Zaman boleh digital tapi budaya antre kian ditinggalkan. Banyak orang sudah tidak sabar, semuanya mau buru-buru. Tidak mau antre, berbaris untuk menunggu giliran. Lihat saja di jalanan, pengendara motor yang mengambil jalur berlawanan arah. Atau menerabas jalur busway. Orang-orang cerdas tapi tidak lagi mau antre. Akibat terlalu egois dan tidak lagi mau menghargai hak orang lain. Budaya antre kian punah.
Menerobos
antrean sudah tidak malu lagi. Pengen menang sendiri dan pengen buru-buru.
Tidak antre tapi mau duluan, kok bisa? Tanpa rasa salah, tanpa ada rasa malu
lagi. Budaya antre makin langka. Akibat lebih senang mempertontonkan
ketidak-sabaran. Serba buru-buru, serba mau instan. Tapi tidak mau ikut aturan.
Seperti hidup di bumi seorang diri. Otaknya bukan hanya cerdas. Tapi lebih suka
memilih “cara cepat” sampai ke tujuan. Apa pun caranya, termasuk mengambil hak
orang lain sekalipun.
Budaya
antre sudah hilang. Banyak orang sudah tidak mau lagi berdiri berderet-deret;
memanjang sambil menunggu untuk mendapat giliran. Merasa malu bila menyela barisan
saat menunggu giliran. Datang belakangan tapi maunya kelar duluan. Dalam hal
apapun, untuk keperluan apa pun. Budaya antre kian terpuruk di era digital.
Karena
itu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor
selalu mengajarkan budaya antre sekitar 140 anak-anak pembaca aktif. Setiap
bulan, anak-anak kampung di daerah prasejahtera ini diajar budaya antre. Melalui
“jajanan kampung gratis” sebulan sekali. Anak-anak diberi kupon jajan gratis
harus antre. Saat memilih jajanan di depan taman bacaan pun harus antre. Tidak
boleh menyerobot teman yang ada di depannya. Karena membaca buku mau sehebat apa
pun harus tetap menjaga adab untuk antre. Adab (akhlak) tetap di atas ilmu. Wajib
antre bila memang harus menunggu giliran.
Antre,
budaya yang ditanamkan di taman bacaan. Bukan hanya membaca buku semata. Karena
dengan antre, anak-anak pembaca aktif diajarkan sikap untuk menghormati hak
orang lain. Bahwa yang paling depan adalah yang datang duluan. Maka tidak boleh
menyerobot hak orang lain. Antre, melatih disiplin dan tertib dalam hidup. Agar
malu bila tidak antre tapi mau duluan.
Kenapa
antre? Melalui budaya antre, anak-anak TBM Lentera Pustaka diajarkan untuk: 1)
melatih kesabaran dalam hidup, 2) melatih kesetaraan posisi, tidak ada yang lebih
tinggi atau rendah, 3) mengajarkan kedisiplinan, dan 4) mengajak siapa pun
untuk bersikap lapang dada, menerima realitas hidup. Itulah peran yang dilakukan
taman bacaan. Untuk menanamkan budaya antre di kalangan anak-anak sejak dini. Sederhana
tapi bermanfaat sebagai cerminan nilai-nilai akhlak yang patut dijunjung
tinggi.
Suka
tidak suka, siapa pun harus peduli untuk menanamkan budaya antre. Agar hidup
lebih tertib, lebih beradab, Untuk tidak menyerobot hak orang lain. Mau
menunggu giliran sesuai dengan antrean. Untuk selalu menghargai orang yang ada di depan dalam satu antrean.
Seperti kamu pun ingin segera mendapat giliran.
Budaya
antre itu literat. Siapa pun dan orang dewasa, dengan pangkat dan jabatan apa
pun, harus mau antre. Karena takdir pun selalu menunggu antrean untuk
memghampiri hamba-Nya. Salam literasi. #BudayaAntre #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar