Ini soal orang-orang yang datang ke taman bacaan. Untuk apa dan mau apa ke taman bacaan di zaman serba instan begini? Berkiprah di taman bacaan yang kian terpinggirkan. Sebuah “jalan terjal” pengabdian yang tidak lagi dilirik banyak orang. Taman bacaan yang hanya bergiat menegakkan kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat. Orang yang mau dan berani datang ke taman bacaan, untuk apa?
Orang-orang yang datang ke taman bacaan.
Seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki
Gunung Salak Bogor. Sejak lebaran tahun 2023, selalu saja ada orang-orang yang
datang ke taman bacaan yang dikenal komprehensif ini. Mulai dari donatur buku, Pendiri
Pustaka Bergerak Indonesia, hingga mahasiswa yang mau mengabdi di taman bacaan.
Bahkan orang-orang yang datang kian bergiliran ke TBM Lentera Pustaka, seperti 1)
Kepala Dinas Perpustakaan Kab. Badung Bali bersama 6 orang timnya (11 Mei 2023)
untuk studi tiru taman literasi, 2) CR Community Manulife Indonesia untuk aksi
sosial dan berdonasi (12 Mei 2023), 3) Komunitas Anak Muda Depok untuk bermain
games dan membacakan buku (14 Mei 2023), 4) MNC Peduli menggelar Hari Buku Nasional
(17 Mei 2023), dan 5) Peluncuran Motor Pustaka hibah PBI, Dirjen Kebudayaan RI,
Dana Indonesiana, LPDP (21 Mei 2023), belum lagi BEM Faperta IPB yang sepanjang
tahun 2023 ini menjadikan TBM Lentera Pustaka sebagai mitra pengabdian
masyarakat.
Orang-orang yang datang ke taman bacaan.
Sama sekali bukan perkara mudah. Kata seorang kawan yang pernah berkunjung ke
TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, setidaknya membutuhkan biaya Rp.
110.000 untuk ongkos. Bila naik motor, paling minim meneguk 5 liter bensin. Sementara
bi;a naik mobil pribadi paling tidak menghabiskan bensin Rp. 100.000 bila tidak
macet. Biaya dan ongkos wajib keluar dari kantong , belum termasuk makan di
jalan atau ngaso di kafe. Orang-orang yang datang ke taman bacaan, sekali lagi tidak
mudah. Apalagi harus bertanya, untuk apa di taman bacaan?
Tapi ketahuilah, orang-orang yang datang
ke taman bacaan memang digerakkan oleh hati. Bukan cuma "logika"
semata. Soal sosial bukan material. Ibarat kata, hitung-hitungannya bukan bertumpu
pada dunia tapi buat nanti, di akhirat. Sebuah kepedulian dan pengabdian atas
nama kemanusiaan. Peduli kepada anak-anak yang membaca, anak-anak yang terancam
putus sekolah. Mengabdi untuk kaum ibu yang masih dibelenggu buta aksara, dihantu
praktik rentenir. Orang-orang yang datang ke taman bacaan memang langka. Karenam
menoreh pengabdian
di jalan yang sepi, sekalipun tidak bertepi.
Orang-orang yang mau dan berani datang ke
taman bacaan. Bisa jadi, mereka itulah orang-orang baik di dekat kita. Selalu
menyediakan waktu dan tenaga untuk berada di taman bacaan. Walau hanya menemani
anak-anak membaca buku. Sekalipun di bawah sengatan terik matahari dan di bawah
terpaan hujan tetap mau datang ke taman
bacaan. Sementara di luar sana, tidak sedikit orang "lari tunggang
langgang" menjauh dari taman bacaan dan tempat. Maka orang-orang yang
datang ke taman bacaan, selalu menempatkan akhlak dan adab di atas ilmu. Hati
di atas logika.
Memang sudah biasa di taman bacaan, selalu
ada yang datang dan pergi. Tapi sangat luar biasa orang-orang yang mengabdi di
taman bacaan. Maka di taman bacaan, kian terbukti. Hanya "orang yang
tepat" yang akan tetap tinggal bersama taman bacaan. Hanya orang yang
punya hati mau dan berani mengabdi di taman bacaan.
Sampai suatu saat nanti, kita bertanya. Di
mana kita selama ini? Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
#PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar