurnal terbaru sekaligus menghindari plagiasi.

9.   Jaga motibasi, komitmen dan konsistensi dalam menjalani proses bimbingan skrispi hingga tuntas.

 

Jadi menulis skripsi rileks saja, asal prosesnya dijalani sebaik mungkin. Tidak usah terburu-buru karena proses yang dikerjakan akan indah pada waktunya. Tidak ada yang sulit, bila komitmen dan konsistensi bisa disepakati bersama antara mahasiswa yang menulis skripsi dan dosen pembimbing (Simak video: https://www.youtube.com/shorts/vluaJ2rZFjE).

 

Bimbingan skripsi sambil ngopi di pinggir jalan, kenapa tidak? Asal esensi tetap terekseskui tanpa distrosi. Semoga yang lagi menulis skripsi bisa menuntaskan tepat waktu agar bisa segera mengaplikasikan ilmunya di dunai kerja dan masyarakat. Semangat anak muda. Skripsi, kuat lakoni ora kuat tinggal ngopi …! Salam literasi



Rabu, 11 Juni 2025

Uji Petik Bantuan Buku Bacaan Bermutu, Perpusnas RI Apresiasi Pemanfaatan Buku di TBM Lentera Pustaka

Dalam rangka Uji Petik Bantuan Pengadaan Bahan Bacaan Bermutu sebagai penguatan literasi masyarakat tahun anggaran 2024, tim Inspektorat Perpusnas RI menyambangi TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor (12/6/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk evaluasi dan pemantauan pemanfaaatan dan kualitas layanan taman bacaan terhadap bantuan buku-buku dari perpusnas RI. Tim Perpusnas terdiri dari: Adi Cahyadi, S.IP. (Kasubag TU Inspektorat Perpusnas RI), Serin Nur Badarudin, S.Sos. (Auditor Madya), dan Ashil Hirkahusna, S.Akun (Auditor Terampil) dan diterima oleh Susilawati (Ketua Harian TBM Lentera Pustaka) didamping Ai dan Zhia (WaliBaca).

 

Selain berdiskusi dan mengecek bantuan buku-buku bacaan bermutu, tim Inspektorat Perpusnas juga mendiskusikan tentang pemanfaatan koleksi buku TBM Lentera Pustaka yang dinilai sudah efektif dengan menggunakan “kartu baca” per anak. Setiap anak terpantau membaca buku apa, kapan dimulai, dan kapan selesai membacanya yang ditandai paraf dari wali baca. Buku-buku bacaan bermutu pun tersentralisasi di rak buku bantuan Perpusnas RI. Jadi, mudah mengecek dan menghitungnya.

 

"TBM ini udah maju dan sukses banget, semuanya memang digunakan sangat baik dari fasilitas dan tempat. Pemanfaatan bukunya juga sudah sesuai. Terima kasih sudah dijamu dengan baik, salam kepada pendiri, insya Allah kami nanti mampir lagi" ujar Adi Cahyadi, S.IP. selaku Kasubag TU Inspektorat Perpusnas RI mengapresiasi.

 

Dalam kesempatan ini, tim inspektorat juga meninjau fasilitas yang dimiliki TBM Lentera Pustaka seperti kebun baca, rooftop baca, motor baca keliling, literasi digital, dan goedang boekoe, di samping mendapat penjelasan peran relawan dalam menjalankan program literasi di taman bacaan.

 


Untuk diketahui, per Desember 2024 lalu, TBM Lentera Pustaka memiliki jumlah pengguna layanan mencapai 366 orang per minggu, yang terdiri dari 223 anak pembaca aktif (bertambah 74 anak selama tahun 2024), 70 ibu-ibu pengantar anak ke TBM, 6 warga belajar berantas buta aksara, 14 yatim binaan, 14 jompo binaan, dan 40-an anak pembaca motor baca keliling. Dengan dukungan 18 relawan aktif, TBM Lentera Pustaka menjalankan 15 program literasi seperti 1) TABA (TAman BAcaan), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA), 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah), 4) YABI (YAtim BInaan), 5) JOMBI (JOMpo BInaan), 6) RABU (RAjin menaBUng), 7) LITDIG (LITerasi DIGital), 8) LITFIN (LITerasi FINansial), 9)  MOBAKE (MOtor BAca KEliling), 10) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 11) KOPERASI LENTERA dengan 30 kaum ibu, 12) DonBuk (Donasi Buku), 13) LIDAB (LIterasi ADAb), 14) Rooftop Baca, dan 15) Kopi Lentera, kafenya literasi tempat ngopi sambil baca. Beroperasi 6 hari dalam seminggu (kecuali Senin), TBM Lentera Pustaka memiliki koleksi lebih dari 10.000 buku bacaan. Bahkan mulaiJuni 2025 ini, TBM Lentera Pustaka telah meluncurkan program ke-16 yaitu Podcast Literasi, sarana berbagi cerita dan jelajah literasi Indonesia. (Simak: PODCAST LITERASI: Ngobrolin Buku Bukan Ngomongin Orang). Berbagai kisah nyata relawan TBM Lentera Pustaka pun sudah dituangkan ke dalam buku berjudul “31 Relawan TBM Menulis untuk Literasi” sebagai hasil dari pelatihan menulis saat Banpem Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 lalu dari Badan Bahasa Kemdikbud RI.

 

“Terima kasih tim Inspketorat Perpusnas RI atas kunjungan uji petik bantuan buku bacaan bermutu ke TBM Lentera Pustaka. Semoga berkenan atas diskusinya dan maju selalu literasi di Indonesia” kata Susi, Ketua Harian TBM Lentera Pustaka saat mengantar tim Perpusnas RI.

 

Semoga bantuan buku-buku bacaan bermutu Perpusnas RI terus berlanjut, utamanya untuk taman bacaan yang belum mendapatkannya. Salam literasi #UjiPetikPerpusnas #TBMLenteraPustaka #ApresiasiTamanBacaan





3 Penyebab Rendahnya Kepesertaan Dana Pensiun di Indonesia

Rendahnya kepesertaan dan tingkat inklusi dana pensiun menjadi bukti masih banyak pekerja dan masyarakat yang tidak paham dana pensiun. Potensi besarnya pasar angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 152 juta pekerja pun jadi terbengkalai dari “prioritas” perencanaan hari tua. Faktanya, sangat banyak pekerja yang tidak tahu manfaat dana pensiun. Maka wajar, tingkat literasi dana pensiun di Indonesia tahun 2025 turun 27,79% dan tingkat inklusi pun turun menadi 5,37%. 

 

Realitas hari ini, 9 dari 10 pekerja di Indonesia tidak siap pensiun atau berhenti bekerja, Kondisi ini jadi sinyal ketidak-tahuan pekerja tentang dana pensiun. Pekerja yang tidak mempersiapkan masa pensiun, akibat tidak paham dana pensiun. Mungkin, tidak tahu pula ke mana harus bertanya tentang dana pensiun?  Sementara biaya hidup dari tahun ke tahun terus meningkat, namun persiapan masa pensiun sering kali diabaikan. Jelas, banyak pekerja tidak paham dana pensiun.

 

Jadi penasaran, apa sih faktor penyebab pekerja tidak paham dana pensiun?  Dari hasil penelitian Syarifudin Yunus, edukator dana pensiun dan Ketua Dewan Pengawas DPLK Sinarmas Asset Management yang melibatkan 66 pekerja di Jakarta menyimpulkan sebagai berikut:

1.   89% pekerja belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang sudah punya dana pensiun.

2.   80% pekerja tidak mengandalkan dana pensiun dari tempatnya bekerja, hanya 20% pekerja yang berharap mendapat dana pensiun dari tempatnya bekerja.

3.   Rendahnya kepemilikan dana pensiun disebabkan oleh a) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, b) ketidaktersediaan dana untuk mengikuti dana pensiun, atau c) tidak tersedianya akses digital untuk membeli dana pensiun.

4.   Maka ada dua faktor penting yang harus ditingkatkan oleh pelaku dana pensiun yaitu edukasi secara berkelanjutan dan ketersediaan akses digital.

 


Penelitian dana pensiun yang bertujuan untuk mendeskripsikan data dan informasi pemahaman pekerja di Jakarta tentang dana pensiun ini telah terbit di jurnal sains ekonomi dan edukasi AKSIOMA pada Februari 2025 (link hasil penelitian: https://manggalajournal.org/index.php/AKSIOMA/article/view/981/1239).

 

Maka sebagai rekomendasi untuk meningkatkan pemahaman pekerja tentang dana pensiun setidaknya ada 5 (lima) prioritas utama pengembangan pasar dana pensiun yaitu:1) edukasi pentingnya dana pensiun secara berkelanjutan, 2) kemudahan akses untuk memiliki dana pensiun, utamanya bagi pekerja sektor informal, 3) meningkatkan kualitas produk atau layanan dana pensiun yang ada, 4) memperluas jangkauan pemasaran melalui kolaborasi dengan jasa keuangan lainnya, dan 5) menyajikan cara baru dalam mempromosikan dana pensiun ke publik. Dengan begitu, harapannya pemahaman pekerja akan pentingnya dana pensiun lebiih meningkat sekaligus dapat meningkatkan kepesertaan dana pensiun di Indoneisa, baik sektor formal maupun informal.

 

Memang tugas berat dana pensiun, untuk mengubah dari tidak paham menjadi paham pentingnya dana pensiun. Tapi jauh lebih berat bila tidak paham tapi punya dana pensiun, kok bisa? Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM