Lebaran baru saja kelar. Hawanya saja masih terasa. Energinya pun masih merasuk ke diri. Rohnya masih ada ada di jiwa-jiwa yang fitrah. Untuk menunduk dan muhasabah diri. Agar menjadi pribadi yang lebih baik seusai lebaran. Tapi, kenapa masih ada orang-orang yang gampang mengutuk pagi bahkan membencinya?
Jangan pernah mengutuk pagi. Jangan mudah membenci pagi. Jangan memarahi
hujan yang turun. Apalagi membenci dan menghujat orang lain atas sebab apapun. Karena
kita, bisa kjadi tidak tahu banyak apa yang terjadi. Hanya tahu sedikit saja,
yang mungkin terlalu subjektif. Maka tidak ada kebenaran yang sifatnya
subjektif. Objektivitas di atas segalanya. Objektif yang berkenan di hati nurani
dan akal sehat.
Jadi, jangan pernah mengutuk pagi. Karena kutukan,
hujatan, dan kebencian tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Tidak akan
pernah membuat pegi kesulitan yang mendera diri. Cukup diam dan berdoalah
kepada Allah SWT. Agar semuanya baik-baik-baik saja. The show must go on.
Kecewa dan sedih itu lumrah terjadi. Kesal dan marah pun sangat
manusiawi. Seperti hujan dan panas pun pasti terjadi setiap hari. Maka jangan
pernah mengutuk pagi, jangan mencaci hujan dan panas. Hingga terlontar ucapan
atau tulisan kotor di media sosial. “Sialan, panas banget hari ini. Gue jadi
malas ke mana-mana”, jangan pernah mengutuk panas mentari. Tetaplah tenang dan
menerima realitas. Tanpa perlu menyesali apalagi membahas keburukan orang lain.
Berkata-kata buruk dan negatif itu tercela dan dilarang. Sikap bijak itulah hikmah
terpenting momen lebaran, bila paham.
Pagi itu
hadir bukan untuk dikutuk. Tapi disyukuri karena bertabur rahmat-Nya. Hadirnya
sinar matahari selalu memberi harapan kepada siapapun. Saat pagi hadir di depan
mata, di situlah ada kesempatan berharga. Untuk bersyukur dan meniatkan berkata
dan berbuat yang baik. Mumpung masih diberi kesempatan bernapas, berpikir,
menikmati pagi apapun keadaannya.
Jangan pernah mengutuk pagi,
jangan membenci hujan. Suasanan yang pasti hadir dalam kehidupan. Karena masih
ada jutaan orang yang merindukannya. Masih ada orang-orang yang menanti
kehadirannya. Tanpa peduli, ada yang membenci atau mencintainya. Karena semua
yang datang untuk manusia, adalah anugerah dan karunia-Nya. Tidak mungkin bisa
dibantah atau diperdebatkan. Nikmati saja yang ada, syukuri yang dipunya. Agar
segala urusan dimudahkan, sehingga bisa lebih bermanfaat untuk orang lain.
Pagi bukan
hukuman, hujan pun bukan penjara. Hanya pagi dan hujan yang tidak mengenal
pangkat, jabatan, harta atau status sosial. Kaya miskin pasti menemui pagi.
Sebagai bukti, bahwa manusia hakikatnya sama di hadapan Ilahi Rabbi. Hanya iman
dan takwa yang membedakannya. Karena pagi, selalu mengajarkan siapapun. Untuk lebih
berani "introspeksi diri" bukan "mengoreksi keadaan atau orang
lain". Salam
literasi! #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar