Alhamdulillah
Ya Allah. Kok semuanya jadi begitu mudah. Gampang dan selalu saja banyak yang
bantu. Saya dan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor sangat pantas
bersyukur. Taman bacaan ini, jujur saja, lokasinya tergolong jauh dari Jakarta.
Minimal 75km atau butuh waktu 2 jam perjalanan. Selain macet dan melelahkan,
terus apa yang mau diharapkan di taman bacaan ini? Rasa lapar, keluar biaya
bahkan capek. Tidak ada untungnya ke taman bacaan ini, begitu mungkin kata
sebagian orang. Memang begitu faktanya.
Tapi
memang sudah jalannya. Apapun dan siapapun itu sudah ada jalannya. Mau sekuat
tenaga berjuang pun, bila sudah semsetinya ya pasti berjalan. Seperti di TBM
Lentera Pustaka. Biar jauh dan sepi dari keramaian ocehan orang, selalu saja
ada orang-orang baik yang datang dan berkunjung ke taman bacaan. Entah berakti
sosial, berdonasi buku, bikin CSR atau jadi relawan. Tiap hari Minggu misalnya,
pasti saja ada tamu, ada relawan yang membantu atau orang yang datang sekadar
berkunjung dan diskusi.
Bahkan
hari ini, saya pun kedatangan “kawan lama” yang mungkin sudah 15 tahun tidak
bertemu. Ehh kok justru dipertemukan di TBM Lentera Pustaka. Kawan saya
rumahnya di Serpong, beliau dan teman-temannya sengaja datang untuk berbakti
sosial ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Mungkin makan waktu 3 jalm
perjalanan. Untuk apa ke taman bacaan? Untuk apa lagi selain berbagi kebaikan
pada anak-anak taman bacaan. Menyumbang buku bacaan, permainan anak, tas dan
buku tulis. Sambil membawakan makan siang untuk anak-anak TBM. Nyata betul,
sudah 4 tahun ini, TBM Lentera Pustaka selalu dibantu dan dikunjungi
orang-orang baik. Mereka yang peduli kepada taman bacaan.
Jadi,
saya kira tidak ada alasan taman bacaan tidak bersyukur. Kegiatan sosial hanya
untuk menyediakan tempat membaca anak-anak, bahkan pemberantasan buta huruf itu
sudah baik. Bila ada kendala, hadapi saja dengan rileks. Insya Allah, bila
jalannya sudah baik pasti ada saja orang-orang yang datang dan membantu. Jadi,
berkiprah di taman bacaan cukup dijalankan dan dikelola dengan sepenuh
hati. Komitmen dan konsisten. Dan penting pula, maaf, saya kelola taman bacaan
ini dengan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak. Dari korporasi,
profesional, mahasiswa, komunitas, dan warga lokal. Ditambah tentunya,
relasi dan hubungan baik dengan rekan dan orang-orang baik . Tentu yang mau
peduli ke taman bacaan, bukan yang tidak peduli. Karena mereka bila datang dan
berkunjung saja mau, apalagi membantu.
Lalu
bagaimana cara taman bacaan bersyukur?
Apalagi
bila taman bacaannya terkendala, entah buku, anak atau fasilitas. Mungkin
sederhana saja, taman bacaan fokus saja pada upaya mencari solusinya. Bukan
meratapi masalahnya lalu jadi frustrasi. Menurut saya, selama ini terlalu
banyak orang hanya fokus pada masalah. Bukan pada solusi. Sehingga kreativitas
bahkan "keberntungan" pun enggan berpihak.
Bersyukur
di taman bacaan. Panduannya kan begini, bersyukur itu cara untuk ditambah
nikmat. Maka bila bersyukur maka apapun masalahnya pasti ada jalan keluarnya.
Nah, taman bacaan perlu paham empat cara bersyukur:
1.
Bersyukur dengan
hati. Yakini bahwa apa yang terjadi di taman bacaan itu sudah sesuai dengan
kehendak-Nya. Tidak usah terlalu optimis juga jangan pesimis. Syukuri saja
dengan hati.
2.
Bersyukur dengan
lisan. Lakukan ucapan yang baik-baik, doa yang baik agar apapun kendala di
taman bacaan bisa diatasi. Tentu dengan bantuan yang Maha Kuasa.
3.
Bersyukur dengan
tindakan. Nah ini penting, beryukur memang harus diikuti dengan perbuatan.
Karena syukur bukan hanya omongan apalagi diskusi. Merapihkan buku, mendampingi
anak membaca dan lainnya, itu semua tanda bersyukur. Terlepas dari masalah di
taman bacaan sudah tuntas atau belum.
4.
Menerima
yang ada dan merawatnya. Terakhir, bila keadaan mentok ya sudah, terima semua
keadaaan dan rawat agar menjadi lebih baik. Inilah yang disebut sabar. Taman
bacaan pun butuh kesabaran, selain proses yang baik.
Maka
apa yang ingin saya katakan? Dengan tegas, saya dan TBM Lentera Pustaka harus
bersyukur. Karena semua urusan di taman bacaan selalu ada solusinya. Masalah
ada tapi tetap bisa ditangani dengan layak. Maka saya mengajak, siapa pun yang
menjadi bagian TBM Lentera Pustaka untuk bersyukur dan terus bersyukur. Sekali
lagi, apapun masalahnya tidak ada alasan selain BERSYUKUR. Karena di taman
bacaan selalu saja ada orang baik datang. Sehingga semua urusannya, menjadi
mudah. Apalagi taman bacaan, manfaatnya sangat besar. Isinya pun orang-orang
sosial. Alhamdulillah-lah. Walau tentu, tetap waspada terhadap orang-orang
jahat yang “memusuhi taman bacan”. Karena di taman bacaan selalu saja ada orang
yang iri atau berprasangka buruk. Itu pasti ada dong. Tapi tidak usah
digubris.
Belajar
dari TBM Lentera Pustaka ini. Siapa pun memang pantas untuk bersyukur. Syukuri,
syukuri, dan syukuri apa yang ada, apa yang dimiliki. Sama sekali tidak ada
alasan untuk mengeluhkan keadaan. Apalagi membenci atau memusuhi orang lain.
Bersyukur saja, lalu bersabar. Itu sudah cukup untuk taman bacaan. Dan di taman
bacaan, jangan pernah peduli atau ambil pusing dengan pendapat orang lain.
Orang lain itu memang kerjanya “gangguin” karena tidak bisa “bantuin”. Taman
bacaan hanya berbuat dan ikhtiar lalu berdoa. Itulah tanda syukur.
SYUKUR
itu kata kuncinya. Syukuri satu hal dulu. Maka akan datang syukur-syukur yang
lain. Jadi buat apa banyak mengeluh tapi jarang bersyukur. Itu manusia tidak
literat. Salam
literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar