Ada pelajaran penting yang sulit dilupakan. Saat tim Tonight Show NET TV pada tahun 2021 lalu meliput aktivitas taman bacaan dan berantas buta aksara di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Bahwa berkiprah di taman bacaan, cara pandang yang paling penting adalah “tetap melangkah”. Bergerak maju dan membuat terobosan apapun. Agar taman bacaan tetap eksis.
Memag sulit dipungkiri. Berkiprah di taman
bacaan pasti banyak hambatan dan tantangannya. Jatuh bangun, bahkan tersandung dengan
hal-hal yang menjadi sebab frustrasi. Apalagi sifatnya sosial, taman bacaan
sering kali disepelekan orang. Hingga “jalan terjal” selalu menghantui taman
bacaan untuk menggapai impiannya. Untuk mewujudkan giat membaca dan aktivitas literasi
yang bermanfaat untuk masyarakat.
Karena semangat untuk terus berdiri dan
melangkah maju itulah, Tonight Show NET TV mengangkat kisah TBM Lentera Pustaka
dalam menegakkan kegemaran membaca dan pemberantasan buta aksara. Hingga
dinobatkan sebagai “Ramadhan Heroes - Tonight Show NET TV Tahun 2021” pada
acara yang digawangi Desta dan Vincent itu (simak di: https://www.youtube.com/watch?v=Ji63Diopb48&t=414s).
Pesan pentingnya
adalah “selalu ada seberkas cahaya di ujung terowongan gelap untuk taman bacaan
bila mau tetap melangkah ".
Memang
tidak mudah berkiprah di taman bacaan. Apalagi di tengah gempuran era digital.
Belum lagi di mata orang-orang yang menyebut, “Ngapain membaca buku manual?
Sekarang kan zamannya e-book”. Biarlah, karena memabg tugas orang lain
meremehkan taman bacaan. Sementara pegiat literasi di taman bacaan, hanya tahu
untuk terus melangkah. Melangkah dan melangkah apapun kendalanya. Karena modal
terrbesar taman bacaan adalah komitmen dan konsistensi dalam berkegiatan.
Pegiat
literasi di taman bacaan memang sadar. Di taman bacaan, tidak ada rapor. Tidak
ada absensi, tidak ada kenaikan kelas. Bahkan gurunya (baca: relawan) pun tidak
ada gajinya, Semuanya dikerjakan sukarela, tanpa pamrih. Jadi, berkiprah di
taman bacaan sangat rentan untuk “berhenti” atau sulit untuk bertahan. Karena itu,
solusi terbaik di taman bacaan adalah melangkah terus, melangkah lagi, dan
melangkah tanpa henti.
Mengajak anak-anak membaca pasti
sulit. Mengajar berantas buta aksara memang berat. Bahkan mengelola taman
bacaan untuk tetap eksis pun sangat berat. Hanya sikap militan dan jiwa pantang
menyerah yang masih “menyelamatkan” taman bacaan tetap eksis di Indonesia.
Untuk tetap melangkah maju. Tidak ada tempat sekecil apapun untuk hal-hal yang
menghambat laju taman bacaan.
Alhasil,
setelah berjalan 6 tahun, kini TBM Lentera Pustaka telah mengelola 15 program literasi, yaitu 1) TABA (TAman BAcaan) tadinya hanya 14
anak kini menjadi 130 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari,
Sukajaya), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar,
3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim
BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5)
JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2
anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan
rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin
menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat,
11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13)
Motor Pustaka atau MOBAKE (MOtor BAca KEliling), 14) Rooftop Baca, dan 15)
Berantas Buta Aksara Al Quran. Koleksi buku tadinya hanya 600 buku, kini
mencapai lebih dari 10.000 buku bacaan. Dengan dukungan 5 wali baca dan 12
relawan, TBM Lentera Pustaka saat ini beroperasi 6 hari dalam seminggu dan
tidak kurang dari 200 orang menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap
minggunya.
Pada akhirnya, taman bacaan
memang sulit “didekati” melalui logika. Bisa jadi tidak masuk akal untuk
sebagian orang. Tapi yang pasti, taman bacaan harus dikelola dengan hati. Agar
dapat terus melangkah dan bergerak maju, apapun kendala yang menghadangnya. Untuk terus menebar kebaikan dan manfaat
kepada banyak orang. Sebagai “legacy” atau warisan untuk umat.
Siapapun yang berkiprah di taman bacaan, spiritnya hanya satu.
Terus melangkah dan bergerak maju. Bila melihat
ke belakang, pasti taman bacaan akan tersesat. Salam literasi #TamanBacaan
#PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar