PPKM darurat masih terus berlangsung. Akibat pandemi Covid-19. Ada banyak keluhan karenanya. Tapi ada pula yang bilang begitu seharusya. Agar angka korban yang berjatuhan bisa terus ditekan. Namanya ikhtiar, asal baik dan sekecil apapun memang harus dilakukan.
Ada pesan penting. Bahwa kebaikan sekecil apapun tetap harus disuarakan. Termasuk kebaikan yang dilakukan pegiat literasi di taman bacaan. Sekalipun hanya menyediakan tempat membaca anak-anak di tengah pendemi Covid-19, di tengah sekolah pun masih dari rumah. Maka, suarakan praktik baik atau kebaikan sekecil apapun di taman bacaan. Karena di situ ada harapan, ada aktivitas giat membaca yang masih berlangsung. Di tengah gersangnya perilaku membaca akibat gempuran era digital.
Kenapa kebaikan harus disuarakan?
Karena kebaikan adalah soko guru segala ilmu dan pengetahuan. Sejatinya, tidak ada yang bisa mengalahkan kebaikan. Termasuk pandemi Covid-19. Kebaikan adalah “lahan subur” tempat bermukim segala kecerdasan. Ilmu kesehatan tidak ada artinya bila tidak untuk kebaikan. Ilmu komunikasi, ilmu kedokteran, ,ilmu filsafat, ilmu Pendidikan bahkan ilmu psikologi tidak ada gunanya tanpa berpijak pada kebaikan.
Kebaikan itu harusnya jadi falsafah hidup. Nomor satu dan harus diutaman siapapun. Karena siapapun orang yang melakukan kebaikan pasti akan menerima manfaatnya. Bahkan kebaikan pula yang bisa mengubah takdir. Pandemi Covid-19 pun bisa mereda atau berakhir bila kebaikan diteba di mana-mana. Bukan malah sebaliknya, ditakuti dikhawatirkan atau hanya diomongin.
Kebaikan itu ibarat tanah, lahan tempat segala hal bisa tumbuh.
Bibit atau pupuk pun tidak ada artinya bila tidak ada tanahnya. Tidak ada tempat untuk tumbuh. Maka kebaikan sekecil apapun,, kerjakan dan suarakan. Jangan sebaliknya, Perbuatan baik jarang dilakukan. Tapi perbuatan buruk justru disemarakkan. Kebaikan itu bukan untuk mengubah nasib orang. Tapi kebaikan setidaknya dapat menjauhkan seseorang terhindar dari malapetaka.
Berangkat dari upaya menyuarakan kebaikan di taman bacaan. Maka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor selalu mensosialisasikan aktivitas giat membaca dan gerakan literasi, sekecil apapun. Mulai dari membaca bersuara, salam literasi, doa literasi, jajanan kampung gratis maupun kegiatan laboratorium baca setiap minggu. Alhasil kini TBM Lentera Pustaka memiliki 168 anak pembaca aktif dari yang tadinya hanya 14 anak. Anak-anak di kampung kecil ini pun sudah terbiasa membaca 5-10 buku per minggu, dengan koleksi lebih dari 6.000 buku.
Selain taman bacaan, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program-program lain seperti 1) Gerakan BERantas BUta aksaRA (Geberbura) dengan 9 warga belajar, 2) Kelas PRAsekolah (Kepra) dengan 17 anak, 3) YAtim BInaan (Yabi) dengan 16 anak yati, 4) JOMpo BInaan (Jombi) dengan 7 lansia, 5) Koperasi Lentera dengan 16 anggota, 6) RAjin menaBUng (RABU), 7) DONasi BUKu, dan 8) LITerasi DIGital. Saat ini pun, TBM Lentera Pustaka tengah mempersiapkan membuka PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) secara resmi. Semuanya dilakukan TBM Lentera Pustaka dalam menebar kebaikan. Walau hanya menyediakan tempat membaca dan akses bacaan. Di sampung meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah yang terancam putus sekolah. Kini pun TBM Lentera Pustaka tengah mempersiapkan program “Kampung Literasi Sukaluyu” yang diinisiasi oleh Direktorat PMPK Kemdikbud RI dan Forum TBM. TBM Lentera Pustaka merupakan taman bacaan satu-satunya di Kabupaten Bogor yang terpilih program Kampung Literasi dari 30 TBM di seluruh Indonesia.
Sekali lagi, suarakan kebaikan sekecil apapun di taman bacaan. Sementara orang di luar sana, hanya sekadar makan-makan kulineran atau liburan saja berani mempublikasikan di media sosial. Padahal tidak manfaat sama sekali untuk orang lain. Lalu, kenapa taman bacaan tidak melakukannya? BIla aktivitas taman bacaan baik, maka suarakan dan publikasikan. Itu lebih baik daripada menyuarakan apapun yang tidak ada manfaatnya untuk orang lain.
Ketahuilah sahabat literasi. Di media sosial apalagi. Hari ini kian banyak orang yang hanya baik dalam perkataan. Tapi belum tentu baik dalam perbuatan. Namun mereka mampu menyuarakan kebaikan walau hanya kata-kata. Kebaikan sebatas retorika. Maka di taman bacaan, suarakan perbuatan baik sekecil apapun masih lebih baik daripada niat yang terbesar sekalipun.
Karena kebaikan bukan dilihat dari ucapannya. Tapi kebaikan yang hakiki ada pada niat dan perbuatan. Dan siapapun yang berbuat kebaikan, sejatinya dia sedang menasehati dan selalu menghisab dirinya sendiri. Bukan menghisab orang lain lalu lupa dirinya sendiri.
Kebaikan di taman bacaan, suarakanlah. Praktik baik di taman bacaan, publikasikanlah. Karena kalau bukan pegiat literasi, siapa lagi yang mau menyuarakan? Kata Imam Hasan Al Bashri, “Lakukanlah kebaikan sekecil apapun. Karena kau tak pernah tahu kebaikan apa yang akan membawamu ke surga”. Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar