Senin, 13 Februari 2023

Apa Arti Literasi Di Balik Vonis Sambo dan Putri?

Majelis hakim telah memvonis Ferdy Sambo hukuman mati dan Puti Candrawathi hukuman penjara 20 tahun. Hukuman yang lebih tinggi dari tuntutan jaksa. Akibat “menghabisi nyawa” Brigadir Josua di rumah dinasnya. Terlepas dari apa pun motif dan ceritanya, perjalanan Panjang kasus Sambo dan Putri jadi bukti. Bahwa emosi atau marah tidak mampu menyelesaikan apa-apa. Justru mengacaukan yang telah ada.

 

Hingga puluhan tahun ke depan, Sambo dan Putri akan menghabiskan hari-harinya di dalam penjara. Mendekam di balik jeruji dan menyesali perbuatannya. Hilang lenyap kekuasaan yang dibangunnya puluhan tahun. Hancur sudah kehangatan bersama anak-anak dan keluarganya. Menanggung malu seumur hidupnya. Memupuskan harapan orang tua dan keluarga Josua yang hidup sederhana. Bahkan berdosa besar akibat membunuh nyawa orang lain tanpa sebab yang jelas. Seperti pengakuan Sambo di persidangan, “saya menyesal karena emosi telah membuat saya gelap mata”. Sungguh, emosi terbukti tidak menyelesaikan apa-apa. Justru mengacaukan yang telah ada.

 

Sambo divonis mati. Putri dihukum 20 tahun penjara. Itulah risiko dari kejahatan yang diperbuatnya. Berani berbuat maka harus berani bertanggung jawab. Harus siap menanggung risikonya. Sama Sekali tidak ada gunanya kekuasaan, tidak guna pula pangkat dan jabatan. Apalagi harta dan uang pun tidak akan pernah mampu membeli kebenaran. Punya uang segudang pun tidak ada gunanya bila akhirnya “bertempat tinggal” di penjara.

 

Ada pelajaran literasi di balik vonis mati Sambio dan penjara 20 tahun Putri. Bahwa emosi tidak akan menyelesaikan apa-apa. Justru emosi jadi sebab mengacaukan yang telah ada. Emosi dalam segala bentuknya. Marah, kecewa, dan tersinggung sama Sekali tidak ada gunanya. Bila akhirnya menjerumuskan pemiliknya ke jurang kejahatan. Jadi hikmahnya, ap akita masih percaya emosi mampu menjadikan keadaan lebih baik? Maka penting hari ini untuk siapapun. Agar belajar dan berlatih mengelola emosi secara bijak. Tidak mudah tersulut emosi. Karena emosi, Sekali lagi, tidak akan pernah menyepesaikan apapun. Bahkan emosi sifatnya hanya mengacaukan yang telah ada.

 


Sambo lupa, manusia hebat itu bukan karena kekuasaan, pangkat apalagi jabatan. Manusia hebat itu justru karena mampu mengendalikan diri saat dikuasai amarah. Tetap tenang saat dipermalukan, tetap tersenyum saat diremehkan. Tetap diam saat dizolimi, tenang saat digibahi bahkan menjauhkan diri saat difitnah. Sabar dan ikhlas dalam menikmati proses kehidupan. Dan berserah diri kepada Tuhan karena semua yang dilakukan siapapun pasti ada ganjarannya. Selain menjadi pilihan, sikap jahat dan baik itu sudah pasti ada konsekuensinya.

 

Di balik vonis Sambo dan Putri, sangat jelas bahwa kejahatan dan kebaikan akan terus berperang hingga kapapun. Dan pada akhirnya, kebenaran yang akan menang melawan kejahatan. Mau seperti apapun jalan terjal yang dilaluinya. Karena Allah SWT pasti berpihak pada kebenaran. Kebenaran di atas segalanya hingga kapanpun dan di manapun.

 

Renungkanlah, emosi tidak akan pernah menyelesaikan apapun. Justru emosi akan mengacaukan yang telah ada. Karena itu, siapapun dalam hidup jangan jauh-jauh dari Allah SWT. Apapun yang dikerjakan pastikan sesuai dengan ajarana-Nya. Jangan pernah melenceng dari aturan Allah SWT, jangan jauh-jauh dari-Nya.

 

Karena kejahatan dan kebenaran sekecil apapun yang dilakukan, pasti ada ganjarannya di kemudian hari, Seperyi yang dialami Sambo dan Putri. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar