Laki-laki Bukan Soal Wajah Tapi ….
Ini soal literasi laki-laki. Banyak perempuan
rela tidak (belum) menikah karena belum dapat laki-laki yang sesuai dengan
kriterianya. Wajahnya nggak bisa diajak jalan, kantongnya cekak pula. Saat
ditanya, kok belum menikah? Jawabnya, belum dapat yang sesuai dengan kriteria. Pantas
belum dapat, karena kriterianya berat banget. Wajah tampan dan dompet tebal. Sempurna
sekali untuk seorang laki-laki.
Literasi membuktikan. Laki-laki sejati,
bukan soal wajah tapi harga diri. Wajah tampan hanya bonus. Lali-laki cukup mau
kerja keras, tanggung jawab, dan punya integritas. Itulah harga diri seorang
laki-laki sejati. Modal penting laki-laki bukan wajah atau dompet. Tapi kerja
keras, tanggung jawab, dan integritasnya. Bila itu dimiliki, wajah dan dompet
tinggal tunggu waktu.
Jangan lupa, perempuan dewasa sekarang
juga banyak yang tidak lagi terpesona oleh gaya laki-laki yang keren. Tidak
lagi terpukau pada wajah atau badan sterek. Tapi pada keteguhan prinsip, sikap
yang elegan, kecerdasan yang membumi, dan komitmen yang nyata. Laki-laki yang
realistis, bahwa tidak ada seorang pun di muka dunia yang sempurna. Laki-laki
yang tetap melangkah sekalipun bercucuran cemooh dan hinaan. Malang melintang
dalam ujian dan cobaan yang sudah dilewati. Laki-laki yang dewasa secara
alamiah, bukan karena logika atau idealismenya sendiri.
Literasi yang sudah membuktikan. Semua
yang besar dulunya ditertawakan. Semua yang sukses dulunya diremehkan. Karena
itu, kerja keras dan tanggung jawab jadi taruhannya. Dan keberuntungan hanya
datang pada mereka yang siap. Yang menjalani
prosesnya sepenuh hati, bukan yang instan. Bukan yang terlihat keren karena
narasi bukan esensi. Ketahilah, orang sukses itu bukan yang paling pintar. Tapi
yang paling bisa dipercaya pada akhirnya.
Laki-laki kuat zaman begini banyak.
Tapi laki-laki yang peka sedikit. Laki-laki yang mampu jadi tempat bersandar
yang menenangkan. Seperti pohon besar yang tumbuh dari benih pengorbanan dan
kesabaran. Yang berani menjalani setiap proses, lalu Ikhlas mensyukuri
hasilnya. Karena di mata laki-laki, hidup bukan soal cepat menang. Tapi soal konsisten
untuk bertumbuh.
Kita sering terjebak antara apa yang
sudah ditentukan dan apa yang bisa kita ciptakan. Antara pasrah seperti
pecundang atau berjuang seperti pahlawan. Bahwa kitalah yang menentukan untuk menyerah
atau melangkah maju. Pada akhirnya, setiap pilihan sederhana akan membawa kita
lebih dekat pada takdir yang kita ciptakan.
Laki-laki sejati tidak suka bunga,
coklat atau hadiah mahal. Karena cinta buatnya adalah iman, tanggung jawab dan
rasa percaya. Baginya, sudah cukup bila badannya sehat dan rezekinya lancar.
Dibenci atau diomongin orang buatnya tidak masalah. Begitulah literasi laki-laki.
Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar