Ini catatan seorang tukang kebun. Bahwa di kebun ada pohon. Ada tukang kebun. Keduanya sama pentingna. Karena tidak mungkin ada kebun tanpa ada tukang kebunnya. Kebun tanpa tukang kebun bisa garung. Tukang kebun tanpa kebun pun bisa bingung. Saling membutuhkan dan melengkapi.
Di kebun. Tiap pohon harus
tumbuh, Tukang kebun harus merawatnya. Dari benih pohon yang kecil. Disirami,
dipupuki, dan dirawat hingga tumbuh besar dengan "pegangan akar" yang
kokoh. Tukang pun begitu. Harus tetap tumbuh jadi pribadi yang kokoh, dinamis,
dan bermanfaat. Minimal untuk pohon-pohon yang dirawatnya. Bukan malah begitu-begitu
saja. Apalagi berkeluh-kesah melulu.
Di kebun
lagi. Ada pohon yang tidak kuat diterpa angin. Ada yang mudah rontok daunnya
begitu digoyang sedikit. Ada pohon yang kecilnya tumbuh bagus tapi giliran mau
berbuah busuk. Bahkan ada pohon yang masa tumbuhnya jelek. Tapi saat berbuah
luar biasa rasanya. Jadi, pohon-pohon di kebun itu berbeda-beda. Tapi satu yang
pasti, semua pohon butuh udara butuh angin untuk tetap tumbuh. Pohon punya cara
sendiri-sendiri untuk bertahan hidup.
Seperti tukang kebun dan
manusia umumnya. Tiap orang itu berbeda-beda. Ada yang mudah mengeluh. Ada yang
kokoh dalam keadaan apapun. Bahkan ada yang mudah "tercerabut dari akarnya".
Karena penuh prasangka dan didominasi ego pribadi. Manusia yang terlalu percaya
pada otaknya, Tanpa punya hati Nurani. Maka, ada orang yang niatnya baik tapi perilakunya
melukai. Ada yang rakyat biasa tapi bertindak seperti pemimpin. Hingga lupa,
tukang kebun dan manusia siapa pun itu bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa pula?
Di kebun, siapa
pun bisa belajar dan diingatkan.
Bahwa tiap
pohon itu berbeda-beda. Tukang kebun pun harus tahu dan mengenal karakter setiap
pohon. Karena yang baik untuk pohon singkong. Belum tentu baik untuk pohon
singkong. Maka siapa pun harus mau memahaminya. Apa yang baik menurut Anda,
belum tentu baik untuk ora g lain. Apa yang biasa menurut pikiran Anda, belum
tentu biasa untuk orang lain. Itulah manusia yang literat.
Seperti di
taman bacaan. Tiap anak-anak yang membaca buku pun berbeda-beda. Latar
belakang-nya berbeda, keluarganya beda bahkan minat bacanya pun berbeda. Maka
taman baca hanya menyediakan akses bacaan. Sambil membimbing dan merawatnya. Agar
membaca jadi kebiasaan dan perilaku anak-anak. Daripada kebanyakan main, ngobrol
atau main gawai.
Ibarat kebun, taman bacaan pun ditumbuhi banyak pepohonan.
Maka buruh cara untuk merawatnya. Itulah yang terjadi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor yang kini menjalankan 11 program literasi, antara lain: 1) TABA (Taman BAcaan) dengan 160 anak
pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, tamansari, Sukajaya), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas
BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia PAUD, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8
jompo, 6) TBM Ramah Difabel
dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu sebagai koperasi simpan pinjam untuk
mengatasi soal rentenir dan utang berbunga tingg, 8) DonBuk (Donasi Buku) untuk menerima dan menyalurkan
buku bacaan, 9) RABU (RAjin
menaBUng) karena semua anak punya
celengan, 10) LITDIG (LITerasi
DIGital) seminggu sekali setiap
anak, dan 11) LITFIN (LITerasi FINansial). Bahkan tahun ini, melalui program “Kampung
Literasi Sukaluyu” yang Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM, TBM Lentera Pustaka
akan memperkuat perilaku gemar membaca dan budaya literasi masyarakat.
Kebetulan, TBM Lentera Pustaka Bogor merupakan satu-satunya taman bacaan dari
Bogor yang terpilih 1 dari 30 TBM di Indonesia yang menggelar Kampung Literasi
tahun 2021.
Filosofi
tukang kebung dan taman bacaan.
Sungguh ada
kesamaan. Untuk bertindak sesuai keperluan masing-masing pohonan. Di kebun, siapa
pun tidak boleh pakai kaca mata kuda. Seperti di taman bacaan. Sama sekali
tidak bisa menilai orang dengan standar diri kita. Belum tentu, apa yang kita piker
baik itu baik pula untuk orang lain. Karena senyuman, teguran, sapaan, dan nasihat
bisa berbeda arti dan makna di mata masing-masing orang. Pupuk pun berbeda
untuk tiap-tiap pohonan di kebun.
Maka di kebun dan taman
bacaan.
Siapa pun hanya butuh
sikap saling mengerti. Cukup bertindak sesuai keperluan masing-masing pohon.
Tidak usah berlebihan. Tapi jangan sampai kekurangan. Di kebun, siapa pun bila
tidak punya cinta, cukup mengerti saja.
Di kebun, ada
satu yang pasti. Bahwa semua pohon harus disuburkan, ditumbuhkan. Sebagai tanda
kemanfaatan untuk sesama makhluk-Nya. Karena seperti apa kita
memperlakukan-Nya dan makhluk-Nya. Seperti itulah balasan yang akan diterima.
Baik atau buruk adalah tergantung kita sendiri.
Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
#KampungLiterasiSukaluyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar