Kamis, 10 Maret 2022

Donasi Buku ke Taman Bacaan sebagai Ladang Amal

Kemarin sore (10/3/22), saya dihubungi seorang kolega, beliau seorang mantan bos dan ketua asosiasi di Indonesia. Kini jadi enterpreneur di Lampung dan bolak-balik ke Kanada karena istrinya orang sana. Sebenarnya sudah lama juga tidak berkomunikasi dengannya. Mungkin ada sekitar 10 tahun pula tidak berjumpa. Akibat kesibukan masing-masing. Ehh, tiba-tiba sore kemarin beliau telepon.



Mau apa beliau menelepon seorang pegiat literasi?

Intinya, bertanya kabar dan saling update aktivitas. Tapi tanpa diduga, beliau ternyata ingin mendonasikan buku-buku miliknya di rumah. Sebagai besar berbahasa Inggris dan jumlahnya ratusan buku (beliau pun mengirimkan foto buku-buku seperti dalam tulisan ini). Katanya, semua buku-buku itu mau didonasikan ke TBM Lentera Pustaka yang saya kelola. Agar lebih bermanfaat dan dibaca anak-taman bacaan. “Daripada dibuang, mendingan diberikan ke taman bacaan” katanya. Saya pun menyambut baik dan siap menjemput buku-buku ke rumahnya minggu depan. Setelah di-packing oleh beliau, sambil silaturahim juga kan ya.


Yah, namanya taman bacaan. Rezekinya ya apalagi kalua bukan donasi buku. Selalu ada saja kok orang yang mau donasi buku. Asal syaratnya terpenuhi, taman bacaannya aktif. Sehingga orang yang mau mendinasikan buku pun semangat, karena pasti terbaca alias bermanfaat. Rezekinya taman bacaan, buku-buku baru yang dibelikan orang baik. Atau buku-buku lama yang layak dibaca untuk disumbangkan. Jadi, pegiat literasi dan taman bacaan tidak usah khawatir. Pasti ada saja rezeki dan berkah di taman bacaan. Karena taman bacaan, memang tempat bertemunya perbuatan baik dan orang-orang baik. Mereka yang mau berbagi dan peduli kepada sesama sebagai bentuk rasa syukur. Sekalipun hanya donasi buku. Yakinlah, selalu ada orang-orang baik yang berani mengubah niat baik jadi aksi nyata.


Kok bisa, taman bacaan didonasikan buku sebanyak ini?

Tentu bisa, asal taman bacaannya aktif dan program literasinya berjalan. Taman bacaan itu bukan soal siapa yang mau donasi buku, Tapi soal komitmen dan konsistensi dalam menjalankan program literasi dan aktivitas taman bacaan. Dan yang paling penting, semuanya dibuktikan oleh “trust”. Orang lain atau publik percaya kepada si pegiat literasi, kepada si taman bacaannya.

 


Manusia itu diciptakan sebagai makhluk sosial. Artinya manusia tidak mungkin hidup sendiri. Maka dibutuhkan kehadiran orang-orang lain di sekitarnya. Tapi hidup bersosial pun tidak bisa seenaknya sendiri. Apalagi harta dan kekayaan hanya untuk dirinya sendiri. Harus ada dialokasikan untuk menebar kebaikan dan manfaat kepada orang lain. Intinya, mau berbagi kepada sesama. Dan berbagi itu tidak melulu soal uang. Kan bisa berbagi ilmu, berbagi buku atau perhatian kepada orang lain.

 

Berdonasi buku atau berbagi kebaikan itu adalah ekspresi rasa syukur. Agar hidup lebih diberkahi dan diridhoi Allah SWT. Karena manusia itu tidak pernah tahu kapan senang kapan sedih. Bahkan tidak tahu kapan usianya berakhir? Lalu kebaikan apa yang sudah diperbuat? Lagi pula, apa sih artinya hidup di dunia yang luas ini jika hanya dinikmati sendirian? Maka ada banyak cara untuk berbagi dan peduli. Salah satunya, berdonasi buku ke taman bacaan.


Ini hanya sepenggal cerita tentang donasi buku ke taman bacaan. Bahwa hidup itu bukan soal mencari dan memiliki semata. Tapi harus berani juga berbagi. Berbagi buku atau sedekah apa pun yang bisa dilakukan. Minimal berbagilah kata-kata yang positif dan baik di media sosial, di mana pun dan kapan pun. Jangan hanya bisa mengeluh atau berkeluh-kesah. Bukankah nikmat Allah SWT itu begitu besar sudah diberikan kepada kita? Alhamdulillah dan salam literasi #DonasiBuku #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar