Tidak sedikit dari kita yang terlena dengan gemerlapnya dunia. Mengejar dunia, menggapai yang sementara. Hingga lupa untuk beribadah dan beramal soleh. Bila hidup diberi usia 60 tahun, mungkin kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun saja Bila dikurangi masa tidur dan sebelum baligh! Tidak lebih dari itu. Sebuah rentang waktu yang sangat singkat untuk ibadah. Jadi, kenapa masih terlena hingga hari ini?
Dari pagi hingga malam, waktu kita habis untuk mengejar
dunia. Seakan takut kehilangan
rezeki. Hingga tidak tersisa lagi waktu untuk beribadah. Lupa, bahwa dunia ini
hanya sementara. Tahun berganti tahun, tetap saja terlena dengan
gemerlap dunia. Berlomba-lomba hanya untuk status sosial, pangkat, dan
kekayaan. Sungguh, kita semakin terlena dengan
keindahan dunia yang semu.
Sungguh, dunia ini bukan hanya sementara. Bahkann dunia
pun hanya senda gurau dan permainan belaka. Karena tempat hidup kita yang
sesungguhnya bukan dunia, tapi di akhirat yang kekal abadi. Dunia justru
menjadi sarana untuk mencapai tujuan akhirat yang utama. Kenapa masih terlena
dan melenakan?
Jadi
untuk apa hidup di dunia?
Bila
diri kita diciptakan untuk beribadah, lantas kenapa kita tinggalkan? Bila kematian
kita takuti, lantas kenapa kita terus dalam kemaksiatan? Bila kita disuruh
berbuat, lantas kenapa kita masih bertindak jahat? Bila diperintah menebar manfaat
kepada sesama, lantas kenapa kita masih menunda atas dalih tidak punya waktu?
Mau sampai kapan begini-begini saja?
Mungkin
kita sangat sadar, bahwa umur siapapun tidak Panjang. Akan tetapi kita habiskan
untuk hura – hura, untuk hal-hal yang tidak bermanfaaat. Nongkrong menghabiskan
waktu, wara-wiri ke rumah teman yang bukan siapa-siapa. Bahkan sibuk ngobrol di
chat WA tanpa mengenal waktu. Sibuk di dunia maya, tapis epi di dunia nyata.
Terus, mau sampai kapan kita terus menunda?
Maka
lagi-lagi, pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di
kaki Gunung Salak Bogor menyadari sepenuhnya. Untuk selalu berbuat baik dan
menebarkan manfaat kepada sesama. Menjadikan taman bacaan sebagai ladang amal,
bukan hanya sekadar tempat membaca buku. Untuk menjadikan taman bacaan sebagai
jalan hidup berpihak pada kebaikan dan kemanfaatan. Apapun celoteh dan komentar
orang lain, taman bacaan akan tetap mengabdi dan berkiprah nyata.
Maka esok, tidak ada pilihan lain.
Selain memanfaatkan dunia yang sementara untuk benar-benar beribadah kepada-Nya.
Mengerjakan yang baik, meninggalkan yang buruk. Menjalankan perintah-Nya, menjauhi
larangan-Nya. Sadar tentang dari mana berasal dan mau ke mana akan kembali?
Jangan pernah terlena, apalagi sombong dan berbangga diri. Karena sejatinya,
kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Mungkin
hari ini, sebagian besar kita menganggap dunia adalah kenyataan sedangkan akhirat
hanyalah sebuah cerita. Tapi esok sebaliknya, justru dunia hanya tinggal cerita
dan akhirat adalah tempat yang nyata, tempatnya penyesalan dan pembalasan. Maka
bertanyalah, mau sampai kapan kita terus terlena?
Adalah
literasi yang menegaskan. Bahwa kita tidak pantas kagum atas status sosial,
pangkat dan kekayaan. Tapi kagumlah kepada siapapun yang mau memperlakukan dengan
baik orang lain dengan ikhlas dan sabar. Sekalipun hanya berkiprah di aktivitas
sosial, seperti taman bacaan. Agar esok di waktu tersisa, tidak ada lagi
manusia yang terlena. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar