Membaca buku dianggap aktivitas yang membosankan. Membaca buku tidak asyik, tidak menyenangkan. Wajar bila membaca buku kalah jauh dibandingkan bermain handphone. Kalah dibandingkan ngobrol di kafe-kafe. Bahkan kalah dari gosip dan gibah bagi kalangan tertentu. Membaca buku, jadi aktivitas yang kian terpinggirkan.
Bisa jadi, banyak orang kurang memahami “WOW effect” alias efek
luar biasa dari membaca buku. Membaca buku yang tidak hanya menambah pengetahuan
dan wawasan. Tapi membaca buku sebagai muamalah (perbuatan baik) dan ubudiyah (ketaatan dan mengharap
pahala-Nya). Bahkan lebih dari itu, WOW
effect membaca buku (seperti disajikan dalam buku “La
Tahzan”, Dr. 'Aidh al-Qarni menyebutkan bahwa membaca buku dapat mengusir
ketinggalan dan kesedihan, di samping membasmi kebodohan. Betapa dahsyat dampak
membaca buku bagi pembacanya!
Mungkin kita sudah lupa, buku pun cocok dijadikan sebagai teman di kala
suka dan duka. Buku sebagai sahabat yang tidak akan pernah menipu dari
kemunafikan dan omong kosong. Buku yang mampu jadi teman yang setia menghibur dan
memeberi i jalan keluar dari setiap problematika yang ada. Buku tidak cukup
untuk dipandang apaagi dipajang. Tapi buku harus dibaca dan membacanya.
Sehingga buu mampu memberi kenikmatan yang lezat dan menajamkan kemampuan
intelektual. Karena buku pula dapat melancarkan lidah yang kelu dan
mengindahkan jari jemari yang membuka halaman demi halaman. Bukan jari jemari
yang piawai berkeluh-kesah di media sosial.
WOW effect bersahabat dengan buku. Karena dapat 1) memperkaya bahasa,
2) melembutkan hati dan jiwa, 3) menenangkan pikiran, 4) mengisi hari-hari
dengan hal-hal yang positif, dan 5) menjauhkan diri dari perbuatan buruk yang
sia-sia.
Bersahabat dengan buku,
itulah prajtik baik yang dijalankan di Taman Bacaan masyaraakt (TBM) Lentara
Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sebuah tradisi untuk mendekatkan anak-anak
usia sekolah dengan buku bacaan. Anak-anak yang diajak akbar dengan buku-buku
daripada handphone. Membaca buku bukan untuk pintar apalagi merasa paling tahu
segalanya. Tapi membaca buku sebagai muamalah (perbuatan baik) dan ubudiyah (ketaatan dan mengharap
pahala-Nya). Sekaligus menjadikan
taman bacaan sebagai Sentara peradaban baik masyarakat. Lalu, kenapa masih
banyak anak-anak yang masih belum mau membaca buku?
Siapapun
yang bersahabat dengan buku. Maka kita tidak akan menghakimi apapun di tengah ketidak-tahuan
kita sendiri. Tidak akan meninggi atas keilmuan yang kita miliki. Tidak akan
merendahkan siapapun saat merasa sudah tinggi sekalipun. Dan tidak kan hanya
pandai berbicara tanpa pernah berbuat secara konkret. Buku-buku yang mampu mencukupkan
teori menjadi praktik. Buku yang mampu mengubah niat baik jadi aksi nyata.
Efek
WOW bersahabat dengan buku adalah moment
of wonder bai siapapun yang membacanya. Membaca buku sebagai Tindakan
kecil yang berdampak besar dalam kehidupan. Karena mampu mencerahkan
orang-orang yang membacanya, sehingga tercipta independensi intelektual atau kemandirian dalam
berpikir. Tanpa keluh-kesah, tanpa menggantungkan diri kepada orang
lain.
Jadi, apakah salah jika orang-orang
taman bacaan lebih memilih buku dibandingkan dengan pertemanan yang semu?
Karena di balik buku, selalu ada adab dan ilmu. Untuk selalu bersyukur atas
apapun, tidak
menghina apalagi membenci, tetap menutup aib siappaun, dan tidak mendendam ketika
berselisih paham dengan siapapun. Masih belum mau bersahabat dengan buku? Salam
literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar