"Menjaga hati sama pentingnya dengan menjaga lisan. Sebab, jika seseorang hatinya baik, maka akan keluar dari lisannya perkataan yang baik. Lisan mencerminkan kebersihan hati seseorang" (Habib Ali Zaenal Abidin Bin Abdurrahman Al-Jufri).
Mumpung bulan puasa, patut direnungkan akan
pentingnya bertutur kata yang baik. Menjaga lisan agar berhati-hati dalam
berbicara. Menjaga lidah bukan sebuah perkara mudah, apalagi saat dikuasai
emosi dan amarah. Sebagai contoh, bayangkan akibat tutur kata yang buruk
akhirnya FS dan PC ini mendekam di penjara. Sebabnya, akibat tutur kata yang
dipenuhi amarah, emosi atau rekayasa.
Seorang penulis hebat dan
produktif dari AS, Kurt Vonnegut Jr., menyatakan “Bersikaplah lembut. Jangan biarkan dunia membuatmu
keras. Jangan biarkan rasa sakit membuatmu benci. Jangan biarkan kepahitan
mencuri kebaikan hatimu.” Apapun keadaannya, siapapun diajak bersikap lembut dan
menghindari kata-kata yang menyinggung orang lain. Hati-hati, lidah yang tidak
bertulang pun bisa mengeluarkan ucapan yang menyakitkan. Apalagi bila tidak
mampu mengendalikan amarah. Ada benarnya, keselamatan
manusia ada pada menjaga lisannya.
Berita bohong alias hoaks, gibah, fitnah, adu
domba, penipuan, dan perilaku jahat lainnya kian merajalela di berbagai ranah
kehidupan. Tanpa terkecuali di media sosial dan media elektronik. Tutur kata
menjadi sebab pertengkaran, perdebatan bahkan caci-maki dan ujaran kebencian.
Ocehan yang sangat mengeruhkan hati dan pikiran. Maka jangan terbawa arus.
Tetaplah bersikap dan berkata-kata yang baik. Seperti dianjurkan Nabi Muhammad
SAW, “Tutur kata yang baik adalah sedekah” (HR. Ahmad).
Maka bila tidak mampu membantu maka jangan
berkata-kata buruk. Bila tidak mampu menyenangkan maka jangan bertutur kata
yang menyakitkan. Jagalah lisan, perbaikilah tutur kata yang baik. Bila pun mendesak,
maka Ibnu ‘Abbas ra. berkata, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk
bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang
berbuat jahil, dan memaafkan ketika ada yang berbuat jelek.”
Tutur kata yang baik adalah salah
satu hikmah puasa. Agar lebih banyak “mengistirahatkan” mulut dan lidah dari
kata-kata yang tidak berguna. Sebagai momen untuk menata cara bersikap dan melatih
bertutur kata yang baik. Agar lebih terlatih dan terbiasa dalam aktivitas
sehari-hari dalam keadaan apapun.
Bila tidak mampu bertutur kata
yang baik, maka lebih baik diam. Sedekah tutur kata yang baik, kenapa tidak? Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar