Memang bukan hal baru. Tentang sikap apatis dalam gerakan literasi dan aktivitas taman bacaan. Apatisme yang menjadi tantangan terberat. Sikap tidak peduli yang “menghantui” gerakan literasi. Lingkungan sosial dan aparatur setempat yang masa bodoh dan cuek. Lalu menjadi momok yang menakutkan para pegiat literasi. Ketika hilangnya motivasi dan semangat untuk menegakkan kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat. Jelas sudah, apatisme menjadi “musuh terbesar” gerakan literasi di manapun.
Apatisme di
gerakan literasi seakan sudah jadi kultur. Masayarakat yang bersikap masa bodoh
terhadap aktivitas literasi. Tidak peduli akan pentingnya aktivitas anak-anak
untuk membaca buku. Tak acuh terhadap aktivitas positif anak-anak. Kepekaan
sosial yang sudah “pergi” entah ke mana? Hingga akhirnya, menjadi sebab pegiat
literasi dan aktivis sosial demotivasi, tidak lagi bergairah berkiprah di
gerakan literasi. Apatis, jadi sebab frustrasi pegiat literasi di banyak daerah,
di banyak taman bacaan.
Apatis sangat identik
dengan perilaku masa bodoh, tidak acuh, dan tidak peka. Akibat lingkungan
sosial yang tidak peduli, bahkan tidak mendukung aktivitas literasi yang ada di
wilayahnya. Apatis ini pula yang membuat gerakan literasi sulit berdiri tegak,
di samping menjadi sebab “matinya” ikhtiar membangun tradisi baca dan budaya
literasi masyarakat. Apatisme yang jadi matinya kesadaran kolektif masyarakat
untuk berubah menjadi lebih baik.
Sementara pegiat literasi, berjuang dan berkorban
tanpa pamrih membangun kesadaran membaca anak-anak dan masyarakat. Hanya
bermodalkan niat baik, kemauan, dan hati untuk membangun peradaban literasi di
masyarakat. Selalu berkomitmen dan konsisten untuk “menghidupkan” aktivitas
literasi. Tapi pada akhirnya, sikap empati dan peduli sosial pegiat literasi
terhempas oleh sikap apatisme yang terlalu akut di suatu wilayah. Literasi pun akhirnya
bermukim di “titik nadir”.
Banyak orang lupa. Mengubah
perilaku anak-anak yang terbiasa main menjadi dekat dengan buku tidaklah mudah.
Apalagi di wilayah yang terbelenggu realitas anak-anak putus sekolah tinggi, kemiskinan
yang melanda. Maka sikap apatisme yang berlebihan menjadi “penyempurna” keadaan
menyedihkan suatu wilayah. Masyarakat yang sulit berubah akibat sikap apatis. Masyarakat
yang masa bodoh, tidak peduli, dan tidak peka terhadap tujuan besar gerakan
literasi dan taman bacaan.
Sikap apatis
masyarakat itulah tantangan yang dihadapi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Hingga tahun ke-6 keberadaannya, masih berjuang
dan berkutat dengan persoalan apatisme di masyarakat. Ketika 90% anak-anak
pembaca aktifnya datang dari desa atau kampung yang berbeda. Sementara masyarakat
di sekitarnya, secara perlahan mundur dan pergi entah kemana? Akibat sikap
apatisme yang sulit diobati. Entah, sampai kapan?
Apa sebab gerakan
literasi dan aktivitas taman bacaan “mati suri”? Hanya 3 (tiga) hal penyebabnya,
yaitu 1) buku ada, anak tidak ada, 2) anak ada, buku tidak ada, dan 3) komitmen
pegiat literasi seperti taman bacaan. Dan kini bertambah satu lagi, yaitu sikap
apatisme masyarakat. Maka pegiat literasi di mana pun, patut memperhatikan tantangan
besar gerakan literasi dan aktivitas taman bacaan yaitu apatisme masyarakat. Ketika
gerakan literasi dan aktivitas taman bacaan terus mempertahankan eksistensinya
di tengah sikap tidak peduli dan masa bodoh masyarakatnya sendiri.
Apatis, di
banyak tempat sudah menjadi kultur. Hingga jadi sebab gerakan literasi dan
taman bacaan kehilangan motivasi dan kehilangan pengharapan baik di masa depan.
Apatisme yang membuat gerakan literasi sulit berkembang di Indonesia. Karena hanya
ada dua pilihan, 1) ikut serta menjadi apatis atau 2) menjauh dari masyarakat
yang apatis. Hingga waktu yang akan membuktikan, entah sampai kapan apatisme
menyelimuti gerakan literasi?
Orang-orang apatis di gerakan
literasi selalu lupa. Bahwa siapapun tidak butuh uang untuk membangun peradaban
baik atau membantu orang lain. Tapi hanya butuh hati dan sikap peduli yang
tulus. Berani mengubah niat baik jadi aksi nyata. Salam literasi #TantanganLiterasi
#TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar