Luar biasa, aksi demo rakyat di Pati untuk menuntut mundur Bupati Sudewo. Aksi yang menjadi simbol perlawanan rakyat kepada pemimpin yang dipilihnya. Hai para pemimpin, jangan pernah bertindak semena-mena untuk rakyat. Anda dipilih oleh rakyat, tugasnya adalah melindungi dan menyejahterakan rakyat. Bukan malah menyengsarakan dan menantang rakyat!
Sekalipun berakhir ricuh, aksi demo
yang diikuti 85.000 warga Pati menjadi “peringatan” untuk semua pemimpin di
Indonesia, khususnya gubernur, bupati dan walikota yang dipilih oleh rakyat. Bahwa
kekuasaan yang dipegang harus sebesar-besarnya untuk menyejahterakan rakyat.
Semuanya untuk rakyat, bukan untuk dikorupsi apalagi memperkaya diri sendiri.
Tonggak perlawanan rakyat, sudah dimullai
dari Pati sebagai salah satu Kabupaten tertua di Indonesia. Bukan tindak mungkin,
bila kepala daerah lainnya masih bertindak bukan untukrakyat maka aksi demo
rakyat di pati akan menular ke daerah lain. Hati-hati, mulailah instrospeksi
diri dan berbenah diri. Bahwa kekuasaan dan kepemimpinan yang diraih
semata-mata untuk rakyat.
Pesan pentingnya, siapapun pemimpin di
daerah. Aksi demo rakyat di Pati adalah simbol pentingnya pemimpun hati-hati
dalam membuat kebijakan dan berkomunikasi dengan rakyat. Jelas kesalahan Bupatu
Sudewo adalah membuat kebijakan menaikkan pajak PBB hingga 250% dan menantang rakyat untuk demo dengan
50.000 massa. Itu kesalahan fatal seoarang pemimpin. Bupati yang arogan, lupa
diri, bahkan tidak tahu diri.
Aksi di Pati untuk Bupati, sebuah pelajaran
penting bila pemimpin tidak mau bersinergi dengan rakyat dan tidak peduli
terhadap aspirasi rakyatnya. Ada beberapa pelajaran penting dari aski demo
rakyat di Pati, antara lain:
1. Akar masalah di Pati sudah berlapis. Bukan
hanya soal kenaikan PBB-P2 sebesar 250%. Meski itu jadi pemicu utama, akumulasi
ketidakpuasan rakyat juga berasal dari kebijakan lain seperti sekolah 5vhari,
penggabungan sekolah yang mengancam guru honorer, PHK di RSUD tanpa pesangon,
renovasi alun-alun yang mahal, dan proyek videotron yang dinilai mubazir. Semua
itu dipersepsikan sebagai kebijakan yang jauh dari aspirasi rakyat.
2. Arogansi kepemimpinan Bupati. Pernyataan
Bupati yang menantang warga untuk berdemonstrasi "silakan bawa 50.000
orang" justru memicu kemarahan mendalam pada rakyat. Aksi demo yang
diikuti 85.000 rakyat adalah jawaban
atas tantangan Bupati. Pemimpin yang justru menjadi pemicu terjadinya aksi demo,
di samping memperuncing keadaan.
3. Bentuk kekuatan kolektif perlawanan rakyat.
Pada akhirnya, rakyat bersatu dan turun ke lapangan untuk menentang kebijakan pemerintah
yang merugikan rakyat. Menentang kebijakan pemimpin yang semena-mena dan cara
komunikasi yang amburadul. Aksi demo
berkekuatan 85.000–an warga Pati ini bisa jadi salah satu yang terbesar dalam
sejarah kabupaten di Indonesia. Simbol bahwa rakyat masih punya kekuatan
kolektif untuk melawan pemimpinnya.
4. Pentingnya pemerintahan melakukan dialog publik.
Pemerintahaan di mana pun dan kepada aerah harus membiasakan untuk melakukan
dialog publik. Janagn bersikap arogan, subjektif apalagi semena-mena kepada
rakyat. Anda dipilih oleh rakyat, berarti harus mengabdi kepada rakyat. Pada waktunya,
kebijakan yang tidak aspiratif dan pelayanan publik yang tidak responsif pasti dapat
menggerus legitimasi seorang pemimpin dan pemerintahannya.
Belajar dari aksi demo rakyat di Pati
untuk Bupati. Siappun pemimpin daerah harus aspiratif, responsif, dan empatik.
Jangan menantang rakyat atau membuat kebijakan yang menyusahkan rakyat. Setiap
kebijkan harus bersinergi dengan aspirasi rakyat. Pemimpin perlu melakukan
konsultasi sebelum menetapkan keputusan yang berdampak luas. Lakukan komunikasi
yang rendah hati dan dialog terbuka untuk menjaga kepercayaan rakyat, bukan malah
bernada arogan atau menantang. Libatkan partisipasi
masyarakat aktif untuk mendorong perubahan positif di daerah.
Dari aksi demo rakyat di Pati, kini
Bupati Sudewo tinggal menunggu “ketok palu” untuk pemakzulan dirinya. Sebuah
proses demokratis dan prosedural untuk melengserkan sang pemimpin. DPRD Pati Bersiap
untuk hak angket untuk membahas kebijakan kontroversial Bupati Pati dan potensi
pemakzulan dirinya. Sebuah ujung demokrasi yang berjalan melalui mekanisme yang
benar, bukan hanya kekuatan massa.
Jangan menantang rakyat, jangan membuat
kebijakan menyusahkan rakyat. Sebab aksi massa yang besar itu terlalu kuat!
Salam literasi #TBMLenteraPustaka #AksiDiPati #EdukasiLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar