Hati-hati, jelang libur akhir tahun. Banyak orang jadi tidak ingat nikmat. Sering mengeluh, merasa tidak mampu bepergian hingga membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Tentu saja, godaan akhir tahun pasti banyak. Melihat teman yang liburan, melihat orang lain ke sana ke sini. Tidak usah tergiur, semua ada masanya ada waktunya. Nikmati saja apa yang ada di akhir tahun.
Jangan
sampai tidak ingat nikmat yang dimiliki. Jangan sampai tidak bersyukur. Orang
yang lupa bersyukur itu hatinya sempit, hidupnya susah. Bawaannya iri dan benci
pada orang lain. Karena hati dan pikirannya selalu tidak puas dengan apa yang
dimiliki. Wajar orang yang tidak bersyukur hawanya negatif.
Sadari saja, apa yang kita miliki sudah
cukup. Apa yang kita punya itu sudah pantas untuk kita. Jangan gegabah, nanti
rugi sendiri. Tidak ada yang bisa dikeluhkan bila mau bersyukur. Karena Syukur itu
kunci hidup tenang dan damai. Semua jadi lebih lapang dan mudah. Karena syukur,
pikiran dan perasaan jadi lebih positif. Nahkann janji Allah SWT, pasti akan menambah
nikmat bagi setiap hamba-Nya yang bersyukur.
Masih mau mengeluh? Atau mau membandingkan
hidup dengan orang lain? Tiap hari begitu, hingga memejamkan mata di
setiap tidur malam. Ketahuilah, masalah atau cobaan yang kita alami itu tidak
seberapa bila dibandingkan nikmat yang diperoleh. Sudah pasti kok, catatan
nikmat pasti melebihi musibah atau cobaan. Cek saja sendiri, setahun lalu, tiga
tahun lalu atau sepanjang hidup yang sudah dilewati. “Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya”
(QS an-Nahl 18).
Akhir tahun itu momen,
untuk introspeksi diri. Bila bisa liburan Syukur, bila tidak pun tidak masalah.
Nikmati dan syukuri saja apa yang ada. Jangan sampai tidak ingat nikmat. Hingga
lupa bersyukur. Selalu merasa kurang, selaku merasa jadi “korban” dari
kesuksesan orang lain. Apapun yang ditempuh, percayalah orang tidak bersyukur
akan terus gelisah dan gundah. Musuhnya berhasil gundah gulana. Temannnya
sukses gelisah. Kenapa masih berani tidak besryukur? Jawabnya sederhana, karena
1) tidak pernah menghargai apa yang dimiliki, 2)
fokusnya hanya pada obsesi dan apa-apa yang diinginkan, 3) selalu gemar membanding-bandingkan diri dengan orang lain, 4)
pergaulannya buruk dan mudah tergoda setan, dan 5) kurang dekat pada Allah SWT.
Jadi wajar, rumput tetangga dianggap selalu tampak lebih hijau. Tidak mampu
bersyukur dan lupa bahwa tiap orang punya masalahnya masaing-masing. Cuma ada
yang bijak ada yang heboh doang.
Percayalah, apapun di dunia ini
sudah sesuai dengan kehendak_nya, sesuai porsinya masing-masing. Jangan terlalu
mencemaskan sesuatu. Karena hidup ini hanya antara sabar tanpa tepi dan syukur
tanpa tapi. Yakinlah, tidak ada yang menjadi lemah karena bencana yang
menimpanya. tetap syukuri apa yang ada. Agar tidak mengeluh, tidak menggerutu tentang apapun dan siapapun. “Dan Allah mencintai
orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146).
Ketahuilah,
rezeki setiap orang sudah diatur Allah SWT. Kita hanya cukup memperbaiki niat,
membaguskan ikhtiar, dan memperbanyak doa. Selebihnya, biarkan Allah SWT yang mengatur.
Tidak usah ingin merebut punya orang apalagi ngotot ingin menyusahkan orang
lain. Sama sekali tidak perlu, nikmati dan syukuri saja apa yang ada. Jadi, apa
yang kita terima dan nikmati adalah karena kebaikan Allah.
Maka,
syukuri syukuri syukuri lalu sabar. Insya Allah, esok akan lebih baik dari
kemarin. Asal jangan sampai tidak ingat nikmat dari Allah. Jadilah literat!
Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar