Ada yang rambut Panjang dipotong jadi pendek. Ada p[ula yang mengubah hidung-nya agar lebih menarik. Bahkan, ada di antara kita yang tadinya banyak omong. Lalu, kini berubah jadi pendiam alias tidak lagi banyak omong. Ganti gaya saja, jangan begitu-begitu melulu.
Ganti gaya itu
berubah. Mengubah dari yang sebelumnya menjadi seperri sekarang yang berbeda.
Apapun alasannya, ganti gaya saja. Agar lebih terlihat menarik, lebih segar
atau apapun. Karena ganti gaya berarti mau dan berani berubah. Berubah menjadi
lebih baik, kenapa tidak? Jadi, ganti gaya saja.
Ganti gaya kan bisa apa saja. Berubah gaya hidup dari
yang glamour jadi sederhana. Ganti gaya dari boros jadi lebih hemat. Berubah
dari tidak bisa apa-apa jadi punya keterampilan. Berubah dari hidup yang tidak manfaat
jadi lebih bermanfaat untuk orang lain. Ganti gaya dalam hidup untuk lebih
baik, lebih manfaat. Memang tidak mudah, namun harus diperjuangkan. Berubah dalam
proses, ganti gaya dalam bersikap. Jangan begini-begini saja atau begitu-begitu
saja.
Katanya ujian hidup makin banyak. Katanya lagi rintangan
pun selalu menghadang. Cobaan makin bertebaran di mana-mana. Maka, ada baiknya
untuk berubah mumpung belum terlambat. Ganti gaya saja, biar nggak begitu-begitu
melulu. Cuma bingung, mau ganti gaya gimana lagi? Apa yang harus diubah?
Nah, ini penting. Ganti gaya tidak selalu bersifat
fisik. Berubah pun bukan hanya jasmani. Tapi ganti gaya untuk mentalitas. Berubah
ke arah ruhaniah. Ganti gaya untuk dua poros kehidupan yang penting. Yaitu “sabar
dan syukur”. Ganti gaya saja untuk lebih sabar dan bersyukur. Berubah menjadi
lebih sabar dan syukur. Sabar dan syukur yang selalu bergantian, bahkan
beriringan dalam kehidupan siapapun.
Sabar, mampu menahan diri dari apapun. Sabar dalam kesulitan dan kesedihan. Bahkan tetap sabar dari segala
sesuatu yang tidak disukai dan dibenci. Entah akibat perbuatan orang
lain atau karena diri sendiri. Sabar dalam taat, sabar dalam maksiat, dan sabar
saat menghadapi takdir-Nya. Tetap dan perbanyak sabar dalam kondisi apapun.
Syukur, untuk berterima kasih atas segala sesuatu yang diperoleh.
Mengakui atas segala nikmat yang diberikan Allah
SWT. Tidak perlu keluh-kesah apalagi menyalahkan siapapun. Bersyukur bisa
seperti sekarang, bersyukur pada setiap keadaan. Selalu bersyukur atas atas
karunia yang dianugerahkan Allah SWT.
Tetap dan perbanyak syukur, dalam keadaan apapun dan dimanapun.
Saat sabar dan
syukur jadi prioritas, maka segala urusan menjadi lebih baik. Apabila
mendapatkan kesenangan, bersyukur. Dan apabila tertimpa kesusahan, tetap bersabar,
Maka sabar dan syukur akan memberikan kebaikan [HR Muslim: 2999]. Saat sabar
dan syukur, siapapun akan eling dan waspada. Untuk selalu “melihat ke bawah”,
bukan “menengok ke atas”. Agar tidak meremehkan nikmat Allah SWT yang
terlimpahkan untuk kita [HR. Muslim: 2963].
Hari-hari
begini, banyak orang merasa paling menderita. Tidak sedikit yang merasa susah
dan sulit dalam hidup. Bahkan ada yang menuding orang lain sebagai biang kerok,
lalu mentalitasnya merasa “korban” akibat perbuatan orang lain. Sama sekali tidak,
yang ada hanya tidak sabar dan tidak bersyukur. Silakan saja singgah ke rumah
sakit atau ke kolong jembatan. Maka sabar dan syukur akan menyeruak ke kepala tiap
anak manusia.
Jadi, ganti
gaya saja sekarang. Berubahlah dalam hidup. Untuk lebih sabar dan syukur. Karena
setiap kejenuhan bersabar pasti akan berganti limpahan rasa syukur. Sebab itu,
bila sudah lelah banyak bersabar. Bila merasa kurang, ucapkan syukur. Ganti
gaya dengan sabar dan syukur, itu sudah cukup.
Ketika sabar dan syukur, maka siapapun tidak akan
pernah menjadi “tawanan” dari masa lalu atau menyalahkan siapapun. Sebab ada
sabar dan syukur dalam dada. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar