Jumat, 22 Desember 2023

Jadilah Literasi di Akhir Tahun, Jangan Sampai Lupa Nikmat

Hati-hati, jelang libur akhir tahun. Banyak orang jadi tidak ingat nikmat. Sering mengeluh, merasa tidak mampu bepergian hingga membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Tentu saja, godaan akhir tahun pasti banyak. Melihat teman yang liburan, melihat orang lain ke sana ke sini. Tidak usah tergiur, semua ada masanya ada waktunya. Nikmati saja apa yang ada di akhir tahun.

 

Jangan sampai tidak ingat nikmat yang dimiliki. Jangan sampai tidak bersyukur. Orang yang lupa bersyukur itu hatinya sempit, hidupnya susah. Bawaannya iri dan benci pada orang lain. Karena hati dan pikirannya selalu tidak puas dengan apa yang dimiliki. Wajar orang yang tidak bersyukur hawanya negatif.

 

Sadari saja, apa yang kita miliki sudah cukup. Apa yang kita punya itu sudah pantas untuk kita. Jangan gegabah, nanti rugi sendiri. Tidak ada yang bisa dikeluhkan bila mau bersyukur. Karena Syukur itu kunci hidup tenang dan damai. Semua jadi lebih lapang dan mudah. Karena syukur, pikiran dan perasaan jadi lebih positif. Nahkann janji Allah SWT, pasti akan menambah nikmat bagi setiap hamba-Nya yang bersyukur.

Masih mau mengeluh? Atau mau membandingkan hidup dengan orang lain? Tiap hari begitu, hingga memejamkan mata di setiap tidur malam. Ketahuilah, masalah atau cobaan yang kita alami itu tidak seberapa bila dibandingkan nikmat yang diperoleh. Sudah pasti kok, catatan nikmat pasti melebihi musibah atau cobaan. Cek saja sendiri, setahun lalu, tiga tahun lalu atau sepanjang hidup yang sudah dilewati. “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya” (QS an-Nahl 18).

 

Akhir tahun itu momen, untuk introspeksi diri. Bila bisa liburan Syukur, bila tidak pun tidak masalah. Nikmati dan syukuri saja apa yang ada. Jangan sampai tidak ingat nikmat. Hingga lupa bersyukur. Selalu merasa kurang, selaku merasa jadi “korban” dari kesuksesan orang lain. Apapun yang ditempuh, percayalah orang tidak bersyukur akan terus gelisah dan gundah. Musuhnya berhasil gundah gulana. Temannnya sukses gelisah. Kenapa masih berani tidak besryukur? Jawabnya sederhana, karena 1) tidak pernah menghargai apa yang dimiliki, 2) fokusnya hanya pada obsesi dan apa-apa yang diinginkan, 3) selalu gemar membanding-bandingkan diri dengan orang lain, 4) pergaulannya buruk dan mudah tergoda setan, dan 5) kurang dekat pada Allah SWT. Jadi wajar, rumput tetangga dianggap selalu tampak lebih hijau. Tidak mampu bersyukur dan lupa bahwa tiap orang punya masalahnya masaing-masing. Cuma ada yang bijak ada yang heboh doang.

 


Percayalah, apapun di dunia ini sudah sesuai dengan kehendak_nya, sesuai porsinya masing-masing. Jangan terlalu mencemaskan sesuatu. Karena hidup ini hanya antara sabar tanpa tepi dan syukur tanpa tapi. Yakinlah, tidak ada yang menjadi lemah karena bencana yang menimpanya. tetap syukuri apa yang ada. Agar tidak mengeluh, tidak  menggerutu tentang apapun dan siapapun. “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146).

 

Ketahuilah, rezeki setiap orang sudah diatur Allah SWT. Kita hanya cukup memperbaiki niat, membaguskan ikhtiar, dan memperbanyak doa. Selebihnya, biarkan Allah SWT yang mengatur. Tidak usah ingin merebut punya orang apalagi ngotot ingin menyusahkan orang lain. Sama sekali tidak perlu, nikmati dan syukuri saja apa yang ada. Jadi, apa yang kita terima dan nikmati adalah karena kebaikan Allah.

 

Maka, syukuri syukuri syukuri lalu sabar. Insya Allah, esok akan lebih baik dari kemarin. Asal jangan sampai tidak ingat nikmat dari Allah. Jadilah literat! Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar