Apa benar minat baca orang Indonesia rendah?
Menurut saya tidak. Bukan mint abaca yang rendah. Tapi tidak tersedianya
akses untuk membaca di Indonesia. Di banyak daerah, anak-anak sangat sulit
mendapat akses buku bacaan yang memadai. Maka wajar, karena tidak ada akse maka
mintanya pun tidak ada. Itu sangat logis.
Lalu data dari UNESCO menyebut hanya
1 orang dari 1.000 orang Indonesia yang memiliki minat membaca buku yang tinggi.
Sah-sah saja, sebabnya lagi-lagi tidak tersedia akses bacaan. Tentu, minatnya
tidak ada. Jadi harusnya UNESCO bertanya, “apa di setiap daerah tersedia tempat
untuk membaca?”. Itu baru oke, karena spiritnya menyediakan tempat membaca.
Bukan menuding tidak punya minat baca.
Maka atas kegelisahan
itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka Bogor siap meluncurkan
MOBAKE (MOtor BAca KEliling) pada Minggu, 20 Februari 2022 di Bogor. Sebuah program
motor keliling untuk menyediakan akses bacaan ke kampung-kampung di sekitar
kaki Gunung Salak yang anak-anaknya selama ini tidak memperoleh akses buku
bacaan. Untuk sementara, MOBAKE akan beroperasi seminggu 2 kali dan meyasar
kampung-kampung yang angka putus sekolahnya tergolong tinggi.
Syarifudin Yunus,
penggagas MOBAKE sekaligus Pendiri TBM Lentera Pustaka berkomitmen untuk
memperluas pengaruh taman bacaan melalui buku bacaan ke anak-anak. Sebagai
penyeimbang gempuran era digital dan aktivitas gawai anak-anak. MOBAKE pun
menjadi program ke-13 TBM Lentera Pustaka untuk menambah
kiprah taman bacaan yang telah berjalan lima tahun. Demi tegaknya tradisi baca
dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat kampung. Sebagai penggagas, pria
yang dipanggil Syarif ini akan mengoperasikannya sendiri dan dibantu relawan
taman bacaan yang diberi honor per jam operasi.
Syarif yang berprofesi
sebagai Dosen FBS Unindra dan kandidat Doktor Manajemen Pendidikan dari
Pascasarjana Unpak ini, menegaskan dia tidak masalah menjadi driver motor baca
keliling asalkan aktivitas literasi dan kegiatan membaca tetap bisa jadi bagian
hidup anak-anak di kampung. Baginya, membaca bukan soal minat melainkan akses.
Jika dianggap minat baca rendah, lalu apa yang sudah dilakukan? Tetap acuh dan
masa bodoh?.
“Saya berkomitmen
untuk menjalankan motor baca keliling dan aktivitas literasi di TBM Lentera
Pustaka. Mungkin
kata banyak orang, kegiatan ini hanya hal kecil dan sederhana. Tapi buat saya,
justru ber-literasi di taman bacaan adalah kemewahan yang tidak ternilai
harganya. Jauh lebih baik dibandingkan urusan dunia yang tidak kelar-kelar dan
begitu-begitu saja” ujar Syarifudin Yunus di TBM Lentera Pustaka hari ini
(18/02/2022).
Melalui
motor baca keliling, TBM Lentera Pustaka pun mensosialisasikan motto “Baca
Bukan Maen” dan tanpa baca kita merana. Agar anak-anak kampung tertarik untuk
membaca di pinggir jalan saat motor baca keliling datang atau di taman bacaan. Salam
literasi #MOBAKE #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar