Tidak lama lagi, Anton dan Mira akan memasuki usia 55 tahun. Sebentar lagi pensiun. Masa pensiun normal yang dulu terasa jauh, kini tinggal menghitung bulan. Mereka berdua dulunya pasangan yang hanya punya waktu berdua di meja makan malam, itu pun kadang hanya diam karena lelah. Selebihnya, pagi-pagi gelap sudah berpamitan ke kantor, sibuk dengan dunia kerjanya masing-masing.
Anton, seorang manager d perusahaan swasta. Mira, HR manager yang sudah puluhan
tahun mengabdi di kantornya. Jelang pensiun mereka, tidak ada lagi notifikasi
email atau dering telepon kantor untuk meeting. Rapat online pun sudah jarang.
Tidak ada lagi jadwal padat atau laporan bulanan. Yang ada hanyalah, keheningan.
Dari pagi sampai malam, hanya suara detak jam di tangannya atau percakapan
ringan soal menu makan siang bersama teman-temannya. Bahkan lebih sering
mengecek chat WA dalam genggamannya.
"Aku ngerasa kayak bukan siapa-siapa sekarang di kantor, Mir," kata Anton
sambil menatap halaman belakang.
Mira diam.
Ia juga merasakan hal yang sama. Dulu sibuk mengurus orang kantor, sibuk urusan
personalia, sekarang bahkan lupa bagaimana mengurus dirinya sendiri.
Mereka baru menyadari, setelah sekian lama sibuk bekerja, bahwa tubuh mereka
telah memberi tanda. Pegal. Lemas. Lupa olahraga. Lupa beristirahat. Dan...
lupa bersyukur. Hari-harinya hanya untuk pekerjaan. Bahkan dana pensiun pun tidak
punya. Hanya mengandalkan uang pesangon pensiun, harapannya. Mereka belum tahu
cukup atau tidak untuk menjaga gaya hidupnya seperti saat aktof bekerja.
Anton dan Mira baru tersadar. Selama ini hanya mengejar investasi dunia, tabungan,
rumah, saham, dan semua yang tampak. Tapi lupa investasi paling penting:
kesehatan dan akhirat. Mereka lupa, pensiun bukan cuma soal uang. Tapi soal kesehatan,
soal psikologis dan spiritual. Mau ngapain setelah pensiun nanti?
Di suatu sore yang mendung, mereka memutuskan berjalan kaki di sekitar
kompleks. Sunyi. Tapi perlahan ada yang berubah.
"Aku
pengen coba yoga bareng, Ton," kata Mira.
"Aku
mau coba angkat beban ringan juga. Biar otot nggak cepat pikun," jawab Anton.
Mereka
tertawa. Dan sore itu, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, mereka
kembali menjadi sepasang sahabat. Saling mengingatkan. Saling menemani. Dan saling
menyembuhkan.
Ternyata, pensiun bukan akhir dari segalanya. Pensiun bukan akhir kehidupan.
Tapi justru awal dari perjalanan berdua, bukan sebagai pasangan semata. Tapi juga
dilatih agar tetap kuat di hari tua. Waktu untuk mendekat kepada-Nya, karena
hidup tidak berakhir saat pensiun. Tapi baru dimulai untuk perjalanan yang
lebih baik dan lebih baik lagi. Untuk bekal berpulah ke hadirat-Nya.
Anton dan
Mira pun membatin, “Masa pensiun, adalah momen untuk aktualisasi diri secara
sosial dan spiritual. Saat penting untuk berbuat baik dan menebar manfaat
kepada orang lain secara nyata, bukan lagi sebatas niat”
---
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita siap pensiun? Apakah kita sudah melihat
bagaimana orang tua kita menjalani hari-hari di masa pensiunnya. Atau teman
kita yang sudah pensiun seperui apa. Apakah kita sudah mulai memikirkan
bagaimana nanti hidup kita setelah tidak lagi bekerja? Mau seperti apa kita di
masa pensiun?
Yuk, mulai siapkan pensiun dari sekarang. Bukan hanya soal keuangan seperti
dana pensiun, Tapi juga soal hati, tubuh, dan hubungan kita dengan pasangan
serta Tuhan kita. Karena akhirnya, yang tersisa bukan jabatan bukan pangkat. Ttapi
siapa yang tetap mau duduk di samping kita, berdua di masa tua di masa pensiun.
Tentu sambil menikmati hidup yang tersisa dan semakin dekat kepada-Nya. Salam #SadarPensiun
#EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar