Pak Rahmat (62 tahun) adalah mantan pegawai swasta yang mengabdi selama
lebih dari 30 tahun di sebuah perusahaan di Jakarta. Selama masa kerjanya, Pak
Rahmat hidup cukup, gaji pas-pasan tapi bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Ia
memiliki tiga anak, dan seluruh penghasilannya digunakan untuk membiayai
pendidikan anak-anaknya hingga selesai kuliah. Tentu dengan standar kehidupan
sehari-hari yang biasa.
Sayangnya, Pak Rahmat tidak pernah menyiapkan dana pensiun secara khusus.
Ia berpikir bahwa anak-anaknya akan menopang hidupnya di masa tua, dan berharap
bisa membuka usaha kecil setelah pensiun. Namun, realita berkata lain. Setelah
pensiun di usia 58 tahun, usaha kecil yang coba ia rintis gagal karena
kurangnya modal dan tidak punya pengalaman bisnis. Anak-anaknya pun belum mapan
secara ekonomi; dua ankanya masih berjuang dalam pekerjaan kontrak, satu lagi
menganggur akibat PHK saat pandemi Covid-19.
Kini, di usia senjanya, saat pensiun, Pak Rahmat tinggal bersama anak
sulungnya di rumah kontrakan kecil. Ia mengandalkan bantuan dari saudara atau
sumbangan pensiunan yang jumlahnya sangat kecil dan tidak tetap. Beberapa kali
ia bahkan terpaksa meminjam uang untuk membeli obat karena penyakit yang mulai
datang seiring usia. “Dulu saya pikir pensiun itu waktu buat istirahat, tapi
ternyata malah jadi waktu yang paling berat secara finansial,” kata batin Pak
Rahmat lirih. Mimpi Pak Rahmat bisa menjalani masa pensiun dengan indah dan
nyaman jadi tertunda, bahkan disesali. Karena nyatanya, Pak Rahmat tidak berdaya
di hari tuanya. Terlambat untuk antisipasi masa pensiun yang nyaman dan sejahtera.
Belajar dari
cerita Pak Rahmat di usia pensiun. Sangat tidak tepat mengandalkan anak atau keluarga di masa
pensiun karena kondisi ekonomi anak berbeda dan belum tentu mampu memberi ke
orang tua. Sebagai pegawai, terbukti tanpa dana pensiun, Pak Rahmat tidak punya
kesinambungan penghasilan di hari tua, tidak mandiri secara finansial di masa
pensiun. Hingga akhirnya Pak Rahmat menyesal tidak punya dana pensiun. Memang
benar, penyesalan adanya di belakang. Karena bila di depan, namanya pendaftaran.
Agar tidak mengalami kasus seperti Pak Rahmat di masa pensiun, maka setiap
pegqawaiatau pekerja penting untuk menyiapkan dana pensiunnay sendiri. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah menjadi peserta Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK). Dengan menyisihkan sebagian gaji sebagai iuran pensiun setiap
bulan. Agar nantinya, dapat menjaga kesinambungan penghasilan di hari tua, saat
tidak bekerja lagi. DPLK sangat penting bagi pekerja, setidaknya 1) agar tidak
jatuh miskin di masa pensiun, 2) tetap punya penghasilan di saat pensiun, dan
3) mampu mempertahankan gaya hidup seperti saat bekerja. Melalui DPLK, siapapun
akan punya dana yang pasti untuk hari tua dan bisa mendapat hasil investasi
yang optimal untuk memperbesar manfaat pensiunnya.
Jangan sampai mimpi pensiun kita tertunda. Mulailah siapkan dana pensiun
sejak dini. Karena semakin dini merencanakan dana pensiun, semakin ringan
bebannya di masa depan. Semakin besar pula manfaat pensiunnya di hari tua. Jadi,
mulailah menabung untuk masa pensiun kita sendiri. Salam #YukSiapkanPensiun
#EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar