Tidak tahu itu indah. Karena hakikatnya, manusia lebih banyak tidak tahu daripada tahu. Apapun di dunia, hanya diketahui sedikit saja. Tapi sayangnya, banyak orang malah bersikap sok tahu. Seolah-olah sudah menguasai segalanya. Bahkan untuk tahu jadi kepo, jadi lebay. Banyak orang lupa, tidak tahu itu indah.
Sungguh,
siapapun di zaman begini. Justru jadi banyak tahu akan sedikit hal. Tapi tidak
tahu banyak hal akan satu hal. Tahu soal hidup sedikit saja, tahu agama sedikit
saja, bahkan tahu soal politik sedikit saja lalu berkoar-koar seperti pakar
hidup pakar agama, dan pakar politik. Tapi tentang dirinya sendiri saja tidak
tahu banyak hal, apa yang harus dilakukan? Tentang akhlak baik saja tidak tahu banyak,
sehingga begitu mudah membenci dna memusuhi orang. Tentang kepedulian sosial
saja tidak tahu banyak, sehingga begitu tidak peduli untuk megulurkan tangan
kepada orang lain yang membutuhkan.
Daripada
tahu banyak hal tapi sedikit saja, lebih baik tidak tahu. Karena tidak tau itu
indah. Tidak tahu mati maka membuat kita berharap. Tidak tahu rezeki maka membuat
kita bekerja. Tidak tahu takdir maka membuat kita berjuang. Tidak tahu manfaat
maka membuat kita melakukan hal yang bermanfaat. Tidak tahu kebaikan maka
membuat kita iktiar baik. Dan tidak tahu apapun tentang orang lain, maka
membuat kita diam.
Tidak tahu
indah. Karena tidak tahu “amal mana yang akan mengundang ridho dan surga-Nya membuat kita tidak meremehkan
perbuatan baik sekecil apapun. Selalu ingin menebar manfaat di mana pun”.
Karena tidak tahu bagian mana dari makanan yang dilimpahi berkah membuat kita tidak
menyia-nyiakan karunia-Nya, tidak menyisakannya saat disantap. Tidak tahu masa
depan anak-anak seperti apa, maka kita menyediakan taman bacaan untuk membaca
sehingga bertambah ilmu dan pengetahuannya. Sungguh, tidak tahu itu indah.
Siapapun
yang tidak tahu, maka rasa belas kasih menjadi bertambah. Sikap ingin membantu
bertumbuh, Bahkan sikap berbuat baik dan menebar manfaat menjadi bergairah. Untuk
ikut bersedekah memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik. Tanpa perlu mengejek
apalagi merendahkan orang lain. Selalu memperlakukan semua orang dengan sopan, di
samping terus ikhtiar memperbaiki diri dan keadaan. Semuanya terjadi karena
tidak tahu. Maka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung
Salak Bogor tetap bergerak karena banyak tidak tahunya. Karen atidak tahu
mengajak anak-anak membaca buku, mengajar kaum buta hurif, mengajar calistung
anak-anak kelas prasekolah, menjalankan motor baca keliling dan program
literasi lainnya. Karena sekali lagi, kita tidak tahu mana amal yang akan
diterima-Nya. Taman bacana hanya berbuat baik dan menebar manfaat, selebihnya
diam dan menuliskannya.
Maka
jangan pernah untuk menjadi tahu banyak hal tapi tidak tahu banyak sedikit hal.
Tteruslah belajar dan belajar untuk memperbaiki diri. Jangan pernah berdebat
dengan orang yang percaya dengan ketidak-tahuannya sendiri. Jangan membenci
orang lain tanpa pernah membenci diri sendiri. Jangan pernah berani
menyelahakan orang lain tanpa pernah menyalahkan diri sendiri. Daripada banyak
tahu lebih baik berbuat yang baik secara nyata.
Kata
pepatah, “buruk muka cermin dibelah”.
Jangan pernah menyalahkan keadaana yang buruk kepada orang lain, padahal
kesalahannya terletak pada diri sendiri. Lebih baik mengakui kesalahan dan
kekuarangan diri daripada mencari “kambing hitam”. Tidak usah berkata
mampu menyeberangi samudera bila belum pernah mau melompati kubangan yang
kecil. Janga pernah menghakimi orang lain dari sudut pandang subjektif kita sendiir.
Karena kita tidak tahu apa-apa dan tidak tahu banyak hal melainkan seidkita
saja.
Literat
itu lebih baik tidak tahu daripada sok tahu. Maka tetaplah merasa tidak tahu. Agar
mau membaca, belajar, dan introspeksi diri. Karena tidak tahu itu indah. Tidak
tahu out yang membuat kita selalu berniat terbaik, iktiar terbaik, dan berdoa
yang terbaik. Sambil tetap sabar dan bersyukur menjalania apapun. Jadilah
literat dalam tidak tahu. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen
#TBMLenteraPustakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar