Rabu, 20 Agustus 2025

Penelitian Dana Pensiun, Kenapa Kalah Populer Dibandingkan Produk Keuangan Lainnya?

Saat ditanya, kenapa dana pensiun kalah populer dibandingkan produk keuangan lainnya? Sekitar 32 responden pekerja di Jakarta menjawab alasannya karena a) dana pensiun dianggap tidak likuid 28%, b) kurangnya edukasi 22%, c) tidak wajib dan tidak tahu 19%, d) tidak ada akses digital 13%, e) absurd – tidak terlihat manfaatnya sekarang 13%, dan f) hanya untuk pegawai kantoran 6%. Jadi, ada enam alasan kenapa dana pensiun dianggap kurang populer dibandingkan produk keuangan lainnya. Sebab paling dominan karena tidak likuid, kurangnya edukasi, dan banyak pekerja yang tidak tahu.  

 

Survei bertajuk “Dana Pensiun di Mata Pekerja” ini dilakukan oleh Syarifudin Yunus, edukator dana pensiun DPLK SAM sekaligus asesor LSP Dana Pensiun yang melibatkan 32 pekerja di Jakarta, baik sektor formal maupun informal melalui wawancara online pada Agustus 2025.  Tanpa menyebut produk keuangan lain yang lebih populer, survei ini memberi sinyal besarnya tantangan dana pensiun ke depan untuk bisa lebih dikenal dan dipahami manfaatnya bagi pekerja. Karena apapun alasannya, bila pekerja menyadari akan datangnya masa pensiunn – hari tua seharusnya dana pensiun menjadi pilihan utama, bukan produk keuangan lainnya.

 

Dari hasil wawancara, alasan yang mendasari dana pensiun kalah populer dibandingkan produk keuangan lain adalah gabungan faktor produk, persepsi, dan perilaku pasar. Dana pensiun dianggap “kurang likuid” karena dana pensiun bersifat jangka panjang dan baru bisa dibayarkan saat peserta pensiun atau kondisi tertentu, sedangkan pekerja hari ini cenderung memilih produk yang mudah dicairkan kapan saja, apalagi untuk kebutuhan darurat. Kurangnya promosi dan edukasi juga menjadi alasan dana pensiun kurang populer di kalangan pekerja. Produk dana pensiun jarang dipromosikan secara masif. Banyak pekerja tidak tahu dan tidak paham manfaatnya, bahkan cara mendaftar dana pensiun pun tidak tahu, apalagi membedakan jenis-jenis dan skema dana pensiun. Bahkan sebagian pekerja merasa dana pensiun tidak wajib dan tidak tahu. Di Indonesia, dana pensiun bersifat “sukarela” bukan “mandatory” seperti di beberapa negara lain. Akibatnya, penetrasi pasar rendah dan kalah dari produk keuangan lainnya.

 

“Survei dana pensiun di mata pekerja ini saya lakukan untuk memetakan esensi problem dana pensiun di Indonesia. Ternyata dana pensiun kalah populer dibandingkan produk keuangan lainnya.  Secara guyonan dari pekerja, bahkan dana pensiun kalah populer dibanidngkan kasus ijazah palsu dan tes DNA seorang mantan gubernur. Kuncinya adalah edukasi dan promosikan terus dana pensiun ke publik, di samping akses digital harus ada” ujar Syarifudin Yunus, edukator dana pensiun DPLK SAM dalam rilisnya hari ini (21/8/2025).

 


Alasan lain yang membuat dana pensiun kalah populer dibandingkan produk keuangan lainnya adalah tidak adanya akses digital untuk membeli dana pensiun. Berbeda dengan produk keuangan lainnya yang sudah serba digital, jadi tidak repot dan tidak perlu datang ke kantor pemasarannya. Ada pula yang menyebut  dana pensiun dianggap”absurd” karena manfaatnya tidak terlihat saat sekarang, sifatnya jangka panjang. Hasil investasi yang optimal baru terasa setelah bertahun-tahun. Dan alasan terakhir, masih ada yang menganggap dana pensiun hanya untuk pegawai kantoran (pekerja formal), akibatnya pekerja sektor informal tidak tahu dan diabaikan.  Banyak yang mengira dana pensiun hanya untuk pekerja formal atau karyawan perusahaan, bukan untuk pekerja informal atau individual.

 

Survei ini layak menjadi masukan sekaligus momen untuk mengkampanyekan dana pensiun pensiun kepada pekerja dan publik. Selain untuk membantu pekerja dalam menyiapkan hari tua, dana pensiun harus terus menggenjot tingkat kepesertaan dan aset kelolaan dana pensiun secara lebih signifikan. Agar tidak seperti “berjalan di tempat”, mengingat besarnya potensi pasar pekerja di Indonesia. Salam #SadarPensiun #PenelitianDanaPensiun #DPLKSAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar